



Negosiasi I-EU CEPA Segera Rampung, Apa Saja yang Jadi Pembahasan Terakhir?
- Proses negosiasi I-EU CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement) akan segera rampung. Saat ini pemerintah Indonesia dan Uni Eropa tengah menyelesaikan tahapan akhir.
Negosiasi I-EU CEPA dilakukan sebagai salah satu upaya pemerintah memperluas akses pasar ekspor, memperkuat industri dalam negeri, dan menciptakan lapangan kerja melalui penyelesaian berbagai perjanjian perdagangan strategis.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, proses perundingan yang telah berlangsung selama 9 tahun dan mencakup 19 putaran utama, telah mencapai titik akhir.
Ilustrasi bendera Uni Eropa
Baik Indonesia maupun Uni Eropa kini telah sepakat untuk menyelesaikan sejumlah isu teknis yang tertunda.
Proses hukum juga akan dirampungkan dalam waktu dekat. Kemudian dilanjutkan dengan proses ratifikasi yang memerlukan persetujuan dari 27 negara Uni Eropa.
"Pembicaraan sudah tahap akhir," kata dia dalam konferensi pers terkait perkembangan negosiasi Indonesia EU CEPA, dikutip Senin (9/6/2025).
Hasil negosiasi I-EU CEPA tersebut siap untuk diumumkan dan dalam waktu dekat hasilnya akan dilaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto serta kepada Presiden Komisi Eropa.
Lantas apa saja yang poin-poin penting dalam pertemuan antara Menko Airlangga dengan EU Commissioner for Trade and Economic Security Maros Sefcovic di Brussels, Belgia pada Jumat (6/6/2025)? Berikut ringkasannya.
1. Penghapusan tarif bea masuk
Airlangga mengungkapkan, salah satu keuntungan I-EU CEPA ialah adanya penghapusan tarif impor secara signifikan.
China memiliki berbagai cara untuk membalas tarif tinggi yang diterapkan Amerika Serikat (AS), mulai dari kontrol utang hingga elemen langka.
Dalam satu hingga dua tahun setelah perjanjian berlaku, 80 persen ekspor Indonesia ke Uni Eropa akan menikmati tarif bea masuk nol persen.
Dengan demikian, komoditas unggulan berupa produk padat karya seperti alas kaki, tekstil, dan garmen, kemudian minyak sawit, perikanan, dan sektor energi terbarukan dan kendaraan listrik akan mendapat perlakuan preferensial yang lebih adil.
"Indonesia sudah menyampaikan bahwa industri padat karya merupakan satu prioritas bagi Indonesia. Jadi industri seperti alat kaki, tekstil, garmen, produk tekstil, ditambah produk perikanan itu menjadi perhatian yang kita minta untuk akses sebesar-besarnya," ucapnya.
2. Kesetaraan dalam sektor perikanan
Kemudian di sektor perikanan, Indonesia meminta agar fasilitas ekspor perikanan diberikan perlakuan setara dengan negara-negara ASEAN lain seperti Thailand dan Filipina.
Uni Eropa telah menyepakati pemberian level playing field khusus (kesetaraan) untuk produksi dan ekspor perikanan Indonesia dengan negara-negara di sekitarnya.
Sebab menurut Airlangga, sejak terbukanya pasa Eropa, membuata produk-produk ekspor Indonesia dikenai tarif dan bea masuk yang relatif lebih tinggi dibandingkan negara ASEAN lain.
"Tentunya kalau pasarnya dinolkan, kita berharap lebih besar lagi volume barang yang bisa masuk baik ke Eropa," kata Airlangga.
3. Uni Eropa janjikan kelonggaran terkait deforestasi
Selain itu, terkait kebijakan deforestasi, EU Commissioner for Trade and Economic Security Maros Sefcovic berjanji akan memberikan perlakuan khusus kepada Indonesia.
Apabila kebijakan ini diterapkan maka akan berdampak positif terhadap ekspor produk hasil hutan Indonesia di Uni Eropa.
Ilustrasi manufaktur, industri manufaktur.
4. Isu yang diangkat Uni Eropa
Sementara dari sisi Uni Eropa, mereka fokus pada beberapa isu seperti tingkat komponen dalam negeri (TKDN), sektor otomotif, critical mineral, serta fasilitas-fasilitas yang dapat diperoleh dalam investasi.
5. RI targetkan ekspor ke Uni Eropa meningkat
Untuk diketahui, Uni Eropa merupakan mitra dagang terbesar kelima bagi Indonesia, dengan total nilai perdagangan yang mencapai 30,1 miliar dollar AS pada 2024.
Neraca perdagangan tetap mencatatkan surplus bagi Indonesia, meningkat signifikan dari 2,5 miliar dollar AS pada 2023 menjadi 4,5 miliar dollar AS pada 2024.
Oleh karenanya, negosiasi I-EU CEPA dapat memperkuat posisi tawar Indonesia di kancah global.
Dengan terbukanya pasar dan penghapusan hambatan tarif, I-EU CEPA menjadi momentum penting untuk meningkatkan daya saing nasional.
Airlangga optimistis penyelesaian negosiasi I-EU CEPA dapat meningkatkan ekspor Indonesia ke Uni Eropa lebih dari 50 persen dalam tiga hingga empat tahun ke depan.
Selain itu, perjanjian tersebut juga membuka peluang investasi strategis dari Eropa ke Indonesia, seiring dengan meningkatnya kepercayaan terhadap sistem hukum dan kebijakan dalam negeri.
"Indonesia dan Uni Eropa semangat untuk menggunakan momentum situasi yang saat ini penuh ketidakpastian dan tidak bisa diprediksi, komoditas utama Indonesia dan Uni Eropa bersifat saling melengkapi ataupun komplementer, tidak berkait bersaing secara langsung. Tentunya ini sama-sama memperkuat supply chain ataupun rantai pasok pasar dunia sehingga percepatan dari penyelesaian ini menjadi sangat penting," tuturnya.
Tag: #negosiasi #cepa #segera #rampung #saja #yang #jadi #pembahasan #terakhir