CEO Nvidia: Investor Salah Paham, DeepSeek Bukan Ancaman
CEO NVDIA Jensen Huang saat menghadiri Indonesia AI Day di Jakarta, Kamis (14/11/2024).(KOMPAS.com/RESKA K NISTIANTO)
14:12
24 Februari 2025

CEO Nvidia: Investor Salah Paham, DeepSeek Bukan Ancaman

CEO Nvidia, Jensen Huang, menilai investor bereaksi berlebihan terhadap kemajuan DeepSeek dalam kecerdasan buatan (AI). 

Dia menegaskan model AI baru dari perusahaan China itu bukan ancaman bagi dominasi Nvidia di industri chip.

DeepSeek, perusahaan AI yang didukung dana lindung nilai High-Flyer, meluncurkan model penalaran sumber terbuka R1 pada Januari 2025.

Model ini dikembangkan menggunakan chip yang lebih lemah dan pendanaan yang jauh lebih kecil dibandingkan model AI Barat yang dominan.

Kabar ini membuat investor panik. Mereka melepas saham Nvidia, menyebabkan kapitalisasi pasar perusahaan anjlok 600 miliar dolar AS (sekitar Rp9.500 triliun).

Kekayaan bersih Huang juga turun hampir 20 persen akibat kejatuhan saham tersebut. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, harga saham Nvidia mulai pulih.

Huang menyebut reaksi pasar tersebut sebagai kesalahpahaman.

 

Dalam wawancara yang direkam sebelumnya untuk acara peluncuran platform perangkat lunak Infinia milik mitra Nvidia, DDN, Huang menjelaskan investor keliru dalam menilai dampak DeepSeek terhadap industri AI.

Ilustrasi DeepSeek.TweakTown Ilustrasi DeepSeek.

Salah satu kekhawatiran investor adalah apakah perusahaan teknologi raksasa masih perlu menggelontorkan dana triliunan dolar untuk infrastruktur AI jika model seperti R1 dapat dilatih dengan daya komputasi lebih rendah.

Namun, Huang menegaskan kebutuhan daya komputasi tetap tinggi, terutama untuk proses pasca-pelatihan.

"Investor menganggap dunia ini hanya tentang pra-pelatihan dan inferensi," kata Huang dalam acara virtual yang disiarkan pada Kamis (20/2/2025), seperti dilansir Business Insider.

"Inferensi adalah ketika Anda mengajukan pertanyaan ke AI dan langsung mendapat jawaban. Tapi jelas paradigma itu keliru," sambungnya.

Menurutnya, pra-pelatihan memang penting, tetapi pasca-pelatihan justru menjadi bagian paling krusial dalam pengembangan kecerdasan buatan.

Proses ini memungkinkan AI memecahkan masalah dengan lebih baik dan meningkatkan akurasi prediksi.

Seiring berkembangnya metode pasca-pelatihan, kebutuhan daya komputasi yang disediakan oleh chip Nvidia juga akan terus meningkat.

Alih-alih mengancam, Huang menilai DeepSeek membawa energi baru ke dunia AI.

"Ini sangat menarik. Respons global terhadap R1 yang menjadi sumber terbuka sungguh luar biasa," ujarnya.

Nvidia sendiri sebelumnya sudah merespons gejolak pasar dengan pernyataan tertulis. Namun, ini pertama kalinya Huang secara langsung menanggapi isu tersebut.

Kekhawatiran terhadap perlambatan inovasi AI bukan hal baru.

 

Sebelum DeepSeek muncul, laporan mengenai melambatnya pengembangan model OpenAI telah menimbulkan spekulasi bahwa industri AI mungkin tidak berkembang secepat yang diharapkan.

Akibatnya, Nvidia dikhawatirkan tidak bisa mempertahankan lonjakan keuntungan seperti sebelumnya.

Namun, Huang menegaskan bahwa industri AI tetap berkembang, hanya saja fokusnya bergeser dari pelatihan ke inferensi dan pasca-pelatihan.

Menurutnya, metode pasca-pelatihan "cukup intensif" dan akan terus mendorong peningkatan model AI.

Pernyataan Huang ini bisa menjadi gambaran awal sebelum laporan keuangan Nvidia untuk kuartal pertama 2025 dirilis pada 26 Februari.

DeepSeek sendiri telah menjadi topik utama dalam diskusi bisnis, termasuk di perusahaan seperti Airbnb dan Palantir.

Saingan utama Nvidia, AMD, juga telah menanggapi isu ini. CEO AMD, Lisa Su, menyebut inovasi yang dibawa DeepSeek sebagai hal positif bagi adopsi AI.

Bagi Nvidia, isu ini menjadi ujian bagi dominasi mereka di industri chip AI. Namun, jika prediksi Huang benar, permintaan chip Nvidia justru akan terus tumbuh seiring perkembangan AI.

Tag:  #nvidia #investor #salah #paham #deepseek #bukan #ancaman

KOMENTAR