Sindrom Kepala Tertunduk Jika Dibiarkan Bisa Terjadi Kerusakan Permanen Struktur Leher
Ilustrasi anak main HP. (Karolina Grabowska/Pexels)
19:11
14 Juni 2025

Sindrom Kepala Tertunduk Jika Dibiarkan Bisa Terjadi Kerusakan Permanen Struktur Leher

- Pernah melihat seseorang yang tampak terus-menerus menunduk seolah dagunya mendekat ke dada? Bisa jadi orang tersebut mengalami sindrom kepala tertunduk atau dropped head syndrome. Kondisi ini bukan sekadar postur membungkuk, melainkan gangguan serius pada otot-otot leher yang memengaruhi kualitas hidup penderitanya. 

Sindrom kepala tertunduk adalah kumpulan gejala akibat kelemahan otot-otot belakang leher. Hal ini menyebabkan deformitas atau perubahan bentuk pada leher yang berdampak pada aktivitas sehari-hari. 

“Penderitanya terlihat seperti terus-menerus menunduk, dan ini bukan hanya masalah penampilan, tapi juga menyangkut gangguan fungsi otot dan saraf,” ujar dr Reyner Valiant Tumbelaka MKed Klin SpOT.  

Sindrom kepala tertunduk bisa disebabkan oleh berbagai gangguan neuromuskular. Yakni, kelainan pada saraf dan otot. Namun, betulkah penggunaan gawai juga termasuk penyebabnya?

"Postur leher yang buruk saat menggunakan gawai dalam waktu lama memang bisa menyebabkan kaku dan nyeri. Tapi, tidak secara langsung menyebabkan dropped head syndrome, karena ini lebih berkaitan dengan kelemahan otot," jelas dokter spesialis orthopaedi dan traumatologi Mayapada Hospital Surabaya itu.  

Meski begitu, posisi tubuh saat bekerja dengan komputer atau gawai tetap perlu diperhatikan. Terutama bagi para pekerja yang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar. “Gunakan posisi duduk yang ergonomis, sejajarkan layar dengan mata, dan jangan lupa istirahat serta lakukan peregangan ringan secara berkala,” saran dokter Reyner. 

Sindrom ini bukan hanya menyerang kalangan lansia. Anak-anak hingga remaja pun bisa mengalaminya, meskipun lebih sering ditemukan pada orang dewasa. Karena itu, penting bagi semua kalangan untuk memperhatikan postur tubuh dan kebiasaan sehari-hari.  

Gejala yang umum muncul tidak hanya perubahan postur. Keluhan lain yang sering dirasakan antara lain kaku dan lemah di leher serta bahu, kesulitan menelan, hingga perubahan cara berjalan. Dalam kondisi tertentu, penderita juga bisa mengalami kesemutan di tangan dan kelemahan pada anggota gerak atas. 

Jika dibiarkan tanpa penanganan, kondisi itu bisa memburuk. “Dalam jangka panjang, bisa terjadi kerusakan permanen pada struktur leher, perubahan bentuk tulang belakang, hingga gangguan saraf yang mengganggu mobilitas,” sambung.

  

Kesadaran untuk memeriksakan diri sejak dini sangat penting. Kapan harus ke dokter? Menurut dokter Reyner, saat merasa sulit mengangkat kepala. Terutama jika kelemahan muncul tiba-tiba atau menetap dalam waktu lama, sebaiknya segera mencari bantuan medis.

“Pemeriksaan sejak awal bisa membantu menekan risiko kerusakan lebih lanjut,” tegasnya. 

Diagnosis dilakukan melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang seperti radiologi dan laboratorium. “Terapi nonoperatif seperti fisioterapi dan penggunaan penyangga leher (brace) biasanya menjadi pilihan awal,” bebernya. Namun, jika ditemukan kerusakan struktur yang berat, tindakan operasi bisa menjadi pilihan. 

Untuk mencegah sindrom kepala tertunduk, dokter Reyner menyarankan latihan ringan yang bisa dilakukan bahkan di tengah kesibukan. Gerakan seperti chin tuck (menarik dagu ke belakang untuk meluruskan leher), peregangan leher dan bahu, serta latihan punggung adalah beberapa latihan yang dianjurkan.

“Latihan terbaik adalah latihan yang disempatkan. Tak perlu lama-lama, yang penting konsisten," katanya. Dengan memperhatikan postur, rutin berolahraga, dan peka terhadap gejala-gejala awal, sindrom kepala tertunduk bisa dicegah sebelum mengganggu aktivitas.

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #sindrom #kepala #tertunduk #jika #dibiarkan #bisa #terjadi #kerusakan #permanen #struktur #leher

KOMENTAR