Jadi 5 Terbesar Raksasa Investor di Indonesia, Pelemahan Ekonomi Tiongkok Perlu Diwaspadai
Caption DBS Chief Investment Officer (CIO) Hou Wey Fook, Head of Sales & Distribution Consumer Banking PT Bank DBS Indonesia Pisa Valensia, dan Equities Specialist DBS Group Research Maynard Arif. (Agas Putra Hartanto/Jawapos)
13:09
25 Januari 2024

Jadi 5 Terbesar Raksasa Investor di Indonesia, Pelemahan Ekonomi Tiongkok Perlu Diwaspadai

- Pelemahan ekonomi Tiongkok perlu diwaspadai dampaknya terhadap Indonesia. Sebagai mitra dagang dan nilai investasi mereka yang besar, tentu seharusnya menjadi perhatian. Meski, sepanjang 2023 perekonomian Tanah Air terbilang stabil.

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi sepanjang 2023 mencapai Rp 1.418,9 triliun. Tiongkok masuk dalam lima besar negara utama penyumbang investasi terbesar bersama Singapura, Malaysia, Jepang, dan Hongkong. Selain itu, Negeri Panda itu juga merupakan mitra dagang utama Indonesia.

Artinya, pelemahan perekonomian Tiongkok baik secara langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan multiplier effect. Salah satunya terhadap kinerja ekspor Indonesia. Kementerian Keuangan mencatat nilai ekspor Indonesia sepanjang tahun lalu tercatat sebesar USD 258,82 miliar.

Realisasi kinerja ekspor tumbuh 8,5 persen secara tahunan. Meski, masih di bawah capaian ekspor 2022 sebesar USD 291,90 miliar. “Maka kita mesti memonitor terhadap dampak pelemahan itu. Ini menjadi risiko di 2024,” ucap Head of Research DBS Group Maynard Arif saat ditanyai Jawa Pos kemarin (24/1).

Menurut dia, pemerintah perlu mengatur untuk penguatan ekonomi dalam negeri. Khususnya untuk meningkatkan konsumsi rumah tangga. Pengendalian inflasi menjadi kunci untuk menjaga daya beli masyarakat. Jika tidak, bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal menurun.

“Karena investasi Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tapi kembali lagi tergantung kebijakan pemerintah Tiongkok,” jelasnya.

Pertumbuhan ekonomi juga tidak lepas dari penyaluran kredit perbankan. Maynard menilai perbankan masih bakal terus menggenjot fungsi intermediasinya. Tentu dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas dan kualitas aset.

Di sisi lain, risiko kredit perbankan secara nasional masih terjaga. “Jadi selama kualitas aset terjaga saya rasa perbankan masih akan menyalurkan kredit untuk mendorong pertumbuhan,” pungkasnya.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menuturkan, pertumbuhan ekonomi dunia melambat dengan ketidakpastian pasar keuangan yang mereda. Ekonomi global diprakirakan tumbuh sebesar 3 persen pada 2023 dan melambat menjadi 2,8 persen pada 2024. Rkonomi Tiongkok melambat seiring dengan tetap lemahnya konsumsi rumah tangga dan investasi.

“Sebagai dampak lanjutan dari pelemahan kinerja sektor properti, serta terbatasnya stimulus fiskal,” ucap Perry.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #jadi #terbesar #raksasa #investor #indonesia #pelemahan #ekonomi #tiongkok #perlu #diwaspadai

KOMENTAR