Ekonom Sarankan Pemerintah Perluas Infrastruktur Jargas, Kenapa?
Warga menyalakan kompor gas pakai jaringan gas (jargas) di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Rabu (5/2/2025)(KOMPAS.COM/ARIA RUSTA YULI PRADANA)
22:56
13 Februari 2025

Ekonom Sarankan Pemerintah Perluas Infrastruktur Jargas, Kenapa?

Upaya mempercepat perluasan dan pembangunan jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga (Jargas) perlu segera diwujudkan.

Dalam jangka pendek, langkah ini akan membantu perekonomian negara akibat terus membengkaknya beban keuangan akibat ketergantungan elpiji impor yang konsumsinya terus bertambah.

”Secara policy, setuju untuk Jargas ini segera diakselerasi, terutama di kota-kota besar yang secara penduduknya banyak dan beragam tingkat ekonominya,” ucap Ekonom Universitas Indonesia (UI) Berly Martawardaya dikutip dari keterangan pers tertulis, Kamis (13/2/2025).

Meteran jaringan gas (jargas) yang berada di salah satu rumah warga di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Rabu (5/2/2025)KOMPAS.COM/ARIA RUSTA YULI PRADANA Meteran jaringan gas (jargas) yang berada di salah satu rumah warga di Desa Mendenrejo, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Rabu (5/2/2025)

Secara realistis, Berly yang juga ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengatakan jargas tidak akan langsung menggantikan eksistensi elpiji.

Akan tetapi penting untuk segera dijalankan peningkatan infrastrukturnya sehingga mengurangi ketergantungan terhadap elpiji yang bersumber dari impor.

Jargas bisa mengoptimalkan sumber energi gas bumi di dalam negeri sehingga positif secara jangka panjang. Sekalipun biaya investasi di awal untuk pembangunan infrastrukturnya tidak murah.

”Investasi awal mahal artinya sebagai Capex (Capital expenditure/belanja modal) tapi nanti Opex (Operational expenditure/belanja operasional)nya rendah. Menghemat secara jangka panjang. Dalam 5 tahun sudah terlihat penghematannya,” jelasnya.

Komitmen penuh dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk memperluas pemanfaatan Jargas supaya terjadi kesepahaman dan keselerasan dengan pemerintah daerah (Pemda).

Perbedaan kebijakan di Pemda, menurutnya, kerap menjadi hambatan pembangun infrastruktur termasuk untuk energi.

”Yang belum saya lihat ini memang pemda atau pemerintah kota juga harus support. Ini yang seringkali jadi tantangan. Jadi planning-nya ini harus matang,” ucapnya.

 

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia saat meninjau pangkalan gas di Jalan Tengku Bey, Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (5/2/2025).KOMPAS.com/IDON Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia saat meninjau pangkalan gas di Jalan Tengku Bey, Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (5/2/2025).

Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa ketergantungan terhadap elpiji impor merupakan salah satu permasalahan utama di sektor energi. Sebab kemampuan produksi elpiji di dalam negeri hanya 1,4 juta ton sedangkan konsumsinya mencapai 8 juta per ton per tahun.

Selisih yang jumlahnya sangat besar itu kemudian diatasi melalui impor.

”Impor kita sekitar 6 sampai 7 juta ton per tahun," ujarnya di Kementerian ESDM, baru-baru ini.

Program Jargas, lanjut Bahlil, akan dioptimalkan untuk menutupi gap antara kemampuan produksi dengan konsumsi elpiji itu.

”Setidaknya kita akan dorong pada gasifikasi untuk jargas. Jaringan gas kepada rumah rakyat,” tegasnya.

Hal itu sejalan dengan upaya sebelumnya di mana Pemerintah berupaya meningkatkan pemanfaatan gas untuk dalam negeri sehingga pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2020-2024, pembangunan Jargas termasuk salah satu proyek strategis nasional.

Jargas nantinya juga bermanfaat mengurangi defisit neraca perdagangan migas mencapai Rp2,64 triliun per tahun.

Hingga akhir 2024, menurut data ESDM, total Jargas telah mendekati 1 juta Sambungan Rumahtangga (SR).

Dari angka tersebut, sebanyak lebih dari 820.000 atau setara 84.000 metrik ton LPG di antaranya dikelola oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sebagai badan usaha yang mendapatkan penugasan pembangunan Jargas ke rumah tangga.

Selain itu, Bahlil menyebut Presiden Prabowo Subianto juga telah memberi arahan untuk mengurangi impor elpiji melalui pengembangan propana (C3) dan butana atau C4. (Penulis: Choirul Arifin | Editor: Seno Tri Sulistiyono)

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: Elpiji Selalu Jadi Beban Subsidi, Ekonom Sarankan Pemerintah Perluas Infrastruktur Jargas

Tag:  #ekonom #sarankan #pemerintah #perluas #infrastruktur #jargas #kenapa

KOMENTAR