Saham Microsoft Tergelincir, Meta Melambung: Drama Cloud dan AI di Wall Street
–Wall Street kembali menjadi panggung drama bagi raksasa teknologi dunia. Kali ini, sorotan tertuju pada Microsoft dan Meta, dua perusahaan dengan nasib berbeda setelah merilis laporan keuangan kuartal keempat mereka.
Microsoft, sang penguasa perangkat lunak, harus rela melihat sahamnya tergelincir, sementara Meta, induk perusahaan Facebook, justru melambung tinggi. Sentimen investor terhadap Microsoft terpukul akibat belanja besar-besaran untuk AI yang belum menunjukkan tanda-tanda hasil yang signifikan. Kekhawatiran terhadap persaingan dari model AI Tiongkok yang lebih murah serta melemahnya bisnis cloud juga membebani saham.
”Dalam jangka pendek, kita akan melihat jeda dalam saham MSFT karena kisah percepatan kembali Azure pada semester kedua tidak terwujud,” kata analis Barclays, dikutip dari reuters.com.
Performa saham Microsoft tak lepas dari kekhawatiran investor terhadap prospek bisnis cloud mereka, Azure. Pertumbuhan Azure yang melambat menjadi satu di antara perhatian utama para pelaku pasar. Hal ini memicu aksi jual saham Microsoft, yang berujung pada penurunan harga saham mereka.
Di sisi lain, Meta memikat hati investor dengan kinerja keuangan yang melampaui ekspektasi. Meskipun demikian, Meta juga memberikan sinyal campuran tentang bagaimana taruhan pada alat-alat bertenaga kecerdasan buatan (AI) membuahkan hasil.
Meskipun demikian, Meta berhasil mencatatkan pendapatan kuartal keempat yang melampaui perkiraan Wall Street. Namun, mereka juga memprediksi bahwa penjualan pada kuartal pertama saat ini mungkin tidak memenuhi perkiraan. Hal ini tentu saja menjadi perhatian para investor, yang terus memantau perkembangan investasi Meta di bidang AI.
Unit Azure Microsoft melaporkan pertumbuhan pendapatan sebesar 31 persen untuk kuartal kedua tahun fiskal, sedikit di bawah estimasi Visible Alpha sebesar 31,8 persen.
Bagi induk Facebook, Meta, para investor berfokus pada perolehan pendapatan perusahaan pada kuartal keempat meskipun perusahaan memperkirakan penjualan pada kuartal pertama mungkin tidak memenuhi perkiraan.
”Gambaran besarnya, kelipatan META dapat berkembang sepanjang tahun ini karena kita melihat sumber utilitas konsumen dan pengiklan serta keterlibatan berulang dan monetisasi tambahan tumbuh,” kata analis Morgan Stanley yang dipimpin Brian Nowak.
Setidaknya tiga analis memangkas target harga mereka pada Microsoft, sementara sepuluh analis menaikkan target harga pada Meta menyusul hasil tersebut, menurut data yang dikumpulkan LSEG.
Perbedaan nasib kedua perusahaan ini menggambarkan betapa dinamisnya pasar teknologi saat ini. Investor semakin selektif dalam memilih saham, dan kinerja keuangan perusahaan menjadi acuan utama. Tak hanya itu, prospek bisnis di masa depan, terutama di bidang cloud dan AI, juga menjadi pertimbangan penting.
Microsoft, dengan Azure, masih menjadi pemain utama di pasar cloud. Namun, persaingan yang semakin ketat dan kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan menjadi tantangan tersendiri.
Meta, di sisi lain, terus berinvestasi besar-besaran di bidang AI, meskipun hasilnya belum sepenuhnya terlihat. Pada 2024, Meta naik 65 persen dan Microsoft naik 12 persen. Meta memiliki rasio harga terhadap laba 12 bulan ke depan sekitar 26,22, sedangkan Microsoft 31,3.
Pergerakan saham Microsoft dan Meta ini menjadi pengingat bahwa pasar saham selalu penuh dengan kejutan. Investor harus selalu waspada dan melakukan riset yang cermat sebelum mengambil keputusan investasi.
Tag: #saham #microsoft #tergelincir #meta #melambung #drama #cloud #wall #street