Ini Perbedaan Galungan dan Kuningan, Hari Raya Umat Hindu Bali
Ilustrasi perayaan Hari Suci Galungan termasuk salah satu libur dispensasi bagi masyarakat Bali sesuai dengan SE Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2024.(canva.com)
21:42
19 November 2025

Ini Perbedaan Galungan dan Kuningan, Hari Raya Umat Hindu Bali

- Hari Raya Galungan dan Hari Raya Kuningan merupakan dua perayaan besar dalam tradisi umat Hindu di Bali.

Meski dirayakan berurutan, Galungan dan Kuningan tidak dapat disamakan, karena memiliki filosofi, rangkaian ritual, serta tujuan yang berbeda.

Perbedaan Galungan dan Kuningan dapat dilihat dari makna, waktu upacara, hingga ritual yang dilaksanakan.

Pengertian Galungan dan Kuningan

Seperti dilansir dari Buku “Berbagai Macam Upacara Adat di Indonesia Penuh Makna Kehidupan” (2023) karya Husni Abdullah Mubarak terbitan Elementa Media, Galungan adalah perayaan kemenangan dharma (kebenaran) atas Dharma (ketidakbenaran).

Bagi umat Hindu, Hari Raya Galungan juga merupakan peringatan terciptanya jagat raya beserta segala isinya oleh Sang Hyang Widhi.

Sementara Hari Raya Kuningan adalah memperingati turunnya Sang Hyang Widhi ke dunia diiringi para dewa. Kuningan juga melambangkan rasa syukur, ketenangan, serta keseimbangan umat Hindu yang merayakannya.

Waktu perayaan

Mengutip buku “Mengenal Agama Manusia” (2021) karya Jonar Situmorang, Galungan merupakan tahun baru menurut kalender Jawa-Bali. Perayaan ini selalu jatuh pada Buda Kliwon atau Rabu Kliwon, dan berlangsung setiap 210 hari sekali berdasarkan sistem penanggalan Pawukon. Pada tahun 2025, Hari Raya Galungan jatuh pada tanggal 23 April dan 19 November.

Sepuluh hari setelah Galungan, umat Hindu di Bali merayakan Kuningan. Jika Galungan jatuh pada Rabu Kliwon, maka Kuningan dirayakan pada Saniscara Kliwon atau Sabtu Kliwon.

Ritual yang dilaksanakan

Saat Hari Raya Galungan tiba, setiap rumah dan perabot diberi sesajen. Sementara di sepanjang jalan atau pintu gerbang rumah akan didirikan penjor-penjor—bambu yang diberi hiasan lengkap dengan lamak atau kain yang dihias kemudian digantung pada bambu.

Masyarakat Hindu di Bali yang merayakan Galungan banyak yang memakai baju baru. Para wanita juga tampak membawa sesajen.

Setelah persembahyangan di pura desa, masyarakat dapat menghadiri pesta yang diadakan dua hari, yaitu di hari perayaan Galungan dan hari berikutnya.

Kemudian, dilansir dari KOMPAS.com yang tayang pada 25 September 2024, saat Hari Raya Kuningan tiba, umat Hindu melakukan pemujaan kepada para dewa dan leluhur untuk memohon keselamatan, perlindungan, serta tuntunan.

Umat Hindu meyakini bahwa para dewa diiringi para pitara atau leluhur turun ke bumbu hingga tengah hari saja. Maka dari itu, upacara dan persembahyangan di Hari Raya Kuningan hanya sampai pukul 12.00 waktu setempat.

Sama-sama sebagai hari libur

Meski memiliki banyak perbedaan mulai dari makna hingga waktu pelaksanaan, kedua hari raya tersebut ditetapkan sebagai hari libur dispensasi berdasarkan Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2024.

Ya, ini adalah hari libur khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Bali  dimaksudkan agar umat Hindu dapat melaksanakan hari raya suci keagamaan sesuai swadarmanya.

Berikut jadwal hari libur Galungan dan Kuningan di tahun 2025:

  • Rabu, 23 April 2025: Hari Raya Galungan
  • Kamis, 24 April 2025: Hari Raya Umanis Galungan
  • Jumat, 2 Mei 2025: Hari Raya Suci Penampahan Kuningan
  • Sabtu, 3 Mei 2025: Hari Raya Suci Kuningan
  • Rabu, 19 November 2025: Hari Raya Suci Galungan
  • Kamis, 20 November 2025: Hari Raya Suci Umanis Galungan
  • Jumat, 28 November 2025: Hari Raya Suci Penampahan Kuningan
  • Sabtu, 29 November 2025: Hari Raya Suci Kuningan

Hari Raya Galungan dan Kuningan memang berbeda, namun keduanya memiliki makna besar sebagai hari suci yang menguatkan hubungan antara manusia, leluhur, dan Sang Pencipta.

Tag:  #perbedaan #galungan #kuningan #hari #raya #umat #hindu #bali

KOMENTAR