Pariwisata Berkelanjutan Tak Bisa Hanya Jadi Slogan, Ini Tantangannya
Suasana di kawasan Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat, Rabu (13/11/2024). (KOMPAS.com/ZINTAN PRIHATINi)
21:07
30 Oktober 2025

Pariwisata Berkelanjutan Tak Bisa Hanya Jadi Slogan, Ini Tantangannya

- Pariwisata berkelanjutan juga tak bisa hanya menjadi slogan. Pengembangan pariwisata Indonesia menghadapi tantangan agar tetap kompetitif dan berkelanjutan.

Deputi Bidang Industri dan Investasi Pariwisata Kementerian Pariwisata, Rizki Handayani, menegaskan, arah pengembangan pariwisata ke depan membutuhkan dukungan investasi yang cerdas, tak hanya membangun infrastruktur melainkan memperkuat kualitas manusia dan lingkungan.

“Oleh BKPM, target investasi pariwisata hingga tahun 2029 mencapai sekitar Rp350 triliun,
dengan fokus lebih dari 50 persen di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP). Angka ini bukan
semata-mata tentang pembangunan fisik, tetapi tentang menciptakan nilai tambah yang
berkelanjutan,” ujar Rizki dalam acara Indonesia Tourism Outlook (ITO) 2026 yang digelar Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) pada Rabu (29/10/2025) di Artotel Harmoni- Gajah Mada Jakarta.

Ia menambahkan, keberhasilan investasi akan bergantung pada kemampuan daerah
dan pelaku industri dalam mengintegrasikan pendekatan ekonomi, sosial, dan lingkungan
agar menciptakan efek ganda bagi masyarakat lokal.

Prinsip keberlanjutan tidak hanya perlu diimplementasikan di level kebijakan, melainkan diwujudkan dalam praktik bisnis sehari-hari.

Di Artotel Group misalnya, pendekatan keberlanjutan diterjemahkan ke dalam strategi dan operasional perusahaan.

Bisnis yang bertanggung jawab

Desa Kete Kesu merupakan desa wisata dengan konsep sustainable tourism. Dok. Shutterstock/Januar.rahim Desa Kete Kesu merupakan desa wisata dengan konsep sustainable tourism. Eduard Rudolf Pangkerego, Chief Operating Officer Artotel Group, menegaskan pentingnya
transformasi menuju praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab.

“Sekarang di bursa efek, kami harus keluarkan ESG Report yang benar. Kami menyentuh
green investment dan aktivitas yang lebih hijau, tidak hanya di green tapi juga blue economy.
Untuk itu, kami meluncurkan program The Art of Goodness. Selain mengejar profit, kami juga
bertanggung jawab terhadap people dan planet,” kata Eduard dalam kesempatan yang sama.

Menurutnya, keberlanjutan tidak bisa hanya menjadi slogan. Setiap pelaku industri perlu
memastikan operasional bisnisnya memberi manfaat bagi masyarakat sekitar dan menjaga
lingkungan.

Eduard menekankan bahwa keseimbangan antara profit dan tanggung jawab
sosial merupakan bentuk nyata pariwisata berdaya dan menguntungkan.

Daya saing dan positioning destinasi

Foto : Keindahan Labuan Bjo dilihat dari Kawasan ParapuarKompas.com/Nansianus Taris Foto : Keindahan Labuan Bjo dilihat dari Kawasan ParapuarPraktik keberlanjutan di level bisnis juga berperan penting dalam memperkuat daya saing
destinasi.

Sejalan dengan itu, Yudhistira Setiawan, SVP Corporate Secretary Injourney, menyampaikan kekuatan Indonesia bukan hanya pada jumlah destinasi, melainkan pada keunikan pengalaman yang ditawarkan.

“Indonesia memiliki aset pariwisata terbesar di Asia Tenggara, tetapi angka kunjungan kita
masih tertinggal dibandingkan Thailand dan Malaysia. Untuk itu, setiap destinasi perlu
memiliki positioning yang jelas dan berdaya saing,” ujarnya.

Yudhistira menjelaskan Injourney kini berfokus pada pengembangan lima Destinasi
Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yaitu Borobudur, Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika,
dan Likupang.

Lima pilar pengembangan yang menjadi acuan mencakup atraksi dan program,
konektivitas, infrastruktur dan amenitas, pariwisata berkelanjutan, serta people and
hospitality. Pendekatan ini diharapkan menciptakan ekosistem pariwisata yang inklusif,
produktif, dan ramah lingkungan.

Tren dan tantangan di Asia Pasifik

Salah seorang petani saat berada di area kebun hanjeli di desa wisata hanjeliDokumentasi Pribadi Desa Wisata Hanjeli Salah seorang petani saat berada di area kebun hanjeli di desa wisata hanjeliGambaran tren wisata di Asia Pasifik memperlihatkan arah baru yang mendukung tema
keberlanjutan. Berdasarkan hasil survei JLL Indonesia terhadap 1.000 responden Gen Z dan
milenial, wisata berbasis alam, budaya autentik, wellness, dan kuliner menjadi pilihan utama.

“Generasi muda mencari pengalaman yang bermakna, bukan sekadar destinasi populer.
Mereka ingin dekat dengan alam, sejarah, dan komunitas lokal,” jelas Executive Director dan Head of Strategic Consulting JLL Indonesia, Vivin Harsanto.

Namun, ia menambahkan, daya tarik destinasi saja tidak cukup. Tantangan masih
datang dari sisi konektivitas, infrastruktur, hingga akses digital dan sistem pembayaran di
daerah terpencil.

“Calon wisatawan kini lebih sensitif pada value for money. Kita harus memastikan Indonesia kompetitif, tidak hanya indah, tetapi juga mudah diakses dan layak dikunjungi,” ujarnya.

Selain konektivitas, kualitas akomodasi dan hiburan juga perlu ditingkatkan agar pengalaman
wisatawan menjadi lebih utuh dan berkesan.

Kolaborasi sebagai kunci

Suasana Desa Penglipuran, desa wisata terbaik di dunia yang berlokasi di Kabupaten Bangli, Bali, pada Jumat (3/10/2025).KOMPAS.com/Krisda Tiofani Suasana Desa Penglipuran, desa wisata terbaik di dunia yang berlokasi di Kabupaten Bangli, Bali, pada Jumat (3/10/2025).Melalui ITO 2026, Forwaparekraf menegaskan keberlanjutan bukan sekadar wacana,
melainkan arah baru bagi industri pariwisata Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi tetap menjadi tujuan dan harus berjalan seiring dengan tanggung jawab sosial dan kelestarian lingkungan.

ITO 2026 mengangkat tema “Navigasi Menuju Pariwisata yang Lestari, Berdaya, dan
Menguntungkan”.

ITO menjadi forum tahunan yang mempertemukan pemerintah, pelaku industri, investor, dan media untuk membahas arah baru pariwisata Indonesia di tengah perubahan global.

Sejak pertama kali digelar pada 2018, ITO hadir sebagai ruang refleksi dan kolaborasi lintas
sektor. Forum ini membahas bagaimana industri pariwisata dapat tumbuh secara
berkelanjutan dengan menyeimbangkan kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

ITO 2026 terselenggara atas dukungan Kementerian Pariwisata, Artotel Group, Artotel
Harmoni Jakarta, Indofood, Kokola, Tekko, dan InJourney Hospitality.

Tag:  #pariwisata #berkelanjutan #bisa #hanya #jadi #slogan #tantangannya

KOMENTAR