Kisah Evakuasi Hidayat, Selamat dari Bayang-bayang Rudal Israel di Iran
Purkon Hidayat, salah satu WNI yang berhasil dievakuasi dari Iran.(Intan Afrida Rafni )
15:07
27 Juni 2025

Kisah Evakuasi Hidayat, Selamat dari Bayang-bayang Rudal Israel di Iran

Hidayat (42) setuju dievakuasi bersama sang istri dan anak setelah menetap di Iran selama 24 tahun, usai konflik Iran dengan Israel-Amerika kian memanas pada pertengahan Juni 2025.

Dosen program studi pascasarjana Kajian Asia Tenggara ini termasuk dalam rombongan pertama Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi kembali ke Tanah Air.

"Saya senang (dievakuasi), yang penting keluarga aman," kata Hidayat saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (26/6/2025).

Kini, Hidayat sudah tiba di kampung halaman Purwakarta, Jawa Barat, setelah mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, pada Rabu (24/6/2025).

Keberadaan sang istri dan anak menjadi alasan Hidayat setuju dievakuasi. Pasalnya, bila hanya memikirkan diri sendiri, ia lebih memilih pindah ke daerah lain di Iran yang dinilai lebih aman dari serangan konflik.

"Tetapi keluarga mungkin perlu recovery ya. Kalau saya pribadi, bisa saja pindah ke daerah lain," tambah dia.

Situasi konflik mencekam di Iran

Teheran, ibu kota Iran, tepatnya di bagian utara-tengah negara ini menjadi sasaran serangan Israel sejak konflik bermula.

Hidayat menggambarkan betapa mencekamnya situasi saat itu. Sejak Jumat (13/6/2025), suara ledakan nyaring terdengar dari kawasan kompleks dosen.

Serangan udara Israel ini menewaskan seorang ilmuwan nuklir di Teheran yang berjarak hanya beberapa meter dari tempat tinggalnya sekitar pukul 03.00 pagi waktu Teheran.

Serangan berlanjut pada malam hari hingga keesokan hari pada Sabtu (14/6/2025) dengan suara nyaring.

"Pukul 03.00-04.00 itu masih terdengar itu suara ledakan dar dor dar dor. Roket dengan antiudara ketemu, jadi kayak kembang api lah kira-kira malam itu," ungkap Hidayat.

Proses evakuasi dimulai

Pengarahan WNI di Iran dilakukan di Baku, Azerbaijan.DOK. Hidayat Pengarahan WNI di Iran dilakukan di Baku, Azerbaijan.Konflik antara Iran dengan Israel yang kian memanas, membuat status siaga naik dari Siaga 2 menjadi Siaga 2 pada Selasa (17/6/2025).

Kala itu, Hidayat sedang memboyong keluarganya ke luar kota Teheran demi mengamankan diri dari konflik.

Tepat keesokan harinya, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Teheran mengirim formulir evakuasi bagi WNI yang harus dikirim tepat pada keesokan harinya, Rabu (18/6/2025).

"Jadi hari Kamis (19/6/2025) itu saya hari balik dari luar kota dan kembali ke Teheran, langsung ke KBRI," jelas dia.

Mulai Jumat (20/6/2025), perjalanan evakuasi WNI dimulai dari Teheran menuju Astara, kota yang terletak di perbatasaan negara Iran dan Azerbaijan.

Proses evakuasi tidak berjalan mulus. Membutuhkan waktu hampir seharian bagi Hidayat dan WNI lainnya untuk tiba di hotel pada Sabtu (21/6/2025). 

"Sabtu akhirnya keluar dan sudah dijemput duta besar Indonesia yang sudah menunggu dari pukul 18.00 karena memang berdasarkan jadwal itu sebetulnya tiba pukul enam sore," jelas dia.

Penerbangan terhambat

Antrean penggantian tiket di Bandara Doha, Qatar, mengular usai penerbangan terhambat saat evakuasi WNI dari Iran.DOK. Hidayat Antrean penggantian tiket di Bandara Doha, Qatar, mengular usai penerbangan terhambat saat evakuasi WNI dari Iran.Setelah dievakuasi ke perbatasan Iran-Azerbaijan, Hidayat menunggu kepastian penerbangan ke Indonesia selama dua hari.

Ia termasuk dalam rombongan pertama yang diberangkatkan oleh KBRI Teheran menuju Indonesia. 

Mengingat penerbangan yang digunakan merupakan penerbangan charter, bukan komersial, WNI harus sabar menunggu jadwal penerbangannya masing-masing.

Penerbangan Hidayat dimulai dari Bandara di Baku, Azerbaijan menuju Bandara Doha, Qatar untuk transit.

"Dari Bandara Doha saya menggunakan Garuda Indonesia untuk penerbangan ke Jakarta pada Senin (23/6/2025) sekitar pukul 17.00 waktu setempat," jelas Hidayat.

Sayangnya, penerbangan menuju Qatar berlangsung lebih lama hingga lima jam karena pengalihan rute melalui Armenia, Turki, Kairo, hingga Arab Saudi.

"Harusnya cuma dua jam perjalanan lewat Shiraz yang dekat dengan Bandara Doha, tetapi karena ini daerah konflik sehingga harus muter-muter," kata dia.

Ketika sudah melewati Kairo, pilot mengumumkan bahwa Bandara Doha ditutup sehingga pesawat harus melakukan pendaratan darurat di bandara terdekat, tepatnya di Jeddah.

Hidayat bersama WNI lainnya menunggu sekitar enam jam untuk mengetahui kelanjutan penerbangan menuju Indonesia.

"Nah waktu itu ternyata serangan rudal dari Iran itu kan melewati bandara. Ternyata benar, Bandara Doha Qatar ditutup," ungkap Hidayat.

"Dalam kondisi pesawat enggak jalan, kita enggak keluar. Waktu kita datang, bandara itu kosong," lanjut dia.

Pesawat Garuda Indonesia menuju Bandara Doha, yang seharusnya mengangkut para WNI, ternyata kembali ke Indonesia karena situasi penerbangan yang dianggap tidak aman.

Alternatif penerbangan akhirnya disiapkan untuk evakuasi WNI kloter satu ini. Selama hampir semalaman, mereka menunggu kejelasan penerbangan menuju Tanah Air.

Mereka mendapatkan penerbangan rute Doha-Jakarta dengan keberangkatan pukul 03.00 dini hari dan tiba di Bandara Soekarno Hatta pada Rabu (24/6/2025) sekitar pukul 16.00 WIB .

Rute penerbangan yang tidak menentu membuat ketibaan WNI Iran di kloter satu terlambat dibandingkan dengan kloter lain.

"Rombongan kloter dua dan tiga itu justru sudah tiba duluan kemarin menggunakan pepsawat Qatar," pungkas Hidayat.

Usai tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Hidayat sempat singgah ke rumah kerabat di Cinere, Tangerang Selatan, sebelum melanjutkan perjalanan ke Purwakarta pada Kamis (25/6/2025).

Rencana kembali ke Iran

Hidayat tetap mempertimbangkan kembali ke Iran untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai pengajar di salah satu kampus di Teheran.

Namun demikian, ia mengaku belum tahu kapan tepatnya akan kembali ke Iran.

"Pertama, saya mempertimbangkan status siaga. Kalau status siaganya diturunkan, mungkin siaga dua atau tiga, saya akan pulang ke Iran," jelas dia.

Pasalnya, saat ini ia sedang mengembangkan ruang baru untuk program Kajian Asia Tenggara yang berpeluang besar sebagai promosi wisata Indonesia di Iran dalam ranah akademik.

"Ini proyek besar yang belum pernah ada dan saya pikir, program ini bsia menjadi ajang promosi pengenalan budaya kita ke negara lain, juga membangun pemahaman dua bangsa," tegasnya.

Bila pun Hidayat berangkat kembali ke Iran, ia memutuskan pergi sendiri tanpa membawa anak beserta istri, kecuali situasi di Iran sudah benar-benar pulih dari konflik.

Di sisi lain, masih ada ratusan WNI yang tetap tinggal di Iran saat 97 WNI memutuskan kembali ke Tanah Air.

Menurut Hidayat, setiap WNI memiliki pertimbangan masing-masing terkait persetujuan evakuasi maupun tetap tinggal di Iran.

"Kalau teman-teman mahasiswa sebagian masih bertahan di kota lain, seperti Qom, ya saya juga tidak bisa menghakimi mereka karena setiap orang memiliki opsi sendiri," pungkas Hidayat.

Tag:  #kisah #evakuasi #hidayat #selamat #dari #bayang #bayang #rudal #israel #iran

KOMENTAR