Perjalanan Sastra-Seni Rupa Jogja, Memahami Zaman dan Teknologi lewat Azimat-Siasat
PEMBAWA PESAN: Komik yang digambarkan di atas kulit hewan milik Erwan Hersisusanto (Iwank) x Jagal Segoroyoso. (GUNTUR AGA TIRTANA/JAWA POS RADAR JOGJA)
12:00
27 Oktober 2024

Perjalanan Sastra-Seni Rupa Jogja, Memahami Zaman dan Teknologi lewat Azimat-Siasat

– Karya seorang seniman merupakan azimat yang harus mereka pegang. Setiap seniman mempunyai azimat yang berbeda, bergantung bagaimana gaya karyanya. Untuk bertahan hidup, siasat demi siasat harus mereka jalani dengan bekal benda azimat yang mereka pegang itu.

Azimat-siasat lekat dengan umpak buka yang merupakan tema Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) 2024 dan merepresentasikan kebendaan. Tema tersebut memfokuskan pada spirit sastrawan maupun perupa di Jogja dalam proses-proses seni yang organik.

’’Seni ataupun sastra menjadi pegangan (azimat) untuk bertahan hidup dari apa yang ia tekuni,’’ ujar programmer sastra dalam Pameran Azimat-Siasat Latief S. Nugroho pekan lalu (17/10). Pameran itu berlangsung pada 10–18 Oktober lalu di Lapangan Bawuran, Pleret, Bantul.

Latief menjelaskan dengan memajang karya seniman-sastrawan bisa untuk memahami ideologi seniman-sastrawan. ’’Juga bisa memahami zaman yang terus berubah dan bagaimana mereka meresponsnya,” lanjut Latief.

Pemaknaan azimat-siasat sendiri merupakan sebuah harapan agar para seniman-sastrawan yang terus konsisten berkarya juga bisa sejahtera dengan karyanya. Latief sangat berharap kehadiran linimasa arsip sastra yang dikemas dalam museum sastra tersebut bisa menjadi kenyataan. ’’Andaikata Jogjakarta punya museum sastra, kira-kira (gambaran kecilnya) seperti ini,’’ jelasnya.

PIONIR: Pameran Sadali di Selasar Senurayo Art Space, Bandung, menunjukkan posisi penting Ahmad Sadali dalam peta seni rupa Indonesia. (PUTRA WAHYU PURNOMO/JAWA POS RADAR JOGJA)

Pameran arsip sastra menghadirkan sekitar 800 hingga 1.000 arsip dalam berbagai macam bentuk. Ada majalah, buku, poster, koran, kaset, disket, VCD, album foto, dan ada juga artefak mesin ketik. Arsip sastra yang dipamerkan dipinjam dari tokoh sastra, pengarsip, dan komunitas sastra. Selain itu, juga diambil dari Keraton Jogja, Taman Budaya Yogyakarta (TBY), dan Balai Bahasa Yogyakarta (BBY).

Programmer seni rupa dalam Pameran Azimat-Siasat Achmad Fiqhi WD mengatakan azimat-siasat sebagai upaya bertahan seniman dalam percaturan seni rupa di Jogja. ’’Karya yang dipajang ini bisa jadi gambaran perubahan teknik maupun media para seniman. Yang berarti mereka mengikuti perkembangan zaman,’’ ujar Fiqhi.

Misalnya, beberapa karya terbuat dari limbah yang diubah menjadi bentuk karya yang indah. Mulai dari kain perca menjadi boneka, limbah besi kendaraan bermotor diubah menjadi patung gladiator, dan kayu-kayu temuan di sungai ataupun di pantai yang diubah menjadi sebuah karya seni.

Hasil repro poster era awal kemerdekaan yang dibuat Affandi. (GUNTUR AGA TIRTANA/JAWA POS RADAR JOGJA)

Salah satunya karya bertajuk Segoroyoso Pride milik seniman komik Erwan Hersisusanto (Iwank) x Jagal Segoroyoso. Keduanya berkolaborasi dan menghadirkan karya yang memamerkan berbagai macam alat jagal hingga kulit sapi yang digunakan sebagai media membuat komik. ’’Prosesnya panjang yang melibatkan diskusi dengan jagal sapi ataupun masyarakat sekitar,’’ tutur Fiqhi.

Karya tersebut menarik karena mengangkat lokalitas masyarakat setempat. Segoroyoso, Bantul, terkenal dengan sentra penjual daging sapi dan kambing. Karya tersebut hadir untuk menggaungkan adanya budaya lokal yang hingga kini masih banyak ditemukan. (oso/c6/dra)

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #perjalanan #sastra #seni #rupa #jogja #memahami #zaman #teknologi #lewat #azimat #siasat

KOMENTAR