Tesla Butuh, Indonesia Jual: Dilema Nikel Antara Untung dan Lingkungan
Indonesia menjadi sorotan media Internasional, terutama soal tambang nikel. UNILAD, media asal Inggris menyebutkan Indonesia menjadi negara yang menjual mineral langka itu senilah 6,8 miliar US dolar.
Diketahui, Indonesia dikenal sebagai eksportir utama nikel, salah satu mineral langka yang sangat dibutuhkan dunia. Namun, di balik keuntungan ekonomi besar, aktivitas penambangan nikel membawa dampak serius bagi lingkungan dan masyarakat setempat.
Nikel dan Perannya dalam Industri Global
Nikel merupakan komponen penting dalam baterai lithium-ion yang digunakan pada kendaraan listrik, seperti Tesla. Seiring meningkatnya permintaan mobil listrik, kebutuhan akan nikel juga melonjak. Logam ini meningkatkan kepadatan energi pada baterai, sehingga lebih efisien untuk penggunaan jangka panjang.
Dampak Lingkungan dari Penambangan Nikel
Sebagian besar cadangan nikel Indonesia berada di Sulawesi dan Kepulauan Halmahera, termasuk Pulau Kabaena di Sulawesi Tenggara. Izin tambang telah mencakup hampir tiga perempat pulau tersebut, meski baru beberapa perusahaan yang aktif beroperasi.
Namun, laporan dari Satya Bumi, sebuah LSM lingkungan, menunjukkan bahwa perairan di Kabaena kini tercemar akibat aktivitas pertambangan. Polusi ini menyebabkan penurunan populasi ikan, infeksi kulit pada anak-anak, dan mengancam mata pencaharian penduduk setempat.
Tak hanya itu, penambangan nikel menjadi penyebab utama deforestasi di daerah pertambangan, dengan sekitar dua pertiga dari 920.000 hektare area pertambangan berada di bawah tutupan hutan.
Di wilayah lain, dampak pertambangan juga dirasakan di Raja Ampat, kawasan yang dikenal sebagai surga keanekaragaman hayati laut. Endapan sedimen dari tambang terbawa arus laut dan mengancam terumbu karang serta habitat lebih dari 1.600 spesies ikan, termasuk yang terancam punah.
Direktur Auriga Nusantara, Timer Manurung, menyatakan bahwa selama pertambangan nikel terus beroperasi, ekosistem laut di Raja Ampat akan semakin terancam, yang berpotensi merusak daya tarik wisata internasional wilayah tersebut.
Langkah Pemerintah Indonesia
Pemerintah Indonesia berencana mengevaluasi kepatuhan perusahaan tambang terhadap regulasi lingkungan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan akan meninjau kembali Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) perusahaan tambang, serta menegakkan aturan bagi mereka yang melanggar.
Pejabat senior Kementerian ESDM, Tri Winarno, menegaskan bahwa keberlanjutan sumber daya nikel menjadi prioritas kebijakan pemerintah. Namun, belum ada kejelasan bagaimana langkah ini akan memengaruhi produksi nikel ke depannya.
Dengan tantangan besar antara keuntungan ekonomi dan kelestarian lingkungan, masa depan industri nikel Indonesia masih menjadi perdebatan yang terus berlanjut.
Tag: #tesla #butuh #indonesia #jual #dilema #nikel #antara #untung #lingkungan