GSMA, Kominfo dan Asioti Dorong Pengembangan 5G di Indonesia yang Masih Lambat
Menkominfo Budi Arie Setiadi hadir di acara Digital Nations Summit bersama GSMA di Jakarta, Kamis (12/9). (Rian Alfianto/JawaPos.com)
13:16
12 September 2024

GSMA, Kominfo dan Asioti Dorong Pengembangan 5G di Indonesia yang Masih Lambat

  - Bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), GSMA menghadirkan Digital Nations Summit 2024. Bersama regulator dan industri terkait, GSMA dan Kominfo terus mendorong penerapan dan ekosistem 5G di Indonesia.   Di acara tersebut, GSMA mengungkap wawasan baru tentang bagaimana teknologi 5G dan seluler mendorong kemajuan di berbagai industri utama Indonesia, pada Digital Nations Summit tahun ini di Jakarta, yang diselenggarakan bersama dengan Kominfo.   Laporan Mobile Economy Asia Pacific 2024 yang dirilis GSMA baru-baru ini menyoroti kemajuan pesat Indonesia dalam teknologi seluler dan potensi substansialnya untuk pertumbuhan di masa depan. Pada tahun 2030, Indonesia diharapkan menjadi pasar telepon pintar terbesar kedua di Asia Pasifik, dengan 387 juta koneksi telepon pintar, membuka berbagai layanan digital baru dan meningkatkan produktivitas ekonomi.   Sementara 5G masih dalam tahap awal perjalanannya di Indonesia, rencana ambisius pemerintah dan operator menunjukkan bahwa lebih dari 32 persen koneksi diperkirakan akan menggunakan 5G pada tahun 2030, menurut laporan GSMA Intelligence. Sekitar 67 persen koneksi akan menggunakan 4G pada tahun 2030, menurut perkiraan, dengan 94 persen orang menggunakan telepon pintar.   Ismail selaku Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos Informatika (SDPPI) Kominfo mengatakan, selain Peta Jalan Spektrum IMT Indonesia yang sangat penting, yang menjadi inti dari strategi transformasi digital kami, dengan fokus pada pengembangan dan pelepasan pita frekuensi kunci untuk memungkinkan layanan-layanan canggih seperti 5G.   "Kolaborasi dengan para pemangku kepentingan menjadi salah satu strategi yang harus dilakukan untuk membangun kerangka kerja yang komprehensif bagi visi digital Indonesia dalam pengembangan dan penggunaan teknologi digital di seluruh Indonesia," kata Ismail di pembukaan acara tersebut, Kamis (12/9).   Dalam kesempatan tersebut, Kemenkominfo, SDPPI dan GSMA menandatangani nota kesepahaman dengan Dewan Transformasi Digital Industri Indonesia (Wantrii) untuk mempercepat transformasi digital industri di Indonesia.    Hal tersebut diharapkan dapat dicapai melalui contoh penerapan (use cases) 5G, dengan menghubungkan penyedia solusi dengan pengguna, mendorong kolaborasi untuk menumbuhkan ekosistem perangkat teknologi digital, serta mendukung pengembangan industri dalam negeri.   Julian Gorman, Head of Asia Pasific GSMA dalam kesempatan yang sama mengatakan, Indonesia merupakan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan industrinya harus bersaing secara global untuk meningkatkan ekspor dan investasi.  Menurutnya, di seluruh dunia, 5G merevolusi cara sektor industri beroperasi dan dapat meningkatkan keuntungan dalam produktivitas ekonomi, menjadi inti pertumbuhan Indonesia.    "Dampak transformatif teknologi seluler termasuk 5G terhadap industri menggarisbawahi keharusan bagi Indonesia untuk memelihara dan mendorong ekosistem yang dinamis guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendorong inovasi," kata Julian.   Teguh Prasetya, Ketua Umum Asosiasi Internet of Things Indonesia (Asioti) di kesempatan tersebut menekankan perlunya pendekatan kolaboratif untuk mencapai tujuan transformasi digital. Komitmen dari sektor publik dan swasta dinilai tidak hanya perlu, tetapi juga penting untuk mewujudkan Indonesia yang produktif dan maju secara digital.    "Melalui upaya kolektif, kita dapat memanfaatkan potensi penuh 5G dan teknologi seluler lainnya untuk mendorong inovasi, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan peluang ekonomi baru bagi semua," kata Teguh.   Teguh juga menyoroti bahwa, transformasi digital ini akan memberikan solusi yang lebih baik dalam industri seperti pertanian dan kesehatan, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup seluruh masyarakat Indonesia.   GSMA juga mengungkapkan bahwa Indonesia akan memperoleh sekitar USD 18 miliar dalam investasi industri seluler antara tahun 2024 dan 2030, dengan porsi yang signifikan dialokasikan untuk jaringan 5G. Investasi ini diproyeksikan akan memberikan kontribusi sebesar USD 41 miliar terhadap PDB Indonesia selama enam tahun ke depan, yang menyoroti pentingnya teknologi seluler bagi perekonomian.   Selama acara ini, operator seluler dan perusahaan teknologi akan menyoroti inovasi yang dapat dipadukan oleh 5G, IoT, dan AI untuk mengubah industri secara digital. Termasuk memamerkan gudang pintar 5G pertama di Indonesia, yang menghadirkan efisiensi operasional dan peningkatan manajemen logistik yang signifikan.   Sektor pertambangan juga akan memperoleh manfaat dari kemajuan seluler. Secara global, teknologi 5G menyederhanakan operasi dan meningkatkan protokol keselamatan yang ditawarkan untuk meningkatkan sumber daya pertambangan kelas dunia di Indonesia.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #gsma #kominfo #asioti #dorong #pengembangan #indonesia #yang #masih #lambat

KOMENTAR