70
CEO TikTok Shou Zi Chew usai rapat di Sen. John Fetterman's office, Russell Senate Office building pada 14 Maret 2024. (Bill Clark/Getty Images)
08:48
28 Januari 2025
Menanti Respons Tiongkok Atas Desakan Amerika Serikat Agar ByteDance Menjual TikTok
- Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok terkait aplikasi TikTok semakin memanas. RUU terbaru yang diajukan di AS mengusulkan agar ByteDance, perusahaan induk TikTok, menjual aplikasi media sosial ini. Pemerintah Tiongkok merespons keras, menganggap langkah tersebut sebagai bentuk intimidasi yang disamarkan dengan alasan keamanan nasional dan digunakan untuk menekan perusahaan asing. Namun, banyak pihak yang menilai bahwa tindakan balasan yang terlalu agresif dari Tiongkok justru bisa memperburuk hubungan kedua negara. Langkah seperti itu dikhawatirkan dapat mempercepat pemisahan ekonomi yang kini tengah didorong oleh beberapa pihak di Washington. Hal ini juga berpotensi menurunkan minat perusahaan asing untuk berinvestasi atau beroperasi di Tiongkok. Sejak diluncurkan pada 2017, TikTok telah berkembang pesat menjadi salah satu aplikasi terpopuler di dunia, termasuk di AS yang memiliki lebih dari 170 juta pengguna. Namun, hubungan TikTok dengan pemerintah Tiongkok menimbulkan kekhawatiran mengenai potensi akses terhadap data pengguna oleh Partai Komunis Tiongkok, yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional. Klarifikasi dari TikTok Untuk meredakan kekhawatiran tersebut, CEO TikTok, Shou Zi Chew, menjelaskan bahwa data pengguna AS disimpan di Virginia dan Singapura. Meski demikian, perusahaan mengakui adanya pengecualian pada data tertentu. Hal ini semakin memicu perdebatan di kalangan anggota parlemen AS yang khawatir Tiongkok bisa memanfaatkan data tersebut untuk kepentingan strategis. Ini bukan pertama kalinya Tiongkok menghadapi ancaman larangan terhadap TikTok. Pada 2020, setelah Presiden AS saat itu, Donald Trump, mengeluarkan perintah eksekutif yang berusaha melarang TikTok, Tiongkok merespons dengan memperbarui aturan kontrol ekspor untuk membatasi teknologi berbasis analisis data. Langkah ini menegaskan bahwa Beijing siap melindungi kepentingan strategisnya. Pertimbangan Ekonomi Tiongkok Saat ini, Tiongkok tengah menghadapi tantangan ekonomi, dengan investasi asing langsung yang mencapai titik terendah dalam 30 tahun terakhir akibat ketegangan geopolitik dan iklim bisnis yang tidak pasti. Respons yang terlalu keras terhadap AS dapat semakin menurunkan daya tarik Tiongkok sebagai tujuan investasi global. Tiongkok sudah pernah mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan-perusahaan AS sebelumnya. Beberapa platform besar seperti Google, Facebook, dan Snapchat telah diblokir di Tiongkok. Selain itu, Tiongkok juga melarang pembelian produk dari Micron, perusahaan semikonduktor AS, dan membatasi penggunaan iPhone oleh pegawai lembaga pemerintah dengan alasan keamanan nasional. TikTok Simbol Persaingan Strategis TikTok bukan sekadar aplikasi media sosial, tetapi juga simbol persaingan teknologi dan ekonomi antara AS dan Tiongkok. Langkah AS terhadap TikTok dipandang sebagai bagian dari strategi yang lebih besar untuk mengurangi pengaruh Tiongkok di sektor teknologi global. Sebaliknya, Tiongkok melihat TikTok sebagai aset strategis yang harus dipertahankan. Meski Tiongkok memiliki sejumlah opsi untuk membalas langkah AS, pemerintah harus berhati-hati dalam bertindak. Respons yang terlalu keras berisiko memperburuk hubungan ekonomi dengan AS dan mempercepat proses diversifikasi perusahaan asing dari pasar Tiongkok. Oleh karena itu, diperkirakan respons Tiongkok akan tetap terukur, dengan tujuan menjaga stabilitas ekonomi domestik dan hubungan internasional yang lebih luas.
Editor: Dhimas Ginanjar
Tag: #menanti #respons #tiongkok #atas #desakan #amerika #serikat #agar #bytedance #menjual #tiktok