Indonesia Butuh Data Center untuk Teknologi AI di Masa Depan
Microsoft menilai kalau Indonesia perlu mengembangkan data center atau pusat data apabila ingin memaksimalkan potensi teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) generatif.
Berdasarkan riset yang disusun Microsoft, Access Partnership dan ELSAM, adopsi generative AI di Indonesia yang kian meningkat diproyeksikan dapat memberikan dampak ekonomi signifikan.
Menurut laporan itu, teknologi AI bisa membuka kapasitas produksi ekonomi sebesar USD 243,5 miliar atau sekitar 18 persen dari PDB Indonesia tahun 2022.
Laporan ini juga menyoroti bagaimana AI dapat meningkatkan produktivitas, menciptakan lapangan kerja baru, dan mempercepat pertumbuhan di berbagai sektor, sehingga menciptakan ekonomi AI baru.
Presiden Direktur Microsoft Indonesia, Dharma Simorangkir menerangkan, AI memiliki kebutuhan spesifik yang harus dipenuhi. Sebab teknologi ini sangat bergantung pada kapasitas pengolahan data yang cepat dan efisien.
Ia memaparkan kalau AI memerlukan daya komputasi yang besar untuk menjalankan algoritma pembelajaran mesin (machine learning), analisis data yang kompleks, hingga pengambilan keputusan berbasis data secara real-time.
Dharma menilai kalau data center, terutama yang berkapasitas besar, menjadi infrastruktur utama yang mampu memenuhi kebutuhan ini dan membuka potensi penuh AI.
"Dengan pesatnya perkembangan digital di Indonesia, datacenter bukan hanya infrastruktur teknologi. Ini adalah kunci untuk menciptakan ekonomi baru yang didukung AI dan mendukung transformasi digital yang inklusif," ungkap Dharma, dikutip dari siaran pers Microsoft, Senin (27/1/2025).
Data center atau Pusat Data adalah fasilitas fisik yang dirancang untuk menyimpan, mengelola, dan memproses data dalam jumlah besar. Pusat Data layaknya sebagai "otak digital" yang memungkinkan aplikasi, platform media sosial, layanan perbankan online, hingga sistem kecerdasan buatan (AI) berfungsi.
Di dalam data center sendiri terdapat server, perangkat penyimpanan, dan infrastruktur jaringan yang dioperasikan untuk memastikan data selalu tersedia, aman, dan dapat diakses kapan saja.
Sayangnya, pertumbuhan data center di Indonesia masih belum selaras dengan kebutuhan dan potensi besar ekonomi digitalnya. Saat ini, total kapasitas daya data center berkategori AI-ready, yang mampu mendukung cloud computing sebagai fondasi solusi AI masa depan–yang dioperasikan baru mencapai sekitar 200 megawatt, atau 10 persen dari total kebutuhan yang diperkirakan.
Namun dengan inovasi desain data center modern, kapasitas ini diharapkan terus tumbuh. Microsoft misalnya, sengaja mendesain setiap datacenter terbaru perusahaan untuk secara khusus mendukung beban kerja AI.
Pendekatan ini memungkinkan perusahaan memanfaatkan setiap megawatt daya secara efektif, dan bertanggung jawab untuk menekan biaya serta konsumsi daya AI.
Dalam desain tersebut, perusahaan juga menerapkan teknik pendinginan canggih yang disesuaikan dengan kebutuhan panas beban kerja AI, serta kondisi lingkungan di lokasi data center tersebut.
Di tengah pertumbuhan data center, keamanan dan kepatuhan menjadi elemen krusial. Dharma menilai pusat data yang modern harus mampu menangani berbagai jenis data sensitif, mulai dari data pelanggan hingga informasi keuangan, dengan tingkat keamanan yang tinggi.
Lebih lanjut dirinya berpandangan kalau untuk membangun data center, apalagi cloud region, bukan hanya soal teknologi. Tetapi juga menciptakan ekosistem digital yang inklusif, aman, dan berkelanjutan.
“Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat pertumbuhan AI di Asia Tenggara, dengan memanfaatkan potensi populasi mudanya yang kreatif dan inovatif," jelasnya.
Tag: #indonesia #butuh #data #center #untuk #teknologi #masa #depan