Wawancara Khusus Ayah Marcus Fernaldi Gideon: Kecewa Usul Minta Partner Bermain Tidak Digubris PBSI
Pebulu Tangkis Ganda Putra Indonesia Marcus Fernaldi Gideon genap berumur 33 tahun sekaligus menyatakan diri pensiun sebagai pebulu tangkis profesional. 
08:50
13 Maret 2024

Wawancara Khusus Ayah Marcus Fernaldi Gideon: Kecewa Usul Minta Partner Bermain Tidak Digubris PBSI

Sabtu (9/3) lalu, menjadi hari 'besar' untuk Marcus Fernaldi Gideon.

Atlet bulutangkis ganda putra Indonesia yang pernah bercokol di urutan satu dunia bersama Kevin Sanjaya Sukamuljo genap berumur 33 tahun sekaligus menyatakan diri pensiun sebagai pebulu tangkis profesional.

Keputusan itu diumumkan melalui akun Instagram pribadi Sinyo, sapaan akrab Marcus.

Senin (11/3/2024), Tribun Network secara eksklusif diterima Kurniahu Gideon, ayah Sinyo di Gideon Badminton Hall, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Eks pebulutangkis peringkat tujuh dunia kategori tunggal putra tahun 1981 ini tengah sarapan.

Ia masih megenakan pakaian olahraga seusai mengajar atlet binaan akademi bulutangkis Gideon.

Menurut Kurniahu, tanda-tanda Sinyo bakal pensiun dini sudah terendus sejak bulan lalu. Namun Kurniahu menyarankan agar Sinyo bertahan setidaknya tiga tahun lagi.

Seperti apa pembicaraan Sinyo dengan ayah sekaligus pelatihnya tersebut?

Beriku wawancara eksklusif Jurnalis Tribun Network Eko Priyono bersama Kurniahu:

Apakah gantung raket ini merupakan obrolan yang sudah dilakukan jauh hari?

Kemarin sih (Sabtu, 9/3/2024—red) saya kira ini keputusan yang sebentar ya. Kemarin-
kemarin dia masih latihan, persiapan bagus, dan dia merasa bisa mengatasi lawan- lawannya yang itu-itu saja, Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (ganda putra India), Lee Yang/Wang Chi Lin (Taiwan) dan lainnya.

Tapi entah bagaimana memang, sebulanan yang lalu dia bilang, 'Pak saya tidak ada partner begini, mending saya mundur deh Pak, gantung raket'. Saya lalu merespons, 'Waduh, jangan, sayang, kamu kan masih bagus mainnya'. Ya saya menangkap dia ada kecewa sedikit.

Sampai sekarang (sebelum menyatakan pensiun—red) kan dia sempat minta partner tapi tidak
digubris (PP PBSI). Mau partner ini, saya sudah usulin tapi tidak ditanggapi. Ya tidak apa-apa. Karena hak kan dari PBSI, bukan saya yang mengatur, pelatihnya mungkin dari PBSI bersama pengurusnya. Saya hanya bisa usul saja tapi tak digubris.

'Papa usul (ke PBSI) juga tidak ditanggapi kan?'. Dia malah bilang begitu ke saya. Terus saya
berupaya menjelaskan sayang banget kalau dia betul-betul pensiun. Tapi dia bilang tidak apa-apa, yang penting bisa makan, hidup. Saya bilang lagi, 'Kamu ini masih bisa main'. Dia jawab, 'Tapi bagaimana, begini-gini terus?'. Saya bilang dia jangan berpikir ke sana (gantung raket), fokus saja berlatih. Rasanya dia bicara mundur itu dua atau tiga kali ya di rumah. Tanggapan saya selalu sama, 'Jangan dulu lah'.

Nah pas kemarin dia ulang tahun, dia mengumumkan. Jujur saya tidak tahu keputusan dia
mundur dari PBSI akan diumumkan Sabtu kemarin. Saya malah dikasih tahu teman kalau Sinyo bikin sesuatu di Instagram. Saya kaget, waduh benar-benar mundur dia.

Kemudian banyak yang telepon saya. Saya jawab, 'Saya saja belum tahu ini, saya tahu
dari Instagram saja'. Tapi ya sudah, semua pilihan kan ada di dia.

Anda merupakan pelatih pertama Sinyo sejak usia sembilan tahun. Dalam
perjalanannya ia sempat keluar-masuk pelatnas sampai puncak karier di tahun
2017-2020. Apakah Anda pernah membayangkan masa ini (Sinyo gantung raket)
akan datang?

Dari sudut pandang saya sebagai orangtua, dia masih bisa. Paling tidak dua sampai tiga tahun lagi. Tapi kenyataannya di umur segini dia minta berhenti dan gantung raket.

Ya semua kan ada di dia. Saya sudah ngomong banyak juga, dan dia sudah putuskan
begitu (pensiun), tak mungkin bisa ditarik lagi ya.

Apakah karena kendala fisik, dia kan dua kali dioperasi?

Saya kira tidak. Sudah total sembuh dan lompat enak. Jadi itu bukan isu. Saya kan tahu karena dia juga di sini latihan. Benar-benar sembuh total seperti dulu kala.

Cuma umurnya kan naik tapi fisik tidak ada masalah. Mungkin kalau fisiknya parah ya wajar
atau biasa tapi dengan umur segitu, fisik oke, harusnya tinggal menjaga kebugaran saja.

Bukan karena saya orangtuanya ya. Saya pernah melatih pemain top pad masanya, Nova (Widianto), Rexy (Mainaky) dan saya masih bisa lihat dia. Di pelatnas juga saya masih bisa melihat siapa atlet yang hebat dengan yang tidak. 

Editor: Erik S

Tag:  #wawancara #khusus #ayah #marcus #fernaldi #gideon #kecewa #usul #minta #partner #bermain #tidak #digubris #pbsi

KOMENTAR