MAKI Bakal Ajukan Praperadilan Kasus Timah, Ungkap Sosok RBS yang Belum Dijerat Kejagung
Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI), Boyamin Saiman 
04:57
17 Agustus 2024

MAKI Bakal Ajukan Praperadilan Kasus Timah, Ungkap Sosok RBS yang Belum Dijerat Kejagung

- Kasus dugaan korupsi tata niaga komoditas timah yang ditangani Kejaksaan Agung bakal diajukan praperadilan.

Praperadilan akan diajukan Masyarakat Anti-Korupsi Indonesia (MAKI) pada pekan depan.

"Timah diajukan praper minggu depan," kata Koordinator MAKI, Boyamin Saiman saat dihubungi, Jumat (16/8/2024).

Dalam hal ini, praperadilan akan dilayangkan terkait sosok yang belum dijerat Kejaksaan Agung terkait perkara timah.

Menurut Boyamin, sosok tersebut berinisial RBS.

Namun dia masih enggan membeberkan lebih rinci sebelum praperadilan resmi didaftarkan.

"Hanya RBS, tidak ada kepanjangannya," kata Boyamin.

Perkara dugaan korupsi timah sendiri saat ini ada yang masih bergulir di tahap penyidikan hingga persidangan di pengadilan.

Meski sudah ada yang bergulir di persidangan, Boyamin memastikan bahwa praperadilan terkait sosok RBS teetap akan diajukan.

"Apa yang enggak bisa saya praper?" katanya.

Sebagai informasi, dalam perkara timah ini total ada 23 orang yang sudah dijerat Kejaksaan Agung.

Dari 23 orang tersebut, satu di antaranya menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Panhkalpinang, yakni Toni Tamsil alias Akhi, adik bos timah Bangka Belitung, Tamron yang djerat obstruction of justice atau perintangan proses hukum.

Kemudian ada empat orang yang perkaranya sedang bergulir di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat: Kadis ESDM Provinsi Bangka Belitung 2021 sampai 2024, Amir Syahbana; Kadis ESDM Provinsi Bangka Belitung 2015 sampai Maret 2019, Suranto Wibowo; Plt Kadis ESDM Provinsi Bangka Belitung Maret 2019, Rusbani; dan perwakilan PT Refined Bangka Tin (RBT), Harvey Moeis.

Selanjutnya ada Helena Lim (Crazy Rich PIK), Suparta (Direktur Utama PT RBT), dan Reza Andriansyah (Direktur Pengembangan Usaha PT RBT) yang perkaranya akan disidang perdana pada Rabu (21/8/2024).

Kemudian ada 10 tersangka yang kewenangan perkaranya di penuntut umum, yakni:
• M Riza Pahlevi Tabrani (MRPT) selaku Direktur Utama PT Timah periode 2016 hinggga 2021;
• Emil Emindra (EE) selaku Direktur Keuangan PT Timah Tbk periode 2017 sampai 2018;
• Hasan Tjhie (HT) selaku Direktur Utama CV VIP;
• Kwang Yung alias Buyung (BY) selaku Eks Komisaris CV VIP;
• Gunawan (MBG) selaku Direktur Utama PT SIP;
• Suwito Gunawan (SG) selaku Komisaris PT SIP;
• Robert Indarto (RI) selaku Direktur Utama PT SBS;
• Rosaina (RL) selaku General Manager PT TIN;
• Tamron alian Aon sebagai pemilik CV VIP; dan
• Achmad Albani (AA) selaku manajer Operasional CV VIP.

Sementara sisanya, yakni lima tersangka, kewenangannya masih berada di tim penyidik Jampidsus Kejaksaan Agung:
• Mantan Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bambang Gatot Aryono; 
• Eks Plt Kadis ESDM Bangka Belitung, Supianto;
• Direktur Operasional tahun 2017, 2018, 2021 sekaligus Direktur Pengembangan Usaha tahun 2019 sampai dengan 2020 PT Timah, Alwin Albar (ALW);
• Owner PT Tinindo Inter Nusa (TIN), Hendry Lie (HL); dan
• Marketing PT TIN, Fandy Lingga (FL).

Dalam perkara ini, total ada enam orang yang juga dijerat tindak pidana pencucian uang (TPPU), yakni: Harvey Moeis, Helena Lim, Suparta, Tamron alias Aon, Robert Indarto, dan Suwito Gunawan.

Berdasarkan dakwaan para eks Kadis ESDM Bangka Belitung, jaksa mengungkapkan bahwa mereka saling berkongkalikong terkait penambangan timah ilegal di Bangka Belitung dalam kurun waktu 2015 sampai 2022.

Akibatnya, negara merugi hingga Rp 300 triliun berdasarkan Laporan Hasil Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara Perkara Dugaan Tindak Pidana Korupsi Tata Niaga Komoditas Timah Di Wilayah Ijin Usaha Pertambangan di PT Timah Tbk Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2022 Nomor: PE.04.03/S-522/D5/03/2024 Tanggal 28 Mei 2024.

"Bahwa akibat perbuatan Terdakwa sebagaimana diuraikan tersebut di atas telah mengakibatkan Kerugian Keuangan Negara sebesar Rp 300.003.263.938.131,14 atau setidak-tidaknya sekitar jumlah tersebut," kata jaksa penuntut umum.

Dalam perkara ini, mereka dijerat Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 3 juncto Pasal 18 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.

Sedangkan yang terkena TPPU, dijerat Pasal 3 dan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Kemudian yang terjerat OOJ dikenakan Pasal 21 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Editor: Eko Sutriyanto

Tag:  #maki #bakal #ajukan #praperadilan #kasus #timah #ungkap #sosok #yang #belum #dijerat #kejagung

KOMENTAR