Kronologi Pilot Batik Air Tidur Bersamaan Selama 28 Menit saat Terbangkan Pesawat, KNKT Sebut Pesawat Sempat Keluar dari Jalur Penerbangan
– Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengusut insiden pilot dan kopilot Batik Air yang tertidur saat bertugas. Dua orang itu telah dinonaktifkan atau di-grounded sampai proses investigasi selesai.
Insiden itu terungkap dari preliminary report atau laporan pendahuluan yang dibuat Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Dalam laporan yang dikeluarkan pada 27 Februari 2024 tersebut, dijelaskan secara terperinci kronologi kejadian pilot dan kopilot yang tertidur selama sekitar 28 menit saat bertugas pada 25 Februari tersebut.
Pilot diketahui berusia 32 tahun dan kopilot 28 tahun. Mereka menerbangkan pesawat BTK6723 bersama empat pramugari. Penerbangan pertama dilakukan dari Jakarta menuju Kendari pada pukul 02.55 WIB.
Saat persiapan sebelum terbang, kopilot atau second-in-command (SIC) sempat memberi tahu pilot in command (PIC) atau pilot bahwa dirinya kurang istirahat. Dalam penerbangan itu, PIC bertugas sebagai pilot flying (PF). SIC bertugas sebagai pilot monitoring (PM).
Setelah pesawat lepas landas dan terbang pada ketinggian 36.000 kaki, pilot menawari kopilot untuk beristirahat. Kopilot kemudian tidur di kokpit sekitar 30 menit. Saat itu pilot mengambil alih tugas kopilot sebagai PM.
”SIC terbangun sebelum pesawat mulai turun (landing di Kendari, Red),” ujar Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono dalam laporannya dikutip kemarin (9/3).
Namun, menara pengatur lalu lintas pesawat/air traffic control (ATC) di Bandara Kendari memberi tahu bahwa kondisi cuaca sedang kurang baik dan bandara belum buka. Karena itu, pesawat melakukan holding sekitar 30 menit di Waypoint ESGIX yang terletak 14 Nm dari bandara pada bearing 260. Pesawat akhirnya mendarat di Kendari pada pukul 07.48 waktu setempat.
Selama masa transit ini, pilot dan kopilot diketahui menyantap mi instan di kokpit. Setelah penurunan penumpang, pesawat bersiap kembali ke Jakarta dengan membawa 153 penumpang.
Saat pesawat mulai bergerak untuk terbang, pilot dan kopilot menggunakan headset untuk memantau komunikasi radio pengatur lalu lintas. Pengeras suara kokpit menyala dengan volume minimal. Pesawat akhirnya take off pada pukul 08.05 waktu setempat. Dalam penerbangan ini, pilot bertindak sebagai pilot pemantau dan kopilot sebagai pilot terbang (PF).
Kemudian, saat pesawat sudah berada di ketinggian 22.000 kaki, komunikasi penerbangan beralih dari ATC Kendari ke ATC Makassar. Pesawat terus menanjak hingga ketinggian jelajah 36.000 kaki.
Setengah jam kemudian, setelah mempertahankan ketinggian jelajah, kedua pilot melepas headset dan volume pengeras suara kokpit ditingkatkan. Lalu, pilot meminta izin istirahat kepada kopilot. Saat pilot tidur, kopilot mengambil alih tugas pilot sebagai pilot pemantau.
Pada pukul 08.22 WIB, pilot terbangun dan bertanya apakah kopilot ingin istirahat. Namun, kopilot menjawab tidak. Mereka kemudian melakukan percakapan nontugas selama sekitar 30 detik dan kemudian PIC melanjutkan tidur.
Pada pukul 08.24 WIB, kopilot meminta izin Area Control Center (ACC) Makassar untuk terbang menuju 275 derajat guna menghindari cuaca buruk dan izin disetujui. Kopilot lantas berkomunikasi dengan flight attendant melalui interphone untuk menanyakan kondisi penumpang karena merasa pesawat mengalami turbulensi ringan. Salah satu awak kabin menanggapi dan mengatakan penumpang baik-baik saja.
Pada pukul 08.42 WIB, ACC Makassar menginstruksikan untuk menghubungi ATC ACC Jakarta dan perintahnya dibacakan kembali oleh kopilot. Instruksi dilaksanakan.
Pada 08.43 WIB, kopilot melakukan kontak awal dengan ACC Jakarta dan diinstruksikan untuk mengikuti koordinat KURUS 2G Standard Instrument Arrival (STAR) serta melapor ketika pesawat sudah bebas dari kondisi cuaca buruk.
”Setelah membaca kembali instruksi ACC Jakarta, beberapa saat kemudian, SIC tidak sengaja tertidur,” ungkapnya.
Sekitar 12 menit setelah rekaman transmisi terakhir dari kopilot, petugas ACC Jakarta menanyakan berapa lama pesawat harus terbang pada jalur tersebut. Namun, tidak ada balasan apa pun dari ruang kokpit. ACC Jakarta kemudian berupaya menghubungi kembali BTK6723. Namun, tetap tak ada jawaban.
ACC Jakarta akhirnya meminta pilot lain untuk membantu memanggil BTK6723. ”Tidak ada satu pun panggilan yang ditanggapi para pilot BTK6723,” ungkapnya.
Lalu, 28 menit setelah transmisi terakhir yang direkam dari kopilot, sang pilot terbangun. Dia akhirnya menyadari bahwa pesawat tidak berada pada jalur penerbangan yang benar. Pilot segera membangunkan kopilot yang tertidur dan pada waktu yang hampir bersamaan pilot menanggapi panggilan dari pilot lain dan petugas ACC di Jakarta.
Pilot memberi tahu ACC Jakarta bahwa BTK6723 mengalami masalah komunikasi dan saat ini masalah tersebut telah teratasi. Penerbangan lalu dilanjutkan dan BTK6723 mendarat di Jakarta dengan lancar.
”Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini dan tidak ada kerusakan pada pesawat,” tuturnya. Dalam laporan tersebut, turut diulas kondisi kedua pilot. Sang pilot merupakan WNI serta memegang lisensi pilot angkutan udara (ATPL) dan memenuhi syarat sebagai pilot Airbus A320. Dia memiliki total waktu terbang 6.304 jam. Kopilot memiliki jam terbang 1.665 jam.
Sebelum penerbangan, keduanya menjalani pemeriksaan medis. Hasilnya menunjukkan tekanan darah dan denyut jantung normal. Tes alkohol juga menunjukkan hasil negatif. Karena itu, keduanya dianggap layak terbang.
Namun, diketahui pula bahwa kopilot sehari sebelumnya kurang tidur lantaran baru pindah rumah. Dia kadang sulit tidur nyenyak karena membantu istrinya menjaga anak mereka. ”SIC (kopilot) merasa kualitas tidurnya menurun karena beberapa kali terbangun,” jelasnya.
Terpisah, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah memberikan teguran keras kepada Batik Air. Ditjen Hubud juga akan melakukan investigasi secara khusus terkait dengan kasus tersebut.
”Ditjen Hubud akan mengirim inspektur penerbangan yang menangani resolution of safety issues (RSI) untuk menemukan akar permasalahan dan merekomendasikan tindakan mitigasi terkait dengan kasus ini kepada operator penerbangan dan pengawasnya,” papar Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub M. Kristi Endah Murni kemarin.
Dia juga menegaskan, sanksi akan diberlakukan sesuai dengan hasil investigasi yang ditemukan tim investigator. ”Kru BTK6723 juga telah di-grounded (dilarang terbang) sesuai dengan SOP internal untuk investigasi lebih lanjut,” katanya.
Dia menuturkan, maskapai perlu memperhatikan waktu dan kualitas istirahat pilot dan awak pesawat lainnya. Sebab, hal ini dapat memengaruhi kewaspadaan dalam penerbangan. (mia/c14/oni)
Beberapa Kasus Akibat Pilot Fatigue (Kelelahan)
September 2014
Maskapai Garuda Indonesia kehilangan salah seorang pilotnya yang menerbangkan pesawat dengan rute penerbangan Lombok–Bima. Saat itu, setelah mendarat di Bima, pilot diperkirakan mengalami serangan jantung.
November 2019
Batik Air dengan rute penerbangan Jakarta–Kupang mendarat darurat di Bandara El Tari di Kupang karena pilot pingsan. Kemenhub memerintah para operator penerbangan untuk mengecek kesehatan seluruh staf penerbangannya.
Juli 2022
Pilot Citilink dengan rute penerbangan Surabaya–Makassar meninggal setelah mendarat darurat di Bandara Juanda, Jawa Timur. Diduga, pilot mengalami darurat kesehatan. Dia jatuh sakit saat menjalankan tugas.
Maret 2024
Pilot dan kopilot Batik Air tertidur saat bertugas. Pesawat sempat keluar dari jalur penerbangan. Kasus ini sedang diinvestigasi Kemenhub dan KNKT.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Tag: #kronologi #pilot #batik #tidur #bersamaan #selama #menit #saat #terbangkan #pesawat #knkt #sebut #pesawat #sempat #keluar #dari #jalur #penerbangan