Tidak Asal Dibagikan, Kementerian Kesehatan Usulkan Rekomendasi Waktu dan Frekuensi Ideal Pemberian Makan Bergizi Gratis bagi Masyarakat
Sejumlah siswa sekolah dasar melaksanakan uji coba makan bergizi gratis di SDN 04 dan 05 Sukasari, Kota Tangerang. Ujicoba makan bergizi gratis ini masih dalam tahap ujicoba di enam sekolahan yang nantinya rencananya dilaksanakan di 36 sekolah di Kota Tangerang dari tanggal 5 hingga 9 Agustus mendatang. HANUNG HAMBARA/JAWA POS (Dedi Aryana)
15:40
18 Oktober 2024

Tidak Asal Dibagikan, Kementerian Kesehatan Usulkan Rekomendasi Waktu dan Frekuensi Ideal Pemberian Makan Bergizi Gratis bagi Masyarakat

 

 - Salah satu program andalan pemerintahan Prabowo-Gibran adalah makan bergizi gratis (MBG). Program tersebut diharapkan bisa bermanfaat dalam hal pemenuhan gizi masyarakat, salah satunya untuk mencegah stunting.   Agar terealisasi dengan baik dan manfaatnya dapat benar-benar dirasakan masyarakat, maka Kementerian Kesehatan mengusulkan rekomendasi waktu dan frekuensi ideal untuk pemberian makan bergizi gratis pada ibu hamil, ibu menyusui, balita, anak usia pra-sekolah (PAUD) hingga SD, serta anak usia SMP-SMA.   “Rekomendasi kelompok kerja perbaikan gizi Kemenkes, makan bergizi gratis sebaiknya diberikan pada anak-anak PAUD hingga SD di waktu pagi, sedangkan untuk SMP dan SMA di makan siang,” kata Ketua Tim Kerja Standar Kecukupan Gizi dan Mutu Pelayanan Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes Mahmud Fauzi, Kamis (17/10) seperti dikutip dari Antara.   Sedangkan untuk ibu hamil dan ibu menyusui, sebaiknya diberikan waktu siang, dan bagi balita dibagikan pada waktu pagi.   Selain itu, frekuensi pemberian makan bergizi gratis, juga perlu diatur, yaitu bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita selama empat kali dalam sepekan, sedangkan bagi anak sekolah PAUD hingga SMA selama lima kali sepekan.   Salah satu dasar adanya usulan tersebut antara lain karena makanan bergizi tersebut untuk menggantikan makan pagi atau siang, sehingga kalorinya juga perlu diperhatikan.   “Fungsi makanan bergizi gratis ini mengganti posisi makan siang atau makan pagi. Jadi sekitar 20-25 persen dari kebutuhan kalorinya terpenuhi untuk makan pagi, kalau makan siang 30-35 persen yang terpenuhi,” imbuh Fauzi.   Sementara itu, untuk durasi pemberian makan bergizi gratis bagi ibu hamil yakni diusulkan selama sembilan bulan, lalu ibu menyusui selama enam bulan setelah melahirkan, pada balita selama satu tahun, serta pada anak usia PAUD hingga SD selama minimal enam bulan.   Fauzi juga menambahkan bahan untuk program MBG sebaiknya mengutamakan produk pangan lokal.   “Untuk bahan pangan, sebaiknya diutamakan pangan lokal, dan perlu diperhatikan untuk balita usia 6-23 bulan tidak boleh diberikan susu selain ASI, dan diutamakan menggunakan bahan yang terfortifikasi atau sudah mendapatkan tambahan nutrisi,” jelasnya.   Menurutnya, masalah gizi ini bisa berdampak turun-temurun terhadap generasi penerusnya. Maka dari itu, program MBG diharapkan bisa benar-benar tepat sasaran dalam hal pemenuhan gizi bagi masyarakat Indonesia.   “Kalau seorang ibu hamil mengalami kekurangan gizi, maka anak yang dilahirkan cenderung kurang gizi, sehingga kalau tidak ditangani, maka menyebabkan remaja yang juga kekurangan gizi,” ujar dia.   Kekhawatiran Fauzi tersebut tentu bukan tanpa alasan karena sejauh ini pola konsumsi makanan bergizi masyarakat kita masih kurang memenuhi syarat.   “Pada umumnya, pola konsumsi balita dan anak kita kurang mengkonsumsi Makanan Pendamping (MP-ASI) berprotein hewani, sedangkan pola makan anak-anak remaja kita masih belum baik, 50 persen masih mengkonsumsi makanan manis, asin, dan instan,” tuturnya.   Kekhawatiran ia juga diperkuat data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 dimana jumlah konsumsi makanan dan minuman jadi atau processed food terus meningkat dari tahun ke tahun, yaitu tiga kali lipat daripada daging, telur, dan susu; empat kali lipat daripada ikan, dan enam kali lipat daripada buah dan sayuran.   “Dari kecenderungan pola makan yang masih kurang sehat tersebut, maka makan bergizi gratis yang sekarang sasaran utamanya anak-anak sekolah bisa sekaligus memberikan edukasi tentang pola makan sehat,” pungkas Fauzi.

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #tidak #asal #dibagikan #kementerian #kesehatan #usulkan #rekomendasi #waktu #frekuensi #ideal #pemberian #makan #bergizi #gratis #bagi #masyarakat

KOMENTAR