



Serangan AS ke Iran, Pengamat Nilai Indonesia Perlu Jaga Kesiapsiagaan Nasional
- Serangan militer langsung Amerika Serikat (AS) terhadap tiga fasilitas nuklir strategis milik Iran dinilai sebagai babak baru yang berbahaya dalam eskalasi konflik di Timur Tengah.
Pengamat militer Khairul Fahmi menekankan bahwa Indonesia harus sigap menghadapi berbagai potensi dampak dari perkembangan konflik tersebut, baik dari sisi diplomatik, ekonomi, maupun pertahanan nasional.
"Serangan AS ke Iran bukan hanya soal militer atau geopolitik di Timur Tengah. Ini adalah pengingat bahwa krisis global dapat terjadi dengan cepat dan menimbulkan efek domino yang luas," kata Khairul, dalam keterangannya, pada Senin (23/6/2025).
Lebih lanjut, ia menjelaskan pentingnya Indonesia menjaga kesiapsiagaan nasional secara menyeluruh untuk menghadapi dampak langsung maupun tidak langsung dari dinamika global yang semakin tidak menentu dan kompleks.
Khairul menegaskan bahwa serangan terhadap tiga fasilitas nuklir Iran, yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan, bukan sekadar operasi militer terbatas.
Serangan itu dinilai merupakan sinyal kuat AS yang kini mengambil peran langsung dalam konflik terbuka dengan Iran, di luar dukungan tidak langsung seperti intelijen dan logistik.
Ia juga menilai keterlibatan militer langsung AS berpotensi memicu aksi balasan dari Iran maupun jaringan proksi dan milisi yang berafiliasi dengannya, yang bisa memperluas konflik ke kawasan lebih luas dan sulit dikendalikan.
Dari perspektif diplomatik, Khairul menekankan pentingnya Indonesia tampil sebagai aktor moral dalam merespons ketegangan dunia Islam.
Ia mengingatkan bahwa prinsip politik luar negeri bebas aktif bukan berarti Indonesia harus bersikap pasif.
“Indonesia perlu segera memperkuat komunikasi diplomatik dengan negara-negara kunci, termasuk OKI dan negara-negara sahabat di Timur Tengah, terutama untuk mendorong perlindungan terhadap warga sipil dan fasilitas vital serta meningkatkan peluang deeskalasi," ujar dia.
Khairul juga mendorong Indonesia untuk mengambil peran lebih besar dalam mendorong deeskalasi, sejalan dengan komitmen jangka panjang Indonesia terhadap perdamaian dunia.
Ia memperingatkan bahwa Indonesia harus mengantisipasi dampak tidak langsung dari konflik yang memburuk, termasuk tekanan ekonomi dalam negeri.
“Lonjakan harga minyak dan gas akibat ketegangan di Selat Hormuz, misalnya, dapat memicu tekanan inflasi domestik dan meningkatkan biaya logistik serta produksi," terang dia.
Ia juga mengingatkan risiko meningkatnya disinformasi dan ketegangan politik domestik yang bisa dipicu oleh aktor-aktor luar yang memanfaatkan ketidakstabilan global.
Oleh karena itu, sistem deteksi dini terhadap ancaman ekonomi, pangan, energi, dan informasi harus diperkuat.
Khairul menekankan bahwa krisis global saat ini jarang berbentuk invasi militer konvensional, melainkan dalam bentuk tekanan ekonomi, sabotase digital, atau gangguan rantai pasok.
Menurut dia, serangan terhadap fasilitas vital Iran menjadi pelajaran penting bagi Indonesia untuk meningkatkan perlindungan terhadap infrastruktur strategis nasional.
“Ini pelajaran penting bagi kita dalam memperkuat proteksi terhadap infrastruktur strategis nasional, baik di bidang energi, pertahanan, pangan, hingga digital," ungkap dia.
Di tengah rivalitas global yang kian tajam antara Barat dan Timur, Khairul melihat posisi geopolitik Indonesia akan turut diuji.
Namun, hal ini juga membuka peluang bagi Indonesia untuk memainkan peran strategis sebagai penyeimbang yang independen dan kredibel.
“Indonesia sebagai negara yang menjalin hubungan baik dengan banyak pihak harus memainkan peran sebagai penyeimbang yang kredibel dan independen. Ini sekaligus peluang untuk mendorong peran diplomatik yang lebih proaktif dan strategis di forum-forum internasional, termasuk G20, OKI, ASEAN, dan PBB," kata dia.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengungkap alasan di balik serangan militer negaranya terhadap Iran pada Sabtu (21/6/2025).
Dalam pidato di hadapan rakyatnya di Gedung Putih, Trump mengumumkan bahwa pasukan militer AS telah menghancurkan tiga fasilitas nuklir utama Iran, yakni Isfahan, Natanz, dan Fordow.
"Beberapa waktu lalu, militer AS melakukan serangan presisi besar-besaran terhadap tiga fasilitas nuklir utama di rezim Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan," kata Trump, dikutip dari Fox News.
Tag: #serangan #iran #pengamat #nilai #indonesia #perlu #jaga #kesiapsiagaan #nasional