Kata Moeldoko Usai LG Batalkan Investasi Proyek Baterai EV Rp130 Triliun: Malah Ada yang Senang
Moeldoko mengatakan akan fokus mengembangkan bisnis kendaraan listrik bersama MAB usai pensiun dari pemerintahan. [Dol PT MAB]
18:44
22 April 2025

Kata Moeldoko Usai LG Batalkan Investasi Proyek Baterai EV Rp130 Triliun: Malah Ada yang Senang

Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Moeldoko, mengungkap bahwa hengkangnya konsorsium LG Energy Solution (LGES) dari proyek baterai kendaraan listrik (EV) atau proyek Titan bukan berarti semangat investasi asing di Indonesia mulai melesu.

Pada jumpa pers di Jakarta, Selasa (22/4/2025), Moeldoko mengatakan, bahwa gelaran otomotif khusus kendaraan ramah lingkungan Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2025 yang akan berlangsung di Jakarta pada 29 April - 4 Mei 2025, salah satunya sebagai penanda banyaknya perusahaan asing yang masih bergairah berinvestasi di Tanah Air.

“Yang jelas apapun situasinya kita lihat sendiri bahwa penyelenggaraan PEVS itu gegap gempita sekarang ini juga menunjukkan bahwa semangat berinvestasi di Indonesia tidak kendor,” ujarnya sebagaimana dilansir Antara.

Menurut Moeldoko, keputusan LGES menarik kembali investasinya merupakan kebijakan internal perusahaan yang telah memperhitungkan berbagai faktor, termasuk kondisi lingkungan global yang belum menguntungkan.

Mengenai potensi pengaruh mundurnya LG terhadap industri kendaraan listrik (EV) di Indonesia, Moeldoko menilai hal tersebut tidak terlalu berpengaruh secara keseluruhan.

“Secara keseluruhan di Indonesia tidak (terpengaruh), mungkin justru malah ada yang senang. Ini kan berkaitan dengan persaingan bisnis, mungkin ada pabrikan yang senang karena (LG) tidak jadi masuk akhirnya mengurangi persaingan,” kata Moeldoko.

“Tapi bagi Indonesia saya pikir tetap menciptakan iklim investasi yang sebaik-baiknya,” tambahnya.

Sebelumnya, Konsorsium Korea Selatan yang dipimpin oleh LG telah memutuskan untuk menarik proyek senilai sekitar 11 triliun won (Rp130,7 triliun) untuk membangun rantai pasokan baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia, menurut sumber Yonhap pada Jumat (18/4).

Konsorsium tersebut, yang meliputi LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp, dan mitra lainnya, telah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan sejumlah perusahaan milik negara untuk membangun "rantai nilai menyeluruh" untuk baterai EV.

Inisiatif tersebut berupaya untuk mencakup seluruh proses mulai dari pengadaan bahan baku hingga produksi prekursor, bahan katode, dan pembuatan sel baterai.

Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia, bahan utama dalam baterai EV. Proyek Titan ini sebelumnya diharapkan dapat menggapai ambisi Indonesia menjadi hub dari baterai kendaraan listrik.

Tunda Ambisi Indonesia Jadi Hub Baterai EV

Zat hitam yang dihasilkan dari proses penghancuran baterai EV atau mobil listrik [Toyota Chemical Engineering via ANTARA].Zat hitam yang dihasilkan dari proses penghancuran baterai EV atau mobil listrik [Toyota Chemical Engineering via ANTARA].

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batu bara Indonesia (Aspebindo) Fathul Nugroho menilai, mundurnya LG dari Proyek Titan dapat menunda ambisi Indonesia menjadi hub dari baterai kendaraan listrik (EV).

“Dampak dari pembatalan Proyek Titan yang merupakan kolaborasi LGES dengan Indonesia Battery Corporation (IBC), berpotensi menunda target produksi baterai EV berbasis nikel dalam negeri,” ucap Fathul sebagaimana dilansir Antara, Selasa (22/4/2025).

Sebab, Proyek Titan diharapkan menjadi tulang punggung pengembangan ekosistem baterai nasional.

Selain itu, mundurnya LGES berisiko menunda transfer teknologi pengolahan nikel menjadi bahan baterai berkualitas tinggi. Padahal, kemampuan mengolah prekursor dan katoda merupakan kunci peningkatan nilai tambah mineral.

"Kehilangan kesempatan alih teknologi di sektor bernilai tinggi ini bisa memperlebar ketergantungan kita pada impor," ujar Fathul.

Keputusan konsorsium LG Energy Solution (LGES) membatalkan proyek baterai kendaraan listrik (EV) dinilai sebagai cerminan dinamika global yang harus dijawab dengan kebijakan hilirisasi yang lebih matang.

Dalam hal ini, peran aktif Satgas Hilirisasi dan Kementerian Investasi dan Hilirisasi dinilai krusial untuk memperkuat ekosistem kebijakan serta menarik investasi strategis yang berkelanjutan.

Proyek yang rencananya mencakup seluruh rantai pasok, dari pengolahan nikel, produksi prekursor, katoda, hingga sel baterai, tentunya menunda ambisi Indonesia menjadi hub baterai global.

Pembatalan tersebut disinyalir dipicu oleh faktor eksternal, seperti perlambatan permintaan EV dunia dan perubahan strategi korporasi LGES.

Keputusan LGES mundur dari Proyek Titan ini, lanjut dia, menjadi pengingat bahwa Indonesia tak boleh bergantung pada satu mitra. Daya tawar dan kebijakan hilirisasi harus diperkuat dengan kemandirian investasi dari dalam negeri dan menggandeng negara mitra lainnya seperti AS dan Eropa.

"Di sinilah Kementerian Investasi dan Hilirisasi perlu mengambil peran lebih agresif dalam membuka kanal kerja sama baru, sementara Satgas Hilirisasi memastikan koordinasi lintas sektor untuk mengurangi hambatan struktural," tutur Fathul.

Sebelumnya, Konsorsium Korea Selatan yang dipimpin oleh LG telah memutuskan untuk menarik proyek senilai sekitar 11 triliun won (Rp130,7 triliun) untuk membangun rantai pasokan baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia, menurut sumber Yonhap pada Jumat (18/4).

Konsorsium tersebut, yang meliputi LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp, dan mitra lainnya, telah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan sejumlah perusahaan milik negara untuk membangun "rantai nilai menyeluruh" untuk baterai EV.

Inisiatif tersebut berupaya untuk mencakup seluruh proses mulai dari pengadaan bahan baku hingga produksi prekursor, bahan katode, dan pembuatan sel baterai.

Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia, bahan utama dalam baterai EV.

Editor: Bangun Santoso

Tag:  #kata #moeldoko #usai #batalkan #investasi #proyek #baterai #rp130 #triliun #malah #yang #senang

KOMENTAR