



Hari Anak Balita Nasional, Fahira Idris Minta Pemerintah Perhatikan Gizi hingga Layanan Dasar
- Hari Anak Balita Nasional, yang diperingati setiap 8 April, menjadi momen berharga untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya investasi dalam masa depan generasi penerus bangsa.
Anggota DPD RI Dapil Daerah Khusus Jakarta Fahira Idris mengatakan, momentum tersebut juga mengingatkan komitmen negara untuk mendukung tumbuh kembang penentu masa depan bangsa sejak usia dini.
“Balita yang saat ini sedang tumbuh dan berkembang di seluruh wilayah Indonesia bukan hanya anak kecil yang sedang tumbuh, melainkan aset berharga yang akan menentukan masa depan negeri,” ujarnya dalam siaran pers, Selasa (8/5/2025).
Fahira mengatakan, balita adalah tunas-tunas generasi emas Indonesia. Oleh karenanya, perhatian yang serius terhadap tumbuh kembang balita adalah keharusan, bukan pilihan.
Aktivis perempuan dan perlindungan anak itu menjelaskan, balita adalah kelompok usia paling rentan. Mereka membutuhkan perhatian khusus untuk memastikan hak-haknya terpenuhi, terutama dalam hal pemenuhan gizi, pengasuhan yang tepat, kesehatan, dan stimulasi tumbuh kembang.
“Sayangnya, balita di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, seperti stunting, kurang stimulasi, hingga pola asuh yang tidak optimal,” jelasnya.
Maka dari itu, peran krusial pemerintah, dari tingkat pusat hingga desa, sangat dibutuhkan.
Pemenuhan gizi
Fahira menyebutkan, kebijakan yang menyentuh akar permasalahan, seperti program intervensi gizi spesifik (pemberian makanan tambahan, suplementasi vitamin, dan imunisasi) maupun intervensi sensitif (air bersih, sanitasi, pendidikan orang tua) harus terus diperkuat dan disinergikan.
Dia menegaskan, pemenuhan gizi adalah fondasi utama dalam mencetak generasi unggul. Pasalnya, 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu dari masa kehamilan hingga usia dua tahun, adalah masa emas yang tak tergantikan.
Pada masa tersebut, nutrisi merupakan kunci. Balita yang kekurangan gizi di usia dini berisiko tinggi mengalami keterlambatan perkembangan kognitif, daya tahan tubuh lemah, dan kesulitan dalam pendidikan pada masa depan.
Senator Jakarta itu menjelaskan, pemerintah perlu menguatkan kebijakan dan penganggaran untuk program gizi berkelanjutan, mulai dari edukasi ibu hamil, distribusi makanan sehat, hingga pemantauan tumbuh kembang balita secara terstruktur.
Selain itu, cara orang tua dan pengasuh mendampingi anak memiliki dampak besar.
“Pengasuhan yang penuh cinta, responsif, dan konsisten membantu anak merasa aman dan membentuk fondasi psikologis yang sehat,” terangnya.
Namun demikian, belum semua orangtua memiliki akses pada edukasi pengasuhan positif.
Untuk itu, peran kader posyandu, guru pendidikan anak usia dini (PAUD), dan fasilitator keluarga sangat penting.
Fahira menegaskan, pemerintah dapat memperluas pelatihan dan penyuluhan terkait pengasuhan berbasis hak anak, serta memberikan dukungan psikososial bagi keluarga yang rentan.
Memperkuat layanan dasar
Lebih lanjut, Fahira mengatakan, pemerintah pusat maupun daerah perlu memastikan layanan posyandu, PAUD, dan puskesmas sebagai layanan dasar mudah diakses serta berkualitas.
Dia menyebutkan, banyak daerah tertinggal masih kekurangan tenaga kesehatan anak, PAUD berkualitas, atau bahkan sarana bermain aman bagi balita.
Padahal, kata dia, lingkungan belajar yang merangsang dan aman sangat penting untuk perkembangan motorik, bahasa, dan sosial anak.
Fahira menilai, intervensi multisektor, seperti integrasi layanan PAUD dengan posyandu, pelatihan guru, hingga subsidi pendidikan usia dini perlu menjadi prioritas pembangunan daerah.
Bahkan, kata Fahira, wacana pemerintah Generasi Emas 2045 tidak akan terwujud tanpa perhatian serius pada anak balita hari ini.
“Pemerintah, masyarakat, dan keluarga perlu bergandeng tangan memastikan bahwa setiap balita Indonesia mendapatkan haknya untuk tumbuh sehat, cerdas, dan bahagia,” jelasnya.
Tag: #hari #anak #balita #nasional #fahira #idris #minta #pemerintah #perhatikan #gizi #hingga #layanan #dasar