Tinggalkan dari Sekarang Jika Anda Tidak Ingin Hidup Melarat! Ini 7 Perilaku Orang yang Sulit untuk Kaya, Menurut Psikologi
Bila bicara soal membangun kekayaan, kesuksesan tidak hanya sekadar bekerja keras atau pandai mengelola uang.
Psikologi memberi tahu kita bahwa perilaku dan kebiasaan kita memainkan peran besar dalam menentukan kesuksesan finansial, atau, yang lebih penting lagi, kesulitan finansial.
Banyak orang tanpa sadar berpegang pada kebiasaan yang membuat mereka terus hidup pas-pasan, bahkan meskipun mereka memimpikan kebebasan finansial.
Dalam artikel yang dikutip dari geediting.com, Sabtu (23/11) ini, kita akan melihat tujuh perilaku spesifik yang sering ditemukan pada orang-orang yang berjuang untuk membangun kekayaan.
Dengan memahami dan menghindari kebiasaan-kebiasaan ini, Anda dapat mengambil langkah-langkah untuk terbebas dari keterbatasan finansial dan bergerak lebih dekat menuju stabilitas dan kelimpahan yang Anda inginkan.
1. Hidup di luar kemampuan
Salah satu perilaku yang dapat merusak kemakmuran finansial seseorang adalah hidup melampaui batas kemampuan.
Hal ini terjadi ketika pengeluaran secara konsisten melebihi pendapatan, yang menyebabkan siklus utang dan ketidakstabilan keuangan.
Studi psikologi menunjukkan bahwa orang sering terjebak dalam perangkap ini karena fenomena yang dikenal sebagai ' inflasi gaya hidup '.
Seiring dengan meningkatnya pendapatan, pengeluaran kita pun meningkat, sehingga hanya menyisakan sedikit ruang untuk menabung atau berinvestasi.
Kita merenovasi rumah, mobil, dan gadget kita agar sesuai dengan standar yang dipersepsikan orang lain di sekitar kita.
Membebaskan diri dari siklus hidup melampaui batas kemampuan melibatkan pengembangan kesadaran tentang pengeluaran kita, dan menahan keinginan untuk menyamakan harga diri dengan harta benda.
2. Mengabaikan pertumbuhan pribadi dan kesadaran diri
Perilaku lain yang dapat menghambat kesejahteraan finansial adalah mengabaikan pertumbuhan pribadi dan kesadaran diri.
Ini tentang mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, nilai, dan keyakinan kita, dan kemudian menyelaraskan tindakan kita dengan pemahaman ini.
Dalam hal penciptaan kekayaan, kesadaran diri berarti memahami hubungan kita dengan uang.
Apakah kita berbelanja secara impulsif?
Apakah kita menabung dengan sengaja?
Apakah kita berinvestasi dengan bijak?
Apakah keputusan keuangan ini sejalan dengan tujuan hidup kita yang lebih luas?
Di sisi lain, pertumbuhan pribadi melibatkan tantangan terhadap keyakinan kita yang membatasi seputar uang.
3. Kurangnya pendidikan keuangan
Salah satu perilaku paling umum yang dapat menghambat jalan menuju kekayaan adalah kurangnya pendidikan finansial.
Banyak orang tidak diajarkan cara mengelola keuangan secara efektif, berinvestasi dengan bijak, atau merencanakan masa depan.
Tanpa pengetahuan ini, mudah untuk membuat keputusan keuangan berdasarkan kebutuhan atau keinginan jangka pendek, tanpa mempertimbangkan implikasi jangka panjang.
4. Resistensi terhadap perubahan
Salah satu hambatan utama terhadap kesejahteraan finansial, dan juga terhadap kehidupan yang memuaskan, adalah penolakan terhadap perubahan.
Ini adalah sifat yang dapat membuat kita terjebak dalam pekerjaan yang tidak memuaskan, kebiasaan belanja yang tidak sehat, dan pola pikir negatif tentang uang.
Perubahan tidak dapat dihindari, tetapi bisa jadi tidak mengenakkan. Perubahan sering kali melibatkan upaya untuk keluar dari zona nyaman, menghadapi ketakutan, dan menantang keyakinan kita.
Namun, melalui tantangan-tantangan inilah kita tumbuh dan membuka potensi kreatif kita.
Alih-alih memandang uang sebagai sumber daya yang langka atau ukuran harga diri, kita dapat memilih untuk melihatnya sebagai alat, sarana untuk mendukung diri kita sendiri, berkontribusi pada tujuan yang kita pedulikan, dan menciptakan perubahan positif di dunia.
5. Mengabaikan kekuatan komunitas
Perilaku yang dapat menghalangi jalan menuju kekayaan dan kepuasan hidup secara keseluruhan adalah mengabaikan kekuatan komunitas dan hubungan yang autentik.
Dalam masyarakat kita yang individualistis, kita sering mengabaikan bahwa kita adalah bagian dari jaringan yang lebih besar yang dapat menawarkan dukungan, bimbingan, dan peluang.
Dengan mengisolasi diri dan mencoba mencapai segala sesuatu sendiri, kita kehilangan manfaat kolaborasi dan kebijaksanaan kolektif.
Hal ini dapat sangat merugikan dalam kehidupan finansial kita, di mana pengetahuan dan sumber daya yang dibagikan dapat meningkatkan prospek kita secara signifikan.
6. Mengejar kekayaan demi kekayaan itu sendiri
Ini mungkin tampak paradoks, tetapi obsesi untuk menjadi kaya sebenarnya dapat menghalangi kita mencapai kemakmuran finansial sejati.
Ketika akumulasi kekayaan menjadi tujuan utama kita, kita mungkin mengabaikan nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang lebih dalam yang dapat mendatangkan kepuasan abadi bagi kita.
Uang itu sendiri bukanlah tujuan akhir. Uang adalah alat yang dapat memberi kita peluang, kenyamanan, dan kemampuan untuk berkontribusi pada tujuan yang kita pedulikan.
Namun, bila kita mengejar kekayaan demi kekayaan itu sendiri, kita berisiko kehilangan pandangan terhadap apa yang benar-benar penting.
Kemakmuran sejati bukan hanya tentang memiliki uang. Ini tentang menyelaraskan keputusan keuangan kita dengan nilai-nilai terdalam kita, menggunakan sumber daya kita untuk menciptakan perubahan positif dan menumbuhkan rasa tujuan dan kreativitas.
7. Takut mengambil risiko yang diperhitungkan
Perilaku lain yang dapat menghalangi kita meraih kekayaan adalah takut mengambil risiko yang diperhitungkan.
Baik memulai bisnis baru, berinvestasi di pasar saham, atau mengubah jalur karier, semua tindakan ini melibatkan tingkat risiko tertentu.
Secara psikologis, kita cenderung menghindari risiko karena naluri bertahan hidup bawaan kita.
Namun bila menyangkut kemakmuran finansial, ketakutan ini dapat menghalangi kita meraih peluang yang dapat mengarah pada pertumbuhan signifikan.
***
Tag: #tinggalkan #dari #sekarang #jika #anda #tidak #ingin #hidup #melarat #perilaku #orang #yang #sulit #untuk #kaya #menurut #psikologi