Orang yang Suka Mencari Validasi di Media Sosial Menunjukkan 8 Perilaku Ini, Salah Satunya Posting Berlebihan
Posting berlebihan adalah salah satu perilaku orang yang suka mencari validasi di media sosial (freepik)
18:34
17 Oktober 2024

Orang yang Suka Mencari Validasi di Media Sosial Menunjukkan 8 Perilaku Ini, Salah Satunya Posting Berlebihan

 

 – Pada dasarnya ketika Anda menelusuri umpan media sosial Anda dan sulit untuk melewatkan beberapa kegiatan mulai dari foto yang difilter dengan sempurna hingga pembaruan terus-meneru.

Hal tersebut bukan hanya sekadar berbagi momen namun tentang persetujuan atau validasi. Bagi banyak orang, lingkaran validasi tanpa akhir ini menjadi hal yang lumrah dan mereka bahkan tidak menyadari hal itu terjadi.

Dalam artikel ini, kita akan membahas mengenai beberapa perilaku orang yang mengandalkan media sosial untuk mencari persetujuan atau validasi sebagaimana dilansir  dari mana Global English Editing, Kamis (17/10) sebagai berikut.

  1. Posting berlebihan

Di dunia media sosial, konten adalah raja. Semakin banyak Anda memposting maka semakin banyak pula keterlibatan yang berpotensi Anda hasilkan.

Tetapi bagi mereka yang sangat bergantung pada media sosial untuk validasi maka tindakan ini bisa menjadi ritual harian bahkan setiap jam.

 

Mereka merasa perlu mendokumentasikan setiap aspek kehidupan mereka mulai dari makanan hingga latihan mereka, perjalanan mereka dan bahkan momen pribadi mereka.

Intinya posting yang terus-menerus ini menjadi cara bagi mereka untuk mencari kepastian dan penegasan dari komunitas daring mereka. 

Ironisnya, meskipun mereka menerima validasi yang mereka idamkan dalam bentuk suka dan komentar namun perilaku ini juga dapat menyebabkan semacam ketergantungan.

  1. Obsesi dengan popularitas

Di era digital saat ini, platform media sosial telah memberi kit acara unik untuk mengukur popularitas kita baik itu melalui like, share, komentar dan pengikut.

Bagi sebagian orang, angka-angka tersebut menjadi lebih dari sekadar statistik. Mereka berubah menjadi barometer status sosial dan harga diri.

Intinya orang yang mengandalkan media sosial untuk validasi ditemukan terobsesi memeriksa metrik ini dan merasa gembira ketika angka mereka bertambah dan kecewa ketika angkanya stagnan atau turun.

  1. Validasi mencari komentar dan keterangan

Perilaku umum di antara mereka yang sangat bergantung pada media sosial untuk validasi adalah membuat teks dan komentar secara halus atau terang-terangan meminta persetujuan atau pujian.

Ini termasuk humor mencela diri sendiri atau memancing pujian yang disamarkan sebagai percakapan ringan. Meskipun pernyataan ini sering kali dirancang untuk memperoleh umpan balik positif namun taktik ini dapat menjadi bumerang.

Pasalnya pendekatan yang jauh lebih sehat adalah mengekspresikan diri kita secara autentik di media sosial, berbagi pikiran, pengalaman dan perasaan kita tanpa motif tersembunyi untuk menginginkan validasi.

  1. Terlalu menekankan kehidupan yang sempurna

Dalam dunia maya media sosial, mudah untuk mengatur versi kehidupan kita yang terlihat sempurna. Kita dapat secara selektif membagikan momen istimewa, keberhasilan dan saat-saat bahagia serta secara praktis mengabaikan perjuangan, kegagalan dan hal-hal membosankan.

Bagi mereka yang mencari validasi melalui media sosial, mereka terlalu menekankan kehidupan yang sempurna. Bahkan setiap unggahan menjadi kesempatan untuk memamerkan versi ideal kehidupan mereka.

  1. Mengabaikan koneksi di dunia nyata

Platform media sosial menyediakan jalan bagi kita untuk terhubung dengan orang lain di seluruh dunia. Namun, ketergantungan yang berlebihan pada platform ini untuk validasi terkadang dapat menyebabkan mengabaikan koneksi kehidupan nyata kita.

Ironisnya, orang-orang yang asyik dengan dunia digital sering kali gagal memelihara hubungan mereka di dunia nyata. Percakapan menjadi terganggu, waktu menjadi terbuang sia-sia untuk menangkap konten untuk unggahan dan waktu berkualitas dikorbankan demi waktu layar.

  1. Reaksi berlebihan terhadap kritik atau komentar negatif

Pada dasarnya kritik yang membangun dapat menjadi alat yang berharga untuk pertumbuhan pribadi. Namun, individu yang menaruh kepentingan besar pada media sosial untuk validasi akan kesulitan menangani komentar negatif atau kritik daring.

Perilaku ini membatasi kesempatan mereka untuk berkembang dan dapat memperkuat citra diri yang rapuh yang sangat bergantung pada persetujuan eksternal.

  1. Suka membandingkan kehidupan mereka dengan orang lain

Bagi mereka yang mengandalkan media sosial untuk validasi maka permainan perbandingan ini dapat menjadi obsesi yang tidak sehat.

Mereka merasakan kebutuhan untuk menyamai atau melampaui kesuksesan yang dirasakan orang lain sehingga menyebabkan ketidakpuasan terus-menerus terhadap kehidupan mereka sendiri.

  1. Membentuk kebiasaan dan rutinitas yang tidak sehat

Tidak bisa dipungkiri bahwa media sosial memang dapat membuat ketagihan. Mulai dari kepuasan instan dari like, komentar, dan share dapat memicu aliran dopamin yang mendorong kita untuk menghabiskan lebih banyak waktu di platform ini.

Bagi mereka yang menggunakan media sosial untuk validasi, ini dapat menciptakan lingkaran setan yang berujung pada berkembangnya kebiasaan dan rutinitas yang tidak sehat. ***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #orang #yang #suka #mencari #validasi #media #sosial #menunjukkan #perilaku #salah #satunya #posting #berlebihan

KOMENTAR