Seni Berkomunikasi dengan Empati: 7 Cara Berbicara yang Lebih Mengena dan Dipahami
ilustrasi sepasang suami istri yang duduk saling membelakangi di sofa, mengisyaratkan adanya jarak dan putusnya komunikasi dalam hubungan. (Freepik)
22:26
21 Desember 2025

Seni Berkomunikasi dengan Empati: 7 Cara Berbicara yang Lebih Mengena dan Dipahami


- Komunikasi yang efektif bukan hanya soal menyampaikan pesan, tetapi juga tentang bagaimana membuat orang lain merasa didengar, dipahami, dan dihargai. Di sinilah empati memainkan peran penting sebagai inti dari komunikasi yang bermakna.

Empati adalah kemampuan memahami emosi dan sudut pandang orang lain, lalu meresponsnya dengan sikap yang penuh kepedulian. Kabar baiknya, berbicara dengan empati bukanlah bakat bawaan semata, melainkan keterampilan yang bisa dilatih dan diasah.

Dilansir dari laman Geediting, Minggu (21/12), berikut tujuh cara berbicara dengan empati yang dapat meningkatkan kualitas komunikasi Anda, baik dalam hubungan personal maupun profesional.

1. Mendengarkan secara aktif

Langkah paling mendasar dalam komunikasi empatik adalah mendengarkan secara aktif. Percakapan bukan hanya tentang giliran berbicara, melainkan tentang ketulusan dalam memahami pengalaman lawan bicara.

Mendengarkan aktif berarti memberi perhatian penuh, tidak menyela, dan benar-benar menyerap apa yang disampaikan. Sikap ini menunjukkan bahwa Anda menghargai perasaan dan sudut pandang orang lain. Bahkan tanpa banyak kata, mendengarkan dengan sungguh-sungguh sudah menjadi bentuk empati yang kuat.

2. Berani membuka diri secara sehat

Empati tumbuh ketika ada ruang aman untuk saling terbuka. Membagikan pengalaman pribadi yang relevan—tanpa mendominasi percakapan—dapat membantu lawan bicara merasa tidak sendirian.

Membuka diri bukan tentang memberi solusi atau membandingkan pengalaman, melainkan mengakui bahwa situasi yang mereka alami memang tidak mudah. Sikap ini mendorong dialog yang lebih jujur dan penuh kepercayaan.

3. Memantulkan kembali perasaan lawan bicara

Kadang, empati tidak membutuhkan kalimat panjang. Mengulang atau merangkum perasaan lawan bicara, seperti “Kedengarannya situasi itu sangat melelahkan bagi Anda,” dapat memberikan validasi emosional yang besar.

Pendekatan ini membantu orang lain merasa dipahami, bukan sekadar didengar. Secara psikologis, memantulkan perasaan juga memperkuat koneksi emosional antarindividu.

4. Berempati tanpa membandingkan pengalaman

Salah satu kesalahan umum dalam komunikasi adalah membandingkan pengalaman. Meski niatnya baik, perbandingan sering kali justru mengecilkan perasaan orang lain.

Alih-alih mengatakan, “Saya juga pernah mengalaminya,” lebih baik fokus pada pengalaman mereka. Empati sejati berarti memberi ruang penuh pada cerita dan emosi orang lain, tanpa menggeser pusat perhatian.

5. Gunakan pertanyaan terbuka

Pertanyaan terbuka mendorong percakapan yang lebih dalam dan reflektif. Pertanyaan seperti “Apa yang membuat situasi ini terasa berat bagi Anda?” membantu lawan bicara mengeksplorasi perasaannya sendiri.

Tujuan pertanyaan ini bukan untuk menginterogasi, melainkan untuk memberi kesempatan bagi orang lain memahami emosi dan pikirannya dengan lebih jelas.

6. Manfaatkan keheningan dengan sadar

Dalam budaya yang serba cepat, keheningan sering terasa canggung. Padahal, diam sejenak bisa menjadi bentuk empati yang sangat kuat.

Keheningan yang disadari menunjukkan bahwa Anda sedang memproses apa yang disampaikan, bukan terburu-buru memberi respons. Sikap ini menciptakan ruang aman bagi emosi dan memperdalam pemahaman bersama.

7. Tumbuhkan rasa ingin tahu yang tulus

Inti dari komunikasi empatik adalah rasa ingin tahu yang autentik terhadap pengalaman orang lain. Empati tidak bisa dipalsukan. Ketulusan untuk memahami perasaan dan sudut pandang lawan bicara akan terasa secara alami dalam percakapan.

Rasa ingin tahu yang sehat mengubah komunikasi biasa menjadi hubungan yang lebih bermakna, penuh pengertian, dan saling menghargai.

Editor: Setyo Adi Nugroho

Tag:  #seni #berkomunikasi #dengan #empati #cara #berbicara #yang #lebih #mengena #dipahami

KOMENTAR