Mengapa Seseorang Bisa Kecanduan Pinjol? Ini Penjelasan Psikolog
Pinjaman online atau pinjol kerap dianggap sebagai solusi cepat saat kebutuhan finansial mendesak.
Namun, bagi sebagian orang, kemudahan ini justru berkembang menjadi ketergantungan.
Dari sudut pandang psikologi, kecanduan pinjol bukan semata soal ketidakmampuan mengelola uang, melainkan berkaitan erat dengan faktor emosional, perilaku, dan tekanan sosial.
Psikolog Meity Arianty, STP., M.Psi menjelaskan, pinjol menawarkan apa yang disebut sebagai gratifikasi instan, yaitu kepuasan cepat atas kebutuhan mendesak.
“Ketika seseorang sedang tertekan secara finansial atau emosional, pinjol terasa seperti jalan keluar paling mudah. Masalahnya, keputusan ini sering diambil tanpa pertimbangan risiko jangka panjang,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/12/2025).
Mengapa pinjol terasa memberi jalan keluar cepat?
Salah satu alasan pinjol terasa begitu menggoda adalah kemampuannya memberikan rasa lega dalam waktu singkat.
Dana cair dengan cepat, prosedur mudah, dan minim interaksi sosial.
Secara psikologis, kondisi ini menciptakan ilusi kontrol dan ketenangan sementara atas kecemasan finansial yang dirasakan.
Namun, rasa tenang ini bersifat sementara. Saat tagihan datang, tekanan kembali muncul dan sering kali lebih besar.
Kondisi inilah yang membuat seseorang kembali menggunakan pinjol lain untuk menutup utang sebelumnya, hingga akhirnya membentuk pola ketergantungan.
Rasa tidak berdaya dan keinginan menghindari stres
Menurut Meity, kecanduan pinjol juga berkaitan dengan perasaan tidak berdaya atau helplessness.
Seseorang merasa tidak memiliki pilihan lain untuk keluar dari masalah keuangan, sehingga pinjol dianggap sebagai satu-satunya solusi yang tersedia.
“Dalam kondisi stres tinggi, otak cenderung memilih jalan tercepat untuk mengurangi ketidaknyamanan emosional. Sayangnya, pinjol sering menjadi pelarian, bukan solusi,” jelasnya.
Fokus pada kelegaan sesaat membuat seseorang mengabaikan dampak jangka panjang yang sebenarnya sudah disadari sejak awal.
Pengaruh sosial dan citra diri
Faktor sosial juga memainkan peran penting. Paparan media sosial yang menampilkan gaya hidup serba cukup dan narasi kebebasan finansial dapat memicu tekanan untuk terlihat berhasil.
Dalam situasi ini, pinjol kerap dipersepsikan sebagai alat untuk mempertahankan citra diri di hadapan lingkungan.
“Social comparison membuat seseorang merasa tertinggal jika tidak mampu mengikuti standar hidup tertentu. Pinjol lalu dipilih agar tetap terlihat ‘baik-baik saja’, meski sebenarnya kondisi finansial sedang bermasalah,” kata Meity.
Mengapa seseorang sulit berhenti kecanduan pinjol?
Ketergantungan pada pinjol tidak hanya bersifat finansial, tetapi juga emosional.
Setiap kali pinjol digunakan dan kecemasan berkurang, otak belajar bahwa cara ini efektif untuk meredakan stres.
Pola ini mirip dengan mekanisme adiktif lain, di mana seseorang terus mengulang perilaku yang memberi rasa nyaman, meski merugikan.
Selain itu, rasa malu dan takut dihakimi membuat banyak orang memilih diam dan tidak mencari bantuan.
Isolasi sosial ini justru memperkuat ketergantungan karena individu merasa harus menghadapi masalahnya sendiri.
Menjelang akhir tahun, pengeluaran rumah tangga sering meningkat tanpa disadari, sehingga perempuan sebagai pengelola keuangan keluarga dituntut lebih cermat agar tidak terjebak utang dan pinjol ilegal. Rista Zwestika mengingatkan pentingnya anggaran realistis dan disiplin finansial untuk menjaga stabilitas.
Cara memutus rantai ketergantungan pinjol
Untuk keluar dari jerat pinjol, Meity menekankan pentingnya kesadaran emosional.
Langkah awal adalah mengenali bahwa penggunaan pinjol bukan sekadar masalah uang, tetapi juga sinyal adanya tekanan psikologis yang perlu ditangani.
Beberapa strategi yang bisa dilakukan antara lain:
- Mengelola emosi dengan teknik relaksasi atau mindfulness untuk menurunkan kecemasan
- Menyusun rencana keuangan realistis dan bertahap agar muncul rasa kontrol
- Mencari dukungan sosial dari keluarga atau orang tepercaya
- Berkonsultasi dengan psikolog untuk membantu mengelola stres, rasa malu, dan perasaan tidak berdaya
Dengan pendekatan yang tepat, ketergantungan pada pinjol bukanlah kondisi permanen.
“Ketika seseorang mulai memahami pemicu emosionalnya dan mendapat dukungan yang cukup, peluang untuk keluar dari pola ketergantungan akan jauh lebih besar,” pungkas Meity.
Namun, perlu diingat setiap individu memiliki kondisi psikologis yang berbeda.
Jika penggunaan pinjol mulai mengganggu kesehatan mental dan kehidupan sehari-hari, sangat disarankan untuk mencari bantuan profesional.
Tag: #mengapa #seseorang #bisa #kecanduan #pinjol #penjelasan #psikolog