Riset Ungkap hanya 28 Persen Pekerja Indonesia Merasa Punya 'Hubungan Sehat' dengan Pekerjaannya
Tekanan kerja membuat stress. (TimingApp)
11:32
29 Oktober 2025

Riset Ungkap hanya 28 Persen Pekerja Indonesia Merasa Punya 'Hubungan Sehat' dengan Pekerjaannya

 

- Hubungan antara pekerja Indonesia dan pekerjaannya sedang tidak baik-baik saja. Laporan Work Relationship Index (WRI) 2025 yang dirilis HP menunjukkan bahwa hanya 28 persen pekerja kantoran (knowledge worker) di Indonesia yang merasa memiliki hubungan kerja yang sehat.

Angka ini anjlok 16 poin dibanding tahun sebelumnya—penurunan paling tajam di dunia. Temuan ini mengindikasikan gejala serius di dunia kerja: banyak karyawan merasa lelah, kehilangan motivasi, bahkan mulai mempertanyakan makna pekerjaannya. 

Dalam riset tersebut diungkapkan, lebih dari delapan dari sepuluh pekerja mengaku mengalami perubahan besar di tempat kerja selama setahun terakhir, mulai dari tekanan produktivitas, perubahan kebijakan kantor, hingga kewajiban kembali ke kantor fisik.

Sebanyak 37 persen karyawan juga menilai perusahaan lebih memprioritaskan keuntungan ketimbang kesejahteraan mereka. "Banyak pekerja kini merasa terjebak antara tuntutan bisnis dan kebutuhan pribadi yang tak lagi seimbang," kata laporan itu. Tekanan tersebut, menurut HP, menjadi sinyal perlunya transformasi besar dalam cara perusahaan mendukung kesejahteraan mental dan profesional para karyawannya.

Namun demikian, meski suasana kerja tampak suram, optimisme terhadap teknologi justru meningkat. Sekitar 89 persen karyawan di Indonesia percaya kecerdasan buatan (AI) bisa meningkatkan kualitas hidup dan pengalaman kerja mereka.

Indonesia bahkan memimpin 14 negara lain dalam hal adopsi AI di tempat kerja, 94 persen pekerja sudah menggunakan AI, dan setengahnya menggunakannya setiap hari. Temuan ini menggambarkan perubahan pola pikir di dunia kerja: AI bukan lagi dianggap pengganti manusia, tetapi alat bantu yang dapat meringankan beban kerja dan meningkatkan keseimbangan hidup.

Pekerja yang mendapatkan dukungan teknologi dari perusahaan bahkan dua kali lebih mungkin memiliki hubungan kerja yang sehat, dan lima kali lebih besar peluangnya bila perusahaan juga berinvestasi pada pengembangan karyawan. Hasil WRI 2025 juga menyoroti paradoks yang kini dialami banyak organisasi. Di satu sisi, mereka dituntut untuk lebih produktif di tengah perubahan cepat, namun di sisi lain, karyawan membutuhkan ruang lebih besar untuk tumbuh dan merasa dihargai.

Menurut HP, 85 persen faktor yang memengaruhi hubungan karyawan dengan pekerjaan sebenarnya ada di tangan organisasi, mulai dari kepemimpinan, kebijakan kerja fleksibel, hingga alat kerja yang mendukung kolaborasi. Artinya, kesejahteraan kerja bukan sekadar isu personal, melainkan hasil dari desain sistem kerja yang manusiawi.

Dalam menjawab tantangan tersebut, HP memperkenalkan strategi OneHP, sebuah pendekatan yang memadukan perangkat, layanan, dan kecerdasan buatan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih kolaboratif dan aman. Langkah ini diperkenalkan dalam acara OneHP Day 2025, yang juga menampilkan inovasi seperti PC berbasis AI, platform pengalaman kerja (Workforce Experience Platform), dan HP AI Companion, asisten digital yang membantu mengelola tugas dan informasi sehari-hari.

"Ketika pengalaman kerja dirancang dengan baik, karyawan akan lebih produktif dan memiliki hubungan yang lebih sehat dengan pekerjaannya," ujar Juliana Cen, President Director HP Indonesia. "Teknologi seharusnya bukan menggantikan manusia, melainkan memperkuat koneksi antarmanusia di tempat kerja".

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #riset #ungkap #hanya #persen #pekerja #indonesia #merasa #punya #hubungan #sehat #dengan #pekerjaannya

KOMENTAR