9 Hal Ini Dilepaskan, Orang Selalu Berkata ''Seharusnya Sudah Lama Saya Melakukannya Lebih Awal''
ilustrasi seorang wanita yang berdiri di tepi pantai dengan tersenyum, menyambut kebebasan setelah melepaskan beban emosional masa lalu. (Freepik)
09:48
27 Oktober 2025

9 Hal Ini Dilepaskan, Orang Selalu Berkata ''Seharusnya Sudah Lama Saya Melakukannya Lebih Awal''

 

Hidup seringkali dipenuhi dengan hal-hal yang diyakini menentukan diri kita, mulai dari pencapaian, ekspektasi, bahkan rasa sakit yang bersemayam di hati dan pikiran. Banyak orang berpikir bahwa melepaskan artinya menyerah, padahal justru itu adalah kunci menuju kedamaian sejati.

Melansir dari Global English Editing, ketika akhirnya seseorang berani melonggarkan genggaman, mereka tidak kehilangan hal-hal penting melainkan malah mendapatkan ketenangan.Artikel ini akan membahas sembilan hal yang dilepaskan dan mengubah segalanya, membuat para pelakunya berharap sudah melakukannya lebih cepat.

1. Kebutuhan Mengendalikan Segalanya

Kebutuhan untuk mengendalikan setiap variabel kehidupan seringkali berakar dari rasa takut yang membuat kita ingin memastikan segala hasil, jadwal, dan orang berjalan sesuai rencana. Padahal mengontrol semua hal adalah ilusi yang tidak mungkin tercapai dan malah membuat Anda membangun sangkar mental untuk diri sendiri. Kebebasan sejati datang ketika Anda mampu berkata, "Mari kita lihat apa yang terjadi," dan hidup dengan rasa percaya terhadap proses alami. Saat berhenti mencoba mengendalikan, kehidupan akan terbentang dengan ritme alami yang jauh lebih baik dari skenario mana pun yang Anda buat.

2. Dendam dan Kebencian

Pepatah mengatakan bahwa menahan amarah seperti meminum racun dan berharap orang lain yang meninggal, menunjukkan betapa berbahayanya dendam yang terus disimpan. Banyak orang tidak menyadari betapa beratnya beban kebencian sampai mereka benar-benar meletakkannya dan membebaskan diri dari beban emosional tersebut. Maaf bukan berarti membenarkan kesalahan yang telah terjadi, tetapi berarti Anda menolak membiarkan peristiwa itu terus mendefinisikan dan mengendalikan hidup Anda. Kedamaian setelah pengampunan terasa sunyi dan kuat, membuat setiap orang yang merasakannya menyesal kenapa tidak dilepas lebih awal.

3. Gagasan Bahwa Nilai Diri Bergantung pada Pencapaian

Banyak orang mengukur harga diri berdasarkan produktivitas dan kesuksesan, meyakini bahwa semakin banyak dicapai, semakin besar nilainya di mata orang lain. Setiap pencapaian hanya mendorong pengejaran tanpa akhir untuk tonggak berikutnya, membuat mereka lelah dan merasa hampa di dalam jiwa. Bukan pencapaian yang menjadi musuh, melainkan keterikatan terhadapnya, sebab menggantungkan harga diri pada hasil akan membuat hidup terus berada di ujung tanduk. Ironisnya, melepaskan kebutuhan untuk "membuktikan diri" justru dapat membawa kesuksesan yang lebih otentik dan damai, jauh dari tekanan.

4. Fantasi Tentang "Apa yang Seharusnya Terjadi"

Setiap orang punya versi cerita di pikiran mereka tentang pekerjaan yang seharusnya diambil atau kesempatan yang terlewatkan di masa lalu. Berfokus pada kehidupan yang tidak dijalani akan menghalangi Anda untuk sepenuhnya menghargai dan menjalani hidup yang sedang dimiliki saat ini dengan baik. Fantasi "bagaimana jika" dari masa lalu hanyalah gangguan dari realitas saat ini, dari keindahan hidup yang sedang Anda bangun dengan jerih payah sendiri. Ketika berhenti terpaku pada masa lalu, masa kini tidak lagi terasa seperti pilihan kedua, dan Anda akan mulai merasakan hidup kembali sepenuhnya.

5. Kebutuhan Semua Orang untuk Menyukai Anda

Manusia secara alami terhubung untuk menjalin koneksi, tetapi seringkali kita keliru menganggap persetujuan orang lain adalah sama dengan memiliki rasa memiliki yang sesungguhnya. Mencoba membuat semua orang menyukai Anda seperti mencoba menggenggam air, tidak akan pernah berhasil dan hanya akan membuat Anda kelelahan. Melepaskan kebutuhan ini tidak membuat Anda menjadi dingin, tetapi justru menjadikan Anda pribadi yang lebih nyata dan otentik. Anda bisa berbicara jujur, menetapkan batasan, dan membentuk hubungan yang didasarkan pada keaslian, bukan sekadar sebuah pertunjukan agar disukai.

6. Perbandingan Konstan dengan Orang Lain

Perbandingan adalah pencuri kegembiraan satu di antara kebiasaan yang paling mendarah daging dalam diri manusia modern. Melihat kilasan kehidupan orang lain di media sosial seringkali membuat seseorang merasa tertinggal, padahal kenyataannya Anda hanya berada di garis waktu sendiri. Setiap kali perbandingan muncul, Anda akan kehilangan kontak dengan rasa syukur, padahal rasa syukur adalah tempat kebahagiaan sejati bersemayam di hati. Begitu berhenti membandingkan, Anda akan mulai menyadari seberapa jauh sudah melangkah, dan saat itulah rasa bangga akan menggantikan tekanan yang tidak berguna.

7. Rasa Bersalah untuk Beristirahat

Begitu banyak orang membawa rasa bersalah hanya karena beristirahat, sebab mereka dikondisikan untuk percaya bahwa istirahat sama dengan kemalasan atau membuang-buang waktu. Padahal, istirahat bukanlah kebalikan dari produktivitas, melainkan bagian penting yang harus dilakukan untuk mengisi ulang tenaga. Istirahat harus dijadwalkan lebih dulu sebagai bahan bakar kreativitas, bukan sekadar hadiah setelah merasa kelelahan yang berlebihan dan tidak terhindarkan lagi. Orang yang akhirnya memberi izin pada diri sendiri untuk beristirahat selalu mengatakan hal yang sama, "Saya tidak percaya saya menunda ini begitu lama."

8. Keyakinan Bahwa Penyembuhan Harus Cepat atau Linear

Proses penyembuhan emosional bukanlah garis lurus, melainkan sebuah spiral di mana Anda mengunjungi kembali luka lama dari tingkat kesadaran yang lebih tinggi setiap saat. Karena sifatnya yang tidak sabar, banyak orang ingin mendapatkan penutupan instan dan buru-buru "memperbaiki" diri agar cepat move on dari trauma masa lalu. Kenyataan pahitnya adalah beberapa hal mungkin tidak akan pernah hilang sepenuhnya, namun itu akan berhenti mengendalikan hidup Anda setiap saat. Menerima bahwa Anda bisa membawa bekas luka sambil tetap bergerak maju satu di antara hal yang paling membebaskan dalam hidup.

9. Ketakutan Akan Perubahan

Perubahan menakutkan karena selalu berarti melangkah ke dalam ketidakpastian, tetapi ironisnya, menolak berubah justru membuat seseorang tetap terjebak dalam masalah. Banyak orang bertahan dalam pekerjaan atau hubungan yang sudah tidak cocok karena merasa "tidak terlalu buruk" atau berharap segalanya akan menjadi lebih baik nanti. Mereka akhirnya membuat lompatan besar ketika sesuatu di dalam diri mereka putus, lalu beberapa bulan kemudian baru mereka menyesalinya. Saat Anda melangkah ke dalam perubahan, ketakutan tidak akan hilang sepenuhnya, tetapi rasa percaya diri akan tumbuh jauh lebih cepat dari yang pernah dibayangkan.

Melepaskan bukanlah tentang kehilangan, melainkan tentang kesejajaran diri dengan nilai-nilai yang lebih mendalam dan autentik. Setiap kali Anda melepaskan sesuatu yang tidak lagi berguna, Anda menciptakan ruang untuk masuknya hal yang lebih baik, seperti kedamaian dan kejelasan hidup yang lebih sehat. Kedamaian tidak dapat hidup berdampingan dengan kekacauan, baik itu kekacauan mental, emosional, maupun fisik yang sering mengganggu pikiran. Meski sulit, semakin lama Anda menunda untuk melepaskannya, semakin berat beban yang harus dipikul setiap hari.

 

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #dilepaskan #orang #selalu #berkata #seharusnya #sudah #lama #saya #melakukannya #lebih #awal

KOMENTAR