Gen Z Hadapi Burnout dengan Jadi Manusia Tikus, Apa Sudah Tepat?
Dalam fenomena manusia tikus di kalangan Gen Z di China, biasanya mereka menghabiskan sebagian besar waktu di kamar dan di kasur. (Dok. Freepik/Freepik)
18:35
9 Juni 2025

Gen Z Hadapi Burnout dengan Jadi Manusia Tikus, Apa Sudah Tepat?

- Fenomena “manusia tikus” di kalangan Gen Z di China muncul sebagai bentuk protes pasif terhadap tekanan pekerjaan dan burnout dalam lingkungan kerja yang kompetitif.

Dalam fenomena ini, biasanya Gen Z tersebut bangun siang hari, rebahan di kasur, bermain gim, menjelajahi media sosial, lalu kembali tidur. Bahkan, mereka bisa makan hanya sekali sehari.

Melihat fenomena "manusia tikus", psikolog klinis dewasa Adelia Octavia Siswoyo, M.Psi menilai, pilihan ini mungkin terasa melegakan bagi sebagian Gen Z, terutama sebagai upaya menjaga kesehatan mental mereka.

“Bentuk protes ini mungkin ideal untuk para Gen Z karena bisa menjadi waktu sekaligus untuk beristirahat,” jelas Adelia kepada Kompas.com, Senin (9/6/2025).

Harus disertai kesadaran dan tanggung jawab

Adelia mengingatkan, langkah tersebut perlu dibarengi dengan kesadaran akan tanggung jawab yang tetap harus dijalankan. 

Istirahat penting untuk menjaga kewarasan, tapi bukan berarti menjadi alasan untuk sepenuhnya melepaskan diri dari kewajiban.

“Sebetulnya bukan cara yang salah, namun memang menjadi kurang tepat ketika tidak ada usaha untuk menyelesaikan tanggung jawab terlebih dahulu,” tegasnya.

Tangkapan layar beberapa Gen Z di China yang menyebut mereka manusia tikus di aplikasi Red Note (Xiaohongshu). Sebutan tersebut merupakan tindakan berontak dari burnout dan persaingan mencari kerja yang ketat.Dok. Xiaohongshu Tangkapan layar beberapa Gen Z di China yang menyebut mereka manusia tikus di aplikasi Red Note (Xiaohongshu). Sebutan tersebut merupakan tindakan berontak dari burnout dan persaingan mencari kerja yang ketat.

Menurut Adelia, pendekatan ini juga dipilih Gen Z karena dianggap lebih aman dibanding bentuk protes terbuka yang berisiko memunculkan masalah baru di dunia profesional atau media sosial.

“Karena apabila protes dengan gerakan demo atau membuat petisi di sosial media, mereka berpikir bisa menjadi bumerang untuk mereka sendiri,” ujarnya.

Pahami penyebab burnout

Bagi Gen Z yang sedang menghadapi burnout, Adelia menyarankan agar memahami akar permasalahannya terlebih dahulu untuk mencari solusi yang tepat.

Apakah burnout tersebut berasal dari standar yang terlalu tinggi, rasa cemas tidak kunjung diterima kerja, atau tuntutan lingkungan sosial?

“Kembali lagi kepada akar masalahnya, apakah burnout yang dirasakan ini memang didasari oleh beban pekerjaan yang berat secara berlebihan?” ucap Adelia.

Fenomena "manusia tikus" menunjukkan bahwa istirahat bisa menjadi bentuk perlawanan yang diam, tapi tetap harus diiringi usaha aktif untuk bangkit kembali. 

Menemukan keseimbangan antara rehat dan tanggung jawab adalah kunci agar cara ini tidak berakhir menjadi pelarian yang berlarut-larut.

          View this post on Instagram                      

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Tag:  #hadapi #burnout #dengan #jadi #manusia #tikus #sudah #tepat

KOMENTAR