5 Strategi Otak untuk Mengurangi Stereotype dan Meningkatkan Kepemimpinan Anda, Menurut Neuroscience
Pemimpin terkadang menunjukkan sikap bias mereka terhadap anggotanya.
Hal ini terjadi ketika mereka mengatakan opini yang tidak disengaja tentang orang lain berdasarkan hal-hal seperti ras, gender, usia, disabilitas, atau penampilan.
Dilansir dari inc.com, bias yang tidak disadari tidak hanya mengganggu interaksi di tempat kerja, hal itu juga dapat menyebabkan konflik.
Bias tersebut membahayakan proses perekrutan karyawan dan produk yang dikembangkan oleh tim.
Dalam buku “Breaking Bias: Where Stereotypes and Prejudices Come From and the Science-Backed Method to Unravel Them” yang ditulis oleh Anu Gupta.
Ia mengatakan siapapun dapat mengatasi bias bawah sadar karena itu bukan sesuatu yang dimiliki sejak lahir.
Berikut adalah lima strategi untuk membantu para pemimpin dan tim mereka menghilangkan bias, menurut Neuroscience.
1. Perhatian penuh: Memperhatikan tanpa menghakimi
Menurut Gupta, bias tak sadar berasal dari “stereotip atau gagasan keliru tentang seseorang karena generalisir dari identitas kelompoknya,” seperti gender, etnis, atau agama.
Terkait dengan stereotip di otak kita, praktik kesadaran penuh dapat menghilangkannya, dengan praktik ini dapat membantu pemimpin menyadari dan mengakui stereotip dalam pikiran mereka.
Namun, kunci kesadaran penuh adalah tidak adanya sikap menghakimi. Alasan yang dapat menghalangi pemimpin untuk mengatasi bias bawah sadar adalah sikap menghakimi dan rasa malu untuk mengakui memiliki stereotip dalam pikiran mereka.
Rasa malu ini dapat menjadi penghalang untuk pertumbuhan dan perubahan perilaku. Jadi ketika rasa malu itu muncul, pemimpin juga menjadikan rasa malu itu sebagai objek yang harus diatasi.
2. Tidak Berstereotip: Ciptakan pemahaman berdasarkan fakta
Menggantikan stereotip adalah strategi berbasis penelitian untuk mengurangi bias bawah sadar dengan pemahaman alternatif berdasarkan fakta. Ini membangun pemikiran baru pada saraf otak untuk mengurangi stereotip dalam pikiran.
Seperti contoh, ketika kita memikirkan pengusaha sukses pasti yang terlintas adalah Steve Jobs. Namun, bagaimana jika pengusaha seperti Kathryn Cahill Thompson dari Cahill Contractors.
Seorang CEO Perempuan di industri konstruksi yang didominasi oleh laki-laki. Dari pemahaman ini dapat menggantikan stereotip untuk mengingat orang-orang nyata yang tidak sesuai dengan stereotip umum tentang ras, gender, dan identitas lainnya.
Dengan membangun pemikiran sesuai fakta yang didasarkan pada kesalahan berstereotip, hal itu membangun saraf baru yang membentuk kebiasaan untuk menggantikan bias bawah sadar.
3. Individuasi: Memisahkan generalisir dari stereotip dengan rasa ingin tahu
Individuasi adalah strategi yang didukung oleh sains, dengan menerapkan rasa ingin tahu untuk melemahkan stereotip yang terbentuk dalam pikiran.
Saat interaksi di tempat kerja, pemimpin yang sadar dengan tumbuhnya stereotip dalam pikiran mereka dan secara aktif berusaha menghilangkan bias kepada orang yang mereka pikirkan.
Mereka akan menerima orang tersebut berdasarkan siapa mereka bukan tetap dalam pemikiran generalisir mengenai suatu identitas kelompok. Pemikiran tersebut adalah hal yang diinginkan oleh karyawan.
Mereka ingin dianggap dan diperlakukan sebagai individu unik bukan sebuah pandangan yang menggeneralisir berdasarkan identitas kelompoknya.
4. Perilaku prososial: Tumbuhkan rasa kasih sayang
Perilaku prososial secara aktif mengubah pola pikir dari negatif ke positif dengan menumbuhkan rasa kasih sayang.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh sekolah kedokteran Stanford, praktik meditasi cinta kasih adalah cara efektif untuk menumbuhkan rasa kasih sayang.
Ini adalah praktik yang mengharuskan para pemimpin menggambarkan seorang karyawan dengan sungguh-sungguh.
Dengan menyampaikan harapan yang baik kepada mereka, seperti mengatakan “semoga harimu bahagia,” jika kalimat ini diucapkan berulang-ulang akan membangun saraf baru yang mengalahkan stereotip.
5. Mengambil perspektif: Visualisasikan diri sebagai orang yang distereotipkan
Pengambilan perspektif dilakukan dengan membayangkan situasi dari sudut pandang yang berbeda.
Hal ini dapat menumbuhkan perasaan untuk memahami bagaimana jika kita di posisi orang tersebut.
Menurut ahli saraf di University of Pennsylvania, menunjukkan bahwa alat ini dapat membantu para pemimpin lebih memahami perasaan orang lain, dengan demikian mereka dapat menyesuaikan diri dalam berperilaku.
Dalam bias bawah sadar, pengambilan perspektif dapat membangun empati yang melampaui stereotip tentang ras, gender, dan identitas lainnya.
Praktik kelima ini dapat membantu pemimpin mengidentifikasi dan mengatasi bias bawah sadar yang dapat mempengaruhi lingkungan pekerjaan.
Tag: #strategi #otak #untuk #mengurangi #stereotype #meningkatkan #kepemimpinan #anda #menurut #neuroscience