Pejabat AS: Israel Sudah Melakukan Segala Cara Militer di Gaza Tapi Hamas Tak Hancur dan Tetap Ada
Pasukan Pendudukan Israel (IDF) berjibaku dengan abu dan debu saat mengevakuasi rekan mereka yang terbunuh dan terluka ke helikopter penyelamat dalam pertempuran melawan Milisi Pembebasan Palestina di Jalur Gaza. 
18:10
15 Agustus 2024

Pejabat AS: Israel Sudah Melakukan Segala Cara Militer di Gaza Tapi Hamas Tak Hancur dan Tetap Ada

Surat Kabar Amerika Serikat (AS), The New York Times mengutip para pejabat AS dan Israel mengulas seputar kegagalan agresi militer Tentara Israel (IDF) ke Jalur Gaza yang sudah berlangsung berbulan-bulan sejak Oktober 2023 silam.

Narasumber media tersebut mengatakan kalau “kemungkinan melemahkan Hamas semakin berkurang,”.

Pengakuan para pejabat AS-Israel ini menekankan kalau “Israel telah melakukan segala yang bisa dilakukannya pada tingkat militer di Gaza.”

Para pejabat menjelaskan kalau “sandera yang ditahan di Gaza tidak dapat diperoleh kembali dengan cara militer.”

Para pejabat tersebut menambahkan, “Israel mencoba merusak jaringan terowongan di Gaza, namun gagal menghancurkannya,”.

Ulasan itu juga mencatat pengakuan dari para pejabat tersebut kalau “jaringan terowongan milik milisi Perlawanan terbukti lebih besar dari perkiraan Israel, dan merupakan sarana yang efektif untuk Hamas.”

Menurut surat kabar tersebut, “Pejabat Pentagon percaya bahwa Israel belum membuktikan kemampuannya untuk mengamankan wilayah yang dikuasainya di Gaza.”

Para pejabat menekankan bahwa diplomasi (perundingan) adalah satu-satunya cara yang memungkinkan Israel memulangkan para tahanan Israel yang disandera milisi Perlawanan di Jalur Gaza.

Dalam beberapa kesempatan, tentara pendudukan mengakui ketidakmungkinan mencapai tujuan utama agresi brutalnya terhadap Jalur Gaza, yaitu menghancurkan Gerakan Perlawanan Hamas,".

Juru Bicara Tentara Israel (IDF), Daniel Hagari bahkan menekankan bahwa Hamas adalah sebuah gagasan yang tidak dapat dihancurkan.

“Berbicara tentang penghancuran Hamas seperti membuang abu di mata masyarakat, karena hal itu tertanam di hati masyarakat,” kata Daniel Hagari Juni silam.

Dalam sebuah wawancara dengan Hebrew Channel 13, Hagari juga mengkritik para pemimpin politik Israel yang menyerukan penghapusan gerakan Hamas sebagai syarat 'kemenangan mutlak'.

“Hamas adalah sebuah ide, dan Anda tidak dapat menghancurkan sebuah ide. Tingkat politik (politisi Israel) harus menemukan alternatif terhadapnya, jika tidak maka akan tetap ada,” kata Hagari.

Dia juga menekankan bahwa pasukan IDF “membayar harga yang mahal dalam perang ini.

"Namun kita tidak bisa tinggal diam, tidak semua tahanan dapat dikembalikan dengan cara militer,” tambah Hagari.

Orang-orang berjalan di tengah puing-puing bangunan yang hancur akibat pemboman Israel di Khan Yunis, di Jalur Gaza Selatan. Selasa (16 April 2024), saat pertempuran berlanjut antara Israel dan kelompok Pejuang Palestina Hamas. (STR/AFP) Orang-orang berjalan di tengah puing-puing bangunan yang hancur akibat pemboman Israel di Khan Yunis, di Jalur Gaza Selatan. Selasa (16 April 2024), saat pertempuran berlanjut antara Israel dan kelompok Pejuang Palestina Hamas. (STR/AFP) (AFP/AFP)

Pembantaian Israel Berlanjut

Laporan Khaberni, pada Kamis (15/8/2024) Pembantaian keji pendudukan Israel berlanjut selama 313 hari berturut-turut di Jalur Gaza, sehari sebelum perundingan yang diserukan oleh para mediator, untuk membahas formula kesepakatan yang akan mengarah pada gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan.

Dalam konteks terkait, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengumumkan pada Rabu (14/8/2024) kalau jumlah korban tewas akibat perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 39,965 orang tewas, dan 92,294 orang luka-luka, sejak 7 Oktober 2023.

Kementerian tersebut mengatakan dalam laporan statistik hariannya:

“Jumlah korban agresi Israel telah meningkat menjadi 39.965 orang yang tewas dan 92.294 orang terluka sejak 7 Oktober lalu.”

Dia menambahkan kalau tentara Israel “melakukan dua pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza, menyebabkan 36 orang meninggal dan 54 orang terluka dilarikan ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir.”

Kementerian mengindikasikan sejumlah korban masih berada “di bawah reruntuhan dan di jalan, di mana ambulans dan kru pertahanan sipil tidak dapat menjangkau mereka” karena menjadi sasaran serangan Tentara Israel.

Jumlah orang hilang telah melebihi 10.000 orang sejak awal perang yang dilancarkan oleh pendudukan Israel dengan dukungan Amerika Serikat, menurut statistik terbaru dari kantor media pemerintah di Gaza.

Perang terus berlanjut di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang telah merenggut nyawa puluhan anak-anak, yang merupakan salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

Pasukan Pendudukan Israel (IDF) mengevakuasi rekan mereka yang terluka. Pasukan Pendudukan Israel (IDF) mengevakuasi rekan mereka yang terluka. (khaberni)

Akan Ada 100 Ribu Prajurit IDF Cacat

Sementara itu, Kementerian pertahanan Israel mengumumkan pada 14 Agustus bahwa divisi rehabilitasi tentara telah merawat lebih dari 10.000 tentara sejak 7 Oktober.

Lebih dari 10.000 tentara telah dirawat oleh divisi rehabilitasi tentara sejak dimulainya perang genosida di Gaza.

Menurut data tersebut, 37 persen dari mereka yang dirawat mengalami "trauma fisik pada anggota tubuh mereka," sementara 35 persen "menderita PTSD atau gangguan mental lain yang disebabkan oleh trauma." Enam puluh delapan persen dari mereka yang dirawat adalah anggota cadangan.

Lebih jauh lagi, divisi rehabilitasi memperkirakan bahwa pada tahun 2030, akan ada sekitar 100.000 veteran cacat, dengan setengahnya terkait dengan kesehatan mental.

“Kementerian Pertahanan kini tengah mendiskusikan strategi untuk menyerap dan merawat mereka yang terluka dalam perang, di samping sekitar 62.000 veteran IDF cacat yang telah dirawat oleh divisi tersebut sebelum perang,” Haaretz melaporkan pada hari Rabu.

Angka yang mencengangkan ini muncul saat genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza mendekati tahun pertama.

Meskipun telah meratakan wilayah itu dan membantai puluhan ribu orang, analisis terkini menunjukkan bahwa tentara hanya berhasil mengalahkan tiga batalyon Brigade Qassam , sayap bersenjata Hamas.

“Hingga 1 Juli, hanya tiga dari 24 batalyon ini yang tidak efektif dalam pertempuran, artinya mereka dihancurkan oleh militer Israel,” CNN melaporkan pada 5 Agustus, mengutip data yang dikumpulkan oleh Critical Threats Project (CTP) dan Institute for the Study of War (ISW).

"Delapan batalion efektif dalam pertempuran, mampu melaksanakan misi melawan tentara Israel di Gaza. Sebanyak 13 batalion sisanya telah terdegradasi, hanya mampu melakukan serangan gerilya sporadis dan sebagian besar tidak berhasil," tambahnya.

Pada bulan Maret, tentara Israel mengklaim 20 dari 24 batalyon Qassam telah “dibubarkan.”

Selain Brigade Al Qassam, Brigade Al Quds dari gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ), Brigade Syuhada Al-Aqsa, Brigade Mujahidin, dan beberapa faksi lain tetap bertahan di seluruh jalur tersebut dan terlibat dalam konfrontasi melawan tentara Israel.

Hampir dua persen dari seluruh penduduk Jalur Gaza telah dibunuh oleh Israel selama perang genosida di jalur tersebut, menurut angka yang dirilis pada 11 Agustus oleh Biro Pusat Statistik Palestina (PCBS).

(oln/khbrn/twp/TC*)

Tag:  #pejabat #israel #sudah #melakukan #segala #cara #militer #gaza #tapi #hamas #hancur #tetap

KOMENTAR