Terancam Perang Habis-habisan, Israel Siapkan Rumah Sakit Bawah Tanah, Ada 2.000 Lebih Tempat Tidur
Ilustrasi - Pasukan Pendudukan Israel mengevakuasi rekan mereka yang terluka. Para dokter di Israel mengatakan mereka siap menghadapi serangan besar terhadap Haifa. 
18:10
7 Agustus 2024

Terancam Perang Habis-habisan, Israel Siapkan Rumah Sakit Bawah Tanah, Ada 2.000 Lebih Tempat Tidur

- Terdapat sebuah rumah sakit bawah tanah yang luas di bawah Kota Haifa di Israel utara.

Ada ruang operasi, bangsal bersalin, dan peralatan medis yang ditumpuk di sudut-sudut.

Namun, belum ada pasien di rumah sakit bawah tanah tersebut.

Pusat Medis Rambam menggali bunker ini setelah perang Israel-Hizbullah tahun 2006 silam.

Biasanya ini adalah tempat parkir mobil bertingkat, tetapi diubah menjadi rumah sakit dalam waktu kurang dari tiga hari.

Fasilitas tersebut memiliki lebih dari 2.000 tempat tidur.

Jika terjadi serangan besar terhadap Israel, fasilitas itu akan menampung pasien yang sudah ada dari pusat medis di atas tanah dan rumah sakit terdekat lainnya.

Selain itu, ada juga ruang untuk merawat korban yang terluka.

Para dokter mengatakan mereka siap menghadapi serangan besar terhadap Haifa.

Hal tersebut terkait ancaman perang regional habis-habisan yang tampak besar, menyusul terbunuhnya pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh dan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr minggu lalu.

"Kapan, kapan, kapan itu akan terjadi? Tidak ada yang tahu. Kami banyak membicarakannya," kata Dr Avi Weissman, direktur medis pusat tersebut, Rabu (7/8/2024), dilansir BBC.

Ia mengatakan, masyarakat Israel kini merasa cemas.

Dr Avi Weissman dan stafnya hanya berharap agar eskalasi kekerasan tidak berlangsung lama.

Israel Isyaratkan Siap Lakukan Serangan Pendahuluan

Sementara itu, Israel telah membiarkan pintu terbuka untuk kemungkinan serangan pendahuluan terhadap Iran dan Hizbullah Lebanon.

Hal ini sebagaimana dilaporkan Anadolu Agency, yang mengutip pernyataan juru bicara pemerintah Israel, David Mencer.

Dalam jumpa pers, David Mencer tidak membenarkan atau membantah apakah Amerika Serikat mencegah Israel melakukan serangan pendahuluan terhadap Iran dan Hizbullah, di tengah ancaman pembalasan atas pembunuhan di Teheran dan Beirut.

"Di masa lalu, kami telah melakukan sejumlah serangan pendahuluan yang luar biasa dan tidak menunggu serangan terhadap kami ketika serangan tampak akan segera terjadi," kata Mencer, Senin (5/8/2024), dikutip dari MEMO.

"Israel akan mengambil tindakan yang tepat sesuai keputusan pemerintah terpilihnya untuk melindungi rakyatnya, dan tidak ada keraguan bahwa negara ini akan terlindungi," ungkapnya.

"Jika ada tindakan pencegahan yang perlu diambil, tindakan tersebut akan diizinkan oleh pemerintah dan diarahkan kepada militer Israel, yang akan melaksanakan keputusan pemerintah," lanjut David Mencer.

Israel telah meningkatkan status siaganya dalam beberapa hari terakhir.

Israel mengantisipasi pembalasan militer dari Iran, Hizbullah, dan Hamas menyusul pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran Rabu lalu, dan pemimpin militer terkemuka Hizbullah, Fuad Shukr, di Beirut sehari sebelumnya.

Kemudian, seruan Israel untuk melakukan "serangan pendahuluan" untuk mencegah potensi pembalasan semakin meningkat.

Namun, pakar militer, seperti mantan penasihat Keamanan Nasional Israel untuk PM, Yaakov Amidror, percaya meskipun serangan pendahuluan terhadap Hizbullah dapat dilakukan, tindakan serupa terhadap Iran dapat menjadi rumit karena jarak antara kedua negara.

Diketahui, pembunuhan komandan utama Hizbullah, Fuad Shukr, terjadi pada Selasa (30/7/2024) di pinggiran kota Beirut.

Lalu, pembunuhan kepala politik Hamas, Ismail Haniyeh, terjadi pada hari berikutnya di Teheran.

Iran dan Hizbullah telah bersumpah untuk membalas kematian yang mereka salahkan kepada Israel.

Adapun Israel telah mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan Shukr, tetapi tetap bungkam atas kematian Haniyeh.

Ilustrasi - Asap mengepul di perbatasan Israel-Lebanon dari lokasi roket yang ditembakkan dari sisi Lebanon, menuju desa Metullah di Israel pada hari Sabtu. Ilustrasi - Asap mengepul di perbatasan Israel-Lebanon dari lokasi roket yang ditembakkan dari sisi Lebanon, menuju desa Metullah di Israel pada hari Sabtu. (AFP/Getty Images)

Update Perang Israel-Hamas

Koresponden Al Jazeera di lapangan melaporkan bahwa serangan udara Israel telah menghantam daerah tengah Jalur Gaza dan bagian timur Khan Younis di selatan dalam apa yang tampaknya menjadi konsentrasi serangan.

Setelah sehari di mana puluhan orang terbunuh di Gaza, tiga orang lagi tewas dan lebih dari 10 orang terluka dalam serangan Israel semalam yang menghancurkan dua rumah dan tenda yang menampung orang-orang terlantar di Deir el-Balah, Gaza tengah.

Hamas telah menunjuk pemimpinnya di Gaza, Yahya Sinwar, sebagai kepala politik baru gerakan tersebut untuk menggantikan Ismail Haniyeh yang dibunuh di Teheran dalam serangan yang secara luas dikaitkan dengan Israel.

Juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa Israel tetap berkomitmen untuk membunuh Sinwar menyusul berita terpilihnya dia sebagai pemimpin baru biro politik Hamas.

Pejuang Hamas menargetkan tank-tank Israel di Kota Rafah selatan dengan roket dan bom saat pasukan Israel memusatkan serangan di Gaza tengah dan wilayah timur Khan Younis di selatan.

Di Tepi Barat yang diduduki, pasukan Israel membunuh seorang pria Palestina di dekat Tubas dan menembak serta melukai tiga pemuda Palestina selama serangan di kota Beit Furik, timur Nablus.

Kanada akan mengevakuasi keluarga staf diplomatiknya di Israel, menurut media Israel, menjelang serangan balasan yang diperkirakan akan dilakukan oleh Iran dan kelompok sekutunya atas pembunuhan Haniyeh dari Hamas di Teheran dan Fuad Shukr dari Hizbullah di Beirut.

Presiden AS Joe Biden berbicara dengan mitranya dari Mesir Abdel Fattah el-Sisi dan Emir Qatar Sheikh Tamim Bin Hamad Al Thani tentang upaya untuk meredakan ketegangan regional dan mengamankan gencatan senjata di Gaza.

Sebuah jajak pendapat oleh Chicago Council on Global Affairs menemukan bahwa mayoritas warga Amerika menentang pengiriman pasukan AS untuk membela Israel jika negara itu diserang oleh Iran.

Setidaknya 39.653 orang tewas dan 91.535 orang terluka dalam perang Israel di Gaza.

Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada tanggal 7 Oktober dan lebih dari 200 orang ditawan.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Editor: Whiesa Daniswara

Tag:  #terancam #perang #habis #habisan #israel #siapkan #rumah #sakit #bawah #tanah #2000 #lebih #tempat #tidur

KOMENTAR