Temuan Inspeksi Pascajatuhnya Jeju Air, 7 Lokaliser dari 13 Bandara di Korsel Berpotensi Bahaya
Seoul mengumumkan pada Senin (13/1/2025), struktur lokaliser di 7 dari 13 bandara yang diperiksa antara tanggal 2-8 Januari memerlukan perbaikan karena alasan keselamatan.
Inspeksi di 13 bandara mencakup 32 localizer, 51 stasiun glide path, peralatan pengukur jarak, dan 17 stasiun Very High Frequency Omni-directional Range (VOR).
VOR adalah alat navigasi radio yang digunakan sejak tahun 1950-an.
Dikutip dari Korea JoongAng Daily, Bandara Internasional Muan diinspeksi secara independen.
Sementara Bandara Gunsan yang dikelola oleh Pasukan AS Korea diperiksa melalui kerja sama.
Hasil inspeksi mengungkapkan, fasilitas localizer di tujuh bandara, termasuk Bandara Muan terbuat dari beton keras.
Hal ini dapat memperburuk kerusakan jika pesawat bertabrakan dengan fasilitas tersebut.
Selain Bandara Muan, bandara lain di Korsel yang memiliki struktur localizer berbentuk gundukan beton adalah Bandara Gwangju, Bandara Yeosu di Jeolla Selatan, dan Bandara Pohang-Gyeongju di Gyeongsang Utara
Di Bandara Internasional Gimhae, Busan dan Bandara Sacheon, Gyeongsang Selatan, struktur localizer terbuat dari beton yang menonjol sebagian di atas tanah.
Bandara Internasional Jeju telah menggunakan struktur kokoh dari rangka baja balok-H.
Ke-26 struktur localizer di tujuh bandara lainnya ditemukan terkubur di bawah tanah.
Fasilitas localizer di Bandara Internasional Incheon dan Yangyang dipasang di dalam area keselamatan ujung landasan pacu.
Fasilitas di kedua bandara ini terbuat dari bahan yang mudah pecah dan dianggap tidak menimbulkan risiko keselamatan.
Kementerian Perhubungan menyatakan bahwa fasilitas lain seperti jalur luncur dan peralatan pengukur jarak, tidak menimbulkan risiko jika terjadi tabrakan.
Kementerian juga menambahkan, inspeksi keselamatan khusus akan dilakukan di fasilitas bandara utama di seluruh negeri mulai Senin hari ini hingga 21 Januari.
Berdasarkan hasil inspeksi khusus, kementerian akan merancang langkah-langkah keselamatan yang lebih komprehensif.
Kementerian berencana untuk menetapkan langkah-langkah perbaikan untuk fasilitas localizer dalam bulan ini dan berharap dapat menyelesaikan perbaikan tersebut pada akhir tahun.
Kementerian juga melakukan inspeksi keselamatan pada 101 pesawat Boeing 737-800 (B737-800) milik enam maskapai penerbangan domestik dari 30 Desember hingga 10 Januari.
Pemeriksaan melibatkan riwayat perawatan, kepatuhan terhadap prosedur perawatan, dan catatan perawatan operasional untuk sistem utama seperti roda pendaratan dan mesin.
Meskipun peraturan umumnya dipatuhi, beberapa maskapai penerbangan ditemukan melanggar peraturan.
Beberapa maskapai terlambat lebih dari dua jam dalam melakukan inspeksi pra dan pasca penerbangan.
Dalam satu kasus, hanya satu dari empat filter yang diganti ketika pompa motor listrik untuk sistem hidrolik terlalu panas.
Ada juga kasus di mana penumpang mulai naik sebelum tanda naik diaktifkan.
Menurut peraturan, kapten pesawat harus menerima konfirmasi dari petugas perawatan mengenai selesainya pemeriksaan dan adanya kelainan sebelum mengizinkan penumpang naik.
Kementerian mempertimbangkan untuk menggabungkan pelatihan untuk situasi darurat, seperti lebih dari dua mesin yang berhenti, ke dalam manual pelatihan reguler.
Selain itu, prosedur untuk menangani serangan burung dalam pengarahan pra-penerbangan juga akan dimasukkan.
Badan Kepolisian Metropolitan Busan ikut melaporkan telah menangkap dua pria masing-masing berusia 20-an dan berusia 40-an atas tuduhan pencemaran nama baik.
Mereka dituduh memposting komentar jahat yang mengejek keluarga korban kecelakaan Jeju Air di forum daring.
Sejak tragedi 29 Desember, postingan jahat yang menargetkan keluarga korban terus bermunculan.
Polisi mengerahkan satuan tugas khusus yang terdiri dari 118 personel dari unit investigasi cyber di 16 lembaga kepolisian seluruh negara.
Badan Kepolisian Metropolitan Busan telah menyelidiki setidaknya empat kasus posting dan komentar jahat sejak awal bulan ini.
Data Kotak Hitam Jeju Air Hilang 4 Menit sebelum Kecelakaan
Sebelumnya, Kementerian Transportasi Korsel mengungkapkan data kotak hitam pesawat Jeju Air hilang sebelum kecelakaan mematikan di Bandara Muan.
Pihak berwenang menjelaskan, black box atau kotak hitam yang merekam data penerbangan dan suara kokpit pesawat Boeing 737-800 itu berhenti merekam sekitar empat menit sebelum tabrakan.
"Analisis menunjukkan bahwa data dari kotak hitam tidak terekam selama empat menit sebelum pesawat menabrak penghalang," kata Kementerian Perhubungan Korea Selatan pada Sabtu (11/1/2025), lapor Al Jazeera.
Kotak perekam suara awalnya diperiksa di Korea Selatan.
Akan tetapi ketika ditemukan, data hilang. Kotak itu dikirim ke laboratorium Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat.
Tampaknya kotak itu kehilangan data penting tentang kejadian terakhir dalam penerbangan.
Maka dari itu, pihak berwenang masih berusaha mencari tahu apa yang terjadi.
"Kami telah merencanakan penyelidikan untuk mencari tahu penyebab hilangnya data tersebut," kata kementerian.
Temuan Mengejutkan
Sementara itu, mantan penyelidik kecelakaan dari Kementerian Perhubungan, Sim Jai Dong mengatakan kepada Reuters, penemuan data yang hilang di kotak hitam sangat mengejutkan.
Dia mengatakan, situasi itu jarang terjadi sebab semua daya termasuk cadangan, telah terputus di pesawat.
Penyelidik mengatakan kotak hitam penting untuk penyelidikan.
Meski temuan ini begitu mengejutkan, mereka tidak akan menyerah untuk mencari tahu penyebab kecelakaan.
Awalnya, masalah pesawat Jeju Air yang terjadi diperkirakan karena tabrakan dengan burung, kerusakan pada roda pendaratan, dan penghalang di landasan.
Sebelum melakukan pendaratan pertama dan berbalik arah, pilot juga sempat memperingatkan adanya tabrakan dengan burung.
Alih-alih mendarat dengan kecepatan penuh, pesawat Boeing 737-800 tersebut berbelok tajam dan mendekati landasan pacu dari arah yang berlawanan.
Pesawat kemudian mendarat darurat tanpa roda pendaratan terpasang.
Bird Strikes
Minggu ini, penyelidik utama Lee Seung Yeol mengatakan bahwa "bulu burung ditemukan" di salah satu mesin pesawat.
Namun, tabrakan dengan burung atau Bird Strikes tidak langsung merusak mesin.
Pihak berwenang juga telah menggerebek beberapa kantor terkait di bandara Muan, kantor penerbangan di kota barat daya, dan kantor Jeju Air di Seoul.
Mereka juga melarang CEO Jeju Air untuk meninggalkan negara itu.
Penyelidikan masih terus berlangsung.
Menteri Perhubungan, Park Sang Woo mengundurkan diri awal minggu ini karena merasa bertanggung jawab atas tragedi ini.
179 Orang Tewas dalam Kecelakaan Jeju Air di Muan
Pesawat Jeju Air 7C2216 terbang dari Thailand menuju Bandara Internasional Muan di Korea Selatan pada Minggu (29/12/2024) lalu.
Pesawat itu mendarat dengan posisi menabrak penghalang beton lalu meledak.
Penghalang itu disebut lokaliser, yang membantu pesawat saat mendarat dan dianggap membuat kecelakaan semakin parah.
Pesawat itu mengangkut 181 penumpang.
Sebanyak 179 dari 181 penumpang dan awak pesawat tewas dalam insiden ini.
Ini adalah kecelakaan penerbangan paling mematikan yang pernah terjadi di Korea Selatan.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)
Tag: #temuan #inspeksi #pascajatuhnya #jeju #lokaliser #dari #bandara #korsel #berpotensi #bahaya