Krisis Kesehatan Mencekik, Dokter Internasional Minta 25 Ribu Pasien Segera Dievakuasi dari Gaza
Seorang pria yang terluka dibawa ke rumah sakit al-Shifa setelah serangan Israel di Kota Gaza pada 10 Oktober 2023. Israel mengatakan pihaknya merebut kembali wilayah perbatasan Gaza dari Hamas ketika jumlah korban tewas akibat perang tersebut melewati 3.000 orang pada 10 Oktober, hari keempat pertempuran yang melelahkan sejak serangan Israel. Kelompok Islam melancarkan serangan mendadak. (Photo by Mohammed ABED / AFP) 
06:10
5 Desember 2024

Krisis Kesehatan Mencekik, Dokter Internasional Minta 25 Ribu Pasien Segera Dievakuasi dari Gaza

 Para dokter di Palestina dan dunia mendesak masyarakat global membuka koridor kemanusiaan di Jalur Gaza agar 25.000 pasien bisa dievakuasi ke rumah-rumah sakit di Yerusalem Timur.

Desakan ini disampaikan para aliansi dokter saat konferensi pers di Rumah Sakit Augusta Victoria di Yerusalem Timur, Rabu (4/12/2024).

Dalam keterangan resminya para dokter mengungkap bahwa saat ini ada 25.000 pasien di Gaza yang sangat membutuhkan perawatan medis karena kondisi mereka yang kritis.

Akibat agresi militer Israel yang melumpuhkan sebagian besar fasilitas medis di wilayah kantong Palestina itu.

Israel diketahui sengaja membatasi akses warga Palestina ke rumah-rumah sakit di sana dengan menangguhkan izin khusus sejak serangan Israel dimulai pada Oktober 2023.

Tak hanya itu, militer Israel juga melakukan penutupan akses di wilayah perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir sejak Mei kemarin.

Hal ini lantas membuat rumah-rumah sakit di Gaza menghadapi kelangkaan obat-obatan dan pasokan medis selama konflik.

Evakuasi pasien yang jadi korban serangan juga sulit dilakukan karena Israel menutup akses ke luar Gaza secara ketat.

“Situasi di Gaza sangat buruk," kata Dr. Fadi Al-Atresh, Direktur Utama RS Augusta Victoria, seraya menegaskan pentingnya koridor kemanusiaan dibuka lagi, mengutip Anadolu.

Dr. Guy Shalev, direktur eksekutif Physicians for Human Rights, mengutuk penderitaan yang sedang berlangsung di Gaza.

Ia menegaskan bahwa membuka kembali koridor kemanusiaan adalah satu-satunya solusi berkelanjutan untuk keadaan darurat medis yang merenggut nyawa setiap hari.

"Tidak ada harapan lagi bagi warga sipil di Gaza selama serangan ini terus berlanjut, dan tidak ada batasan yang diberikan kepada Israel untuk menghentikan tindakannya," ujar Shalev.

Mengantisipasi bertambahnya korban jiwa di Gaza akibat krisis kesehatan, para dokter internasional mengusulkan tiga langkah penting untuk mengatasi krisis tersebut.

Pertama, membuka jalur evakuasi yang aman bagi pasien ke rumah-rumah sakit di Yerusalem Timur, Tepi Barat, atau negara-negara ketiga.

Kedua, menjamin agar keluarga dapat mendampingi pasien selama perawatan.

Terakhir, memastikan hak pasien untuk kembali ke Gaza setelah dirawat tanpa dipaksa untuk memilih antara kesehatan atau tanah air mereka.

"Rute terpendek dan paling efektif adalah mengizinkan mereka keluar dari Gaza menuju rumah-rumah sakit di Yerusalem Timur dan Tepi Barat,” tegas Dr. Fadi Al-Atresh.

Anak Gaza Jalani Amputasi Tanpa Anestesi

Terpisah, sejak krisis kesehatan melanda Gaza, United Nations Children's Emergency Fund  atau Organisasi anak internasional (UNICEF) melaporkan ada sekitar 1.000 anak Gaza yang jalani operasi tanpa menggunakan anastesi.

“Akibat serangan Israel sejak 7 Oktober para dokter harus mengamputasi anggota tubuh yang terputus dan hancur tanpa anestesi, dengan sumber daya yang terbatas dan kurangnya pasokan medis,” ujar UNICEF.

Tak sampai disitu, salah satu Dokter Ortopedi di Gaza,  Hany Bsaiso menceritakan pengalaman operasi paling menegangkan yang pernah ia lalui.

Bsaiso juga terpaksa memanfaatkan pisau masak, gunting dan jarum serta benang jahit karena keterbatasan alat medis.

“Saya membeku saat melihat keponakan terluka di kaki kanannya, tapi saya tidak punya bius. Saya  tidak punya apa-apa.” jelas Bsaiso

“Namun saya harus segera mengambil tindakan, mencuci sisa daging yang hancur dari kaki Ahed, membaringkan di meja dapurnya, dans egera mengambil tindakan operasi meski dia merintih kesakitan,” ujar Bsaiso.

Israel Bombardir Rumah Sakit di Gaza

Selain melakukan pembatasan akses, Israel belakangan ini turut membombardir sejumlah Rumah Sakit Penting di wilayah Gaza.

Terbaru, Rumah Sakit Kamal Adwan kabarnya kembali menjadi target serangan pasukan Israel (IDF).

Direktur RS Kamal Adwan, Dr. Hussam Abu Safiya mengatakan, fasilitas medisnya menjadi sasaran serangan brutal IDF untuk kelima kalinya.

Adapun bom pertama jatuh di pintu emergency RS Kamal Adwan yang hanya berjarak beberapa meter dari dua unit mobil operasional MER-C pada pukul 15.30 waktu Gaza.

46 menit berikutnya terjadi bom kedua, kemudian pukul 21.29 bom ketiga kembali dijatuhkan.

Imbas serangan pesawat tak berawak milik zionis beberapa orang dilaporkan terluka, termasuk tiga staf medis yang tengah bertugas.

Bahkan salah satu staf medis saat ini dalam kondisi kritis akibat terkena serangan brutal IDF, sebagaimana dikutip dari Middle East monitor.
 
 (Tribunnews.com / Namira Yunia)

Editor: Wahyu Gilang Putranto

Tag:  #krisis #kesehatan #mencekik #dokter #internasional #minta #ribu #pasien #segera #dievakuasi #dari #gaza

KOMENTAR