Netanyahu Anggap Enteng Ancaman Sanksi terhadap Batalion Netzah Yehuda Israel
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memimpin rapat Kabinet di Kirya, yang menampung Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv pada tanggal 31 Desember 2023. - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menganggap enteng ancaman sanksi terhadap Batalion Netzah Yehuda Israel. 
17:30
22 April 2024

Netanyahu Anggap Enteng Ancaman Sanksi terhadap Batalion Netzah Yehuda Israel

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menganggap enteng ancaman sanksi terhadap Batalion Netzah Yehuda Israel.

Netanyahu melontarkan pernyataan tersebut menyusul laporan media Amerika Serikat (AS) yang menyebutkan bahwa Washington sedang menyusun langkah tersebut.

Dengan tegas, Netanyahu mengatakan dirinya akan melawan hukuman apa pun yang dijatuhkan pada unit militer Israel atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia.

“Jika ada yang berpikir mereka dapat menjatuhkan sanksi pada satu unit (tentara Israel) – saya akan melawannya dengan seluruh kekuatan saya,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu (21/4/2024), dikutip dari New York Times.

Dikutip dari Al Jazeera, Amerika mengumumkan serangkaian sanksi baru terkait dengan pemukim Isreal di Tepi Barat yang diduduki pada Jumat (19/4/2024) kemarin.

Di satu sisi, militer Israel mengaku bahwa mereka tidak tahu adanya tindakan tersebut.

Situs berita Axios, media yang berbasis di AS, pada hari Sabtu (20/4/2024) kemarin melaporkan bahwa Gedung Putih berencana menjatuhkan sanksi terhadap Batalion Netzah Yehuda Israel, yang beroperasi di Tepi Barat yang diduduki.

Menyusul laporan Axios, media Israel juga mengidentifikasi bahwa Netzah Yehuda menjadi target sanksi Amerika.

Menteri Kabinet Perang Israel, Benny Gantz mengatakan telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan memintanya untuk mempertimbangkan kembali masalah tersebut.

Gantz mengatakan sanksi seperti itu merupakan sebuah kesalahan karena akan merugikan legitimasi Israel selama masa perang.

“Saya pikir adil untuk mengatakan bahwa Anda akan segera melihat hasilnya," kata Blinken.

"Saya telah mengambil keputusan; Anda dapat berharap untuk melihatnya di hari-hari mendatang," tegasnya.

Batalion Netzah Yehuda Israel merupakan batalion infanteri yang dibentuk sekitar seperempat abad lalu, anggotanya merupakan orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks.

Beberapa anggota Netzah Yehuda, atau Yudea Forever dikaitkan dengan pelanggaran terhadap warga Palestina.

Unit ini mendapat kecaman keras dari Amerika pada tahun 2022, setelah seorang pria lanjut usia berdarah Palestina-Amerika ditemukan tewas, tak lama setelah dia ditahan di pos pemeriksaan Tepi Barat.

(FOTO HANYA ILUSTRASI) Saat menyerang Israel pada Sabtu (14/4/2024) dan Minggu (15/4/2024) lalu, Iran menggunakan rudal penghancur Kheibar yang memiliki akurasi tingkat tinggi. (FOTO HANYA ILUSTRASI) Saat menyerang Israel pada Sabtu (14/4/2024) dan Minggu (15/4/2024) lalu, Iran menggunakan rudal penghancur Kheibar yang memiliki akurasi tingkat tinggi. (IRNA)

Dikutip dari Times of India, Batalion Netzah Yehuda adalah bagian dari IDF yang didirikan pada 1999 sebagai batalion militer khusus untuk Yahudi ultra-Ortodoks.

Seluruh tentara dan perwira Netzah Yehuda adalah laki-laki.

Netzah Yehuda memungkinkan pria Yahudi Haredi untuk bertugas sebagai tentara tempur di militer sambil menjunjung tinggi keyakinan agama mereka.

Yahudi Haredi adalah penganut Yahudi Ortodoks.

Saat ini, Netzah Yehuda memiliki lebih dari 1.000 tentara.

Batalion Netzah Yehuda menjadi tujuan para pemukim ekstremis sayap kanan yang belum diterima di batalion tempur lain mana pun di tentara Israel.

Batalion ini mengandalkan sistem perekrutan sukarela dari berbagai latar belakang seperti ultra-ortodoks, Zionis religius, keluarga Chardal, dan sukarelawan dari luar negeri.

Selain itu, hanya istri tentara dan perwira Netzah Yehuda yang diperbolehkan berada di antara pangkalan militernya untuk mempertahankan segreasi gender serta mencegah interaksi yang dianggap tidak pantas antara laki-laki dan perempuan.

Di tengah keributan dengan AS, Israel memindahkan Netzah Yehuda keluar dari Tepi Barat pada akhir tahun 2022, lalu memindahkanya lagi ke Israel utara.

Batalion tersebut dipindahkan ke perbatasan selatan dengan Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober yang sedang berlangsung.

Lebih jauh, konflik Iran-Israel sampai hari ini belum menemui titik terang.

Yang paling menyulut permusuhan yakni ketika Israel menyerang gedung Konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April kemarin.

Sebagai balasan, Iran melancarkan ratusan drone dan rudal ke Tel Aviv pada Sabtu (13/4/2024).

Ketegangan makin berlanjut setelah Israel menerbangkan tiga drone ke Kota Isfahan, Iran pada Jumat (19/4/2024) kemarin.

Sampai hari ini, belum ada tanggapan lebih lanjut dari Iran.

Meski Iran diserang Israel, Teheran meremehkan eskalasi terbaru tersebut.

Malah, Iran mengakuinya sebagai ledakan yang diakibatkan dari mengaktifkan sistem pertahanan udara.

Kerusakan yang diakibatkan oleh serangan Israel ke Iran pun tampaknya tidak ada yang serius.

Situasi di Kota Isfahan beberapa jam setelah ledakan diduga serangan Israel juga adem ayem.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Editor: Tiara Shelavie

Tag:  #netanyahu #anggap #enteng #ancaman #sanksi #terhadap #batalion #netzah #yehuda #israel

KOMENTAR