Dua Wajah AS, Tak Setuju Penyerbuan Rafah Tapi Setuju Kirim 2.300 Bom dan 25 Jet F-35 ke Israel
Barisan pesawat tempur Jet F-35. AS dilaporkan menyetujui pengiriman terbaru amunisi dan persenjataan ke Israel sebagai bagian dari persetujuan kongres AS pada 2008 silam. Namun, momen pengiriman ini berkenaan dengan rencana Israel menyerang Rafah, Gaza Selatan, sebuah rencana yang secara terbuka ditentang oleh AS sendiri. 
00:20
31 Maret 2024

Dua Wajah AS, Tak Setuju Penyerbuan Rafah Tapi Setuju Kirim 2.300 Bom dan 25 Jet F-35 ke Israel

Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan sikap hipokritnya atas pendiriannya terhadap agresi militer Israel di Gaza yang sudah berlangsung hampir enam bulan terakhir.

AS dilaporkan menentang niat Israel melakukan invasi militer darat ke Rafah namun dalam beberapa hari terakhir mengizinkan pengiriman bom dan jet tempur senilai miliaran dolar ke Israel.

Persetujuan transfer senjata bernilai fantastis ini jelas menunjukkan dua muka negara tersebut karena di sisi lain mereka secara terbuka menyatakan penentangan rencana serangan militer Israel di Rafah, The Washington Post melaporkan pada Jumat (29/3/2024).

Mengutip pejabat Pentagon dan Departemen Luar Negeri, The Washington Post mengatakan paket baru transfer senjata dari AS ke Israel tersebut mencakup 1.800 bom MK-84 seberat 2.000 pon dan 500 bom MK-82 seberat 500 pon.

Total bom yang akan dikirim AS ke Israel itu tercatat sekitar 2.300 bom.

Paket itu akan dikirim bersama dengan 25 jet tempur F-35 yang pada awalnya disetujui sebagai bagian dari paket yang lebih besar oleh Kongres AS pada 2008 silam.

Diketahui, Israel meminta skuadron ketiga yang terdiri dari 25 jet F-35 pada  Juli lalu, yang jika dikirimkan akan menjadikan jumlah total armada jet tempur mereka menjadi 75 unit.

Namun, momen persetujuan pengiriman ini berkenaan dengan rencana Israel menyerang Rafah, Gaza Selatan, sebuah rencana yang secara terbuka ditentang oleh AS sendiri.

Washington diketahui memberikan bantuan militer tahunan senilai 3,8 miliar dolar AS kepada Israel, sekutu utama dan abdainya.

"AS telah mengerahkan pertahanan udara dan amunisi ke Israel saat berperang melawan Hamas di Gaza, namun beberapa kelompok Demokrat dan Arab Amerika mengkritik dukungan teguh pemerintahan Biden terhadap Israel, dan menyerukan penggunaan bantuan militer," tulis ulasan JN.

Barisan pesawat tempur Jet F-35. AS Kirim ke Israel Barisan pesawat tempur Jet F-35. AS dilaporkan menyetujui pengiriman terbaru amunisi dan persenjataan ke Israel sebagai bagian dari persetujuan kongres AS pada 2008 silam. Namun, momen pengiriman ini berkenaan dengan rencana Israel menyerang Rafah, Gaza Selatan, sebuah rencana yang secara terbuka ditentang oleh AS sendiri.

Kesalahan Besar

Aksi transfer terbaru senjata AS ke Israel ini bertentangan dengan pernyataan Wakil Presiden Amerika Serikat, Kamala Harris yang menyebut akan adanya kemungkinan konsekuensi dari AS jika Israel mengabaikan “garis merah” pemerintahan Joe Biden dan tetap bersikeras menyerbu kota Rafah di Gaza selatan, NY Post melaporkan.

“Kami sudah jelas dalam berbagai pembicaraan dan dalam segala hal bahwa operasi militer besar apa pun di Rafah akan menjadi kesalahan besar,” kata Harris dalam sebuah wawancara di acara “This Week” di ABC, Minggu (24/3/2024).

“Saya telah mempelajari petanya."

"Tidak ada tempat bagi orang-orang itu untuk pergi,” ujar Harris, mengacu pada warga sipil Palestina yang mengungsi di Rafah.

Diperkirakan 1,4 juta warga Palestina berbondong-bondong ke Rafah selama serangan Israel.

Pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpendapat bahwa Rafah adalah salah satu benteng terakhir Hamas di wilayah kecil Palestina tersebut.

Netanyahu telah mengisyaratkan tekad untuk melakukan serangan ke Rafah sendirian tanpa izin dari pemerintahan Amerika.

Anggota keluarga Palestina mengendarai kendaraan yang membawa barang-barang mereka saat mereka melarikan diri dari Rafah di Jalur Gaza selatan melalui jalan pesisir utara menuju Jalur Gaza tengah pada 12 Februari 2024 di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Photo by MOHAMMED ABED / AFP) Anggota keluarga Palestina mengendarai kendaraan yang membawa barang-barang mereka saat mereka melarikan diri dari Rafah di Jalur Gaza selatan melalui jalan pesisir utara menuju Jalur Gaza tengah pada 12 Februari 2024 di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas. (Photo by MOHAMMED ABED / AFP)

Pejabat tinggi pemerintahan AS seperti Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan, telah berulang kali menekankan tuntutan mereka agar Israel terlebih dahulu memiliki rencana yang kuat untuk warga sipil selama operasi semacam itu.

Ketika Harris ditanya apakah Amerika akan mempertimbangkan “konsekuensi” jika Netanyahu tetap melakukan hal tersebut, ia menjawab:

“Yah, kami akan mengambil langkah demi langkah, tapi kami sudah sangat jelas dalam hal perspektif kami mengenai apakah hal itu harus terjadi atau tidak,” jawab Harris, dikutip dari ABC News.

Pewawancara menambahkan, "Apakah Anda mengesampingkan bahwa akan ada konsekuensi dari Amerika Serikat?"

"Saya tidak mengesampingkan apa pun," jawab Harris.

Awal bulan ini, Biden mengatakan dia menentang pertempuran lebih lanjut di Rafah.

Biden menyebut invasi besar-besaran oleh Israel di wilayah tersebut adalah “garis merah” bagi pemerintahannya.

Minggu ini, delegasi dari Israel diperkirakan akan bertemu dengan para pejabat tinggi di DC untuk mendengar alternatif lain selain Rafah.

Biden dan Netanyahu berbicara pada Senin lalu untuk pertama kalinya dalam sebulan di tengah ketegangan di antara keduanya, yang biasanya merupakan sekutu kuat.

Ketegangan juga meningkat di dalam Partai Demokrat secara keseluruhan.

Pada hari Jumat (22/3/2024), resolusi langka yang didukung AS yang menyerukan gencatan senjata di Israel gagal dicapai di PBB.

Dukungan AS terhadap resolusi tersebut menandai perubahan besar dari sikap Washington yang biasanya membatalkan resolusi PBB yang bertentangan dengan keinginan negara Yahudi tersebut.

Awal bulan ini, Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer (D-NY), pejabat tertinggi Yahudi terpilih di AS, menyerukan pemilu baru di Israel.

“Saya tidak akan berbicara mewakili Senator Schumer,” kata Harris pada hari Minggu ketika ditanya tentang komentar senator tersebut.

“Tetapi kami sangat jelas bahwa rakyat Israel-lah yang berhak mengambil keputusan mengenai kapan mereka akan mengadakan pemilu dan tentu saja siapa yang mereka pilih untuk memimpin pemerintahan mereka.”

Harris menolak pendapat Schumer bahwa Netanyahu adalah “penghalang” bagi perdamaian.

Suami Kamala Harris, Douglas Emhoff, adalah suami atau istri Yahudi pertama dari seorang wakil presiden.

(oln/twp/jn/*)

Tag:  #wajah #setuju #penyerbuan #rafah #tapi #setuju #kirim #2300 #israel

KOMENTAR