Bursa Judi Mulai Unggulkan Kamala Harris di Pilpres AS
– Pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) telah berlangsung kemarin waktu setempat. Namun, hasil akhirnya masih berproses .
Belum diketahui apakah Kamala Harris atau Donald Trump yang akan memimpin AS selama empat tahun ke depan.
Meski demikian, ketegangan makin terasa di sejumlah daerah. Karena itu, beberapa pemerintah negara bagian mengambil langkah antisipasi. Mulai menyiapkan panic button hingga menyiagakan pasukan SWAT (Special Weapons and Tactics).
Panic button atau tombol panik disiapkan untuk petugas pemungutan suara. Sementara itu, tim SWAT ditugaskan untuk bersiaga di atap gedung.
Menurut AFP, pengamanan untuk hari pemilihan umum (pemilu) di AS pada Selasa (5/11) ini telah ditingkatkan ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya. Keputusan itu diambil menyusul adanya kekhawatiran terjadi kerusuhan sipil, kecurangan pemilu, atau kekerasan terhadap petugas pemilu. Sebab, masa kampanye yang berlangsung sebelumnya penuh dengan gejolak.
Negara Bagian Oregon, Washington, dan Nevada telah mengaktifkan Garda Nasional. Pentagon bahkan mengatakan, setidaknya 17 negara bagian telah menempatkan 600 tentara Garda Nasional dalam keadaan siaga.
FBI juga telah mendirikan pos komando pemilu nasional di Washington untuk memantau munculnya ancaman. Mereka akan berjaga selama 24 jam sehari selama seminggu penuh saat pemilu. ’’Keamanan telah ditingkatkan di hampir 100.000 tempat pemungutan suara di AS,” tulis AFP.
Di sisi lain, Runbeck Election Services –penyedia teknologi keamanan untuk pemungutan suara– mengonfirmasi telah mendapat pesanan sekitar 1.000 tombol panik. Perangkat kecil ini bisa dikenakan sebagai lanyard, ditaruh di saku, atau dipasangkan di handphone pengguna. Dengan tombol ini, pengguna dapat segera menghubungi penegak hukum atau otoritas lain jika terjadi keadaan darurat.
Sekretaris Negara Bagian Georgia Brad Raffensperger menegaskan, pemilih di wilayahnya sulit dicurangi. Raffensperger juga memastikan, pilpres akan berjalan aman di Georgia, negara bagian yang menjadi penentu hasil pemilu. ’’Sistem kami aman dan orang-orang kami siap,” katanya kemarin.
Sebagaimana diketahui, Georgia merupakan tempat Trump menghadapi dakwaan atas campur tangannya dalam Pemilu 2020.
Ketegangan juga terjadi di bursa taruhan. Di Polymarket, salah satu pasar judi terkenal AS, misalnya. Hingga Senin petang, sudah 62,9 persen orang bertaruh untuk Trump. Setidaknya sudah USD 1,3 miliar atau sekitar Rp 20 triliun uang taruhan yang terkumpul untuk mendukung Trump.
Meski masih di atas angin, angka taruhan untuk Trump ini sejatinya menurun dibandingkan pekan lalu. Polymarket bahkan sempat mencatat 67 persen pejudi mempertaruhkan Trump menang.
Sementara itu, Harris sejauh ini baru mengumpulkan 37 persen pejudi yang mempertaruhkan dirinya sukses melenggang ke Gedung Putih. Sebanyak 818 juta atau Rp 12 triliun uang taruhan terkumpul menjagokan Harris menang pilpres.
Penurunan dukungan ini diduga terjadi setelah pernyataan yang disampaikan seorang pembicara dalam kampanye Trump di Madison Square Garden, New York. Pernyataannya dianggap menyerang komunitas Puerto Rico. Pernyataan itu memiliki dampak yang cukup besar di komunitas-komunitas di negara bagian kunci, termasuk Pennsylvania yang sangat penting dalam pemilihan ini.
Kenaikan elektabilitas Harris sesuai dengan hasil survei Des Moines Register, bagian dari USA Today Network. Hasil survei itu menunjukkan Harris unggul di Iowa pada akhir pekan lalu. Padahal, Iowa dianggap sebagai benteng Trump yang paling aman.
”Sulit bagi siapa pun mengatakan bahwa mereka memperkirakan hal ini akan terjadi. Dia (Harris, Red) jelas telah melompat ke posisi terdepan,” ujar J. Ann Selzer, presiden Selzer & Co, yang melakukan jajak pendapat untuk The Register.
Gelaran pilpres AS ini memang selalu tak lepas dari bursa taruhan. Prediksi dalam bursa taruhan kerap terbukti. Menurut Conversation, sebuah organisasi berita nirlaba, sejak 1866 hingga saat ini baru dua kali terjadi kesalahan prediksi dalam pilpres AS.
Salah satunya terjadi pada 2016, ketika Menteri Luar Negeri Hillary Clinton lebih diunggulkan dibandingkan Trump sepanjang kampanye. Namun, dia justru gagal melaju ke Gedung Putih. Kekecewaan lainnya terjadi pada 1948, ketika Harry Truman dari Partai Demokrat berhasil mengalahkan Thomas Dewey dari Partai Republik dengan perbandingan delapan banding satu. (mia/c19/oni)
Tag: #bursa #judi #mulai #unggulkan #kamala #harris #pilpres