Kiev Salahkan Barat Lamban Kirim Senjata, Ukraina 'Babak Belur' Duluan
Sebagian wilayah di Donbass, Ukraina bagian timur, lambat laun hilang dikuasai oleh musuh, sementara bantuan senjata ke Kiev belum juga diterima.
Dengan jatuhnya kota strategis Avdiivka, pasukannya Vladimir Putin terus merangsek jauh lebih dalam wilayah Ukraina.
Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov mengatakan bahwa bantuan tersebut banyak yang berupa janji-janji yang belum terpenuhi.
“Saat ini, komitmen bukan merupakan penyampaian, 50 persen komitmen tidak dilaksanakan tepat waktu,” kata Umerov pada hari Minggu (25/2/2024) di sebuah forum di Kiev dikutip dari Russia Today.
Ia pun menyebut bahwa komitmen yang tidak dilakukan oleh Barat, berakibat pada kerugian Ukraina.
"Kita akan kehilangan orang, kita akan kehilangan wilayah,” ujar Menhan Ukraina.
Emerov kembali mengungkap, bahwa militernya saat ini sedang dalam penantian yang tak pasti dari paket bantuan Amerika Serikat sebesar 60 miliar dolar AS.
Paket bantuan tersebut telah diajukan oleh senat AS, namun belum disetujui oleh DPR-nya negeri Paman Sam.
Sementara stok amunisi dan perlengkapan perang terus menipis.
Contoh kekalahan akibat kurangnya amunisi dan personel terjadi pada dikuasainya kota Avdiivka, di mana pasukan Ukraina berperang dengan tentara Ukraina yang jumlahnya tujuh kali lipat.
Presiden Ukraina Vladimir Zelensky bereaksi terhadap kekalahan tersebut dengan memperingatkan bahwa “defisit senjata buatan” memungkinkan Moskow untuk lebih unggul.
Umerov mengakui bahwa dana perang yang diberikan Barat sebesar 230 miliar dolar belum mampu mengalahkan Rusia.
Dalam pendanaannya pun tidak lebih besar, ia menyebut pemimpin Rusia Vladimir Putin menyediakan anggaran 150 miliar dolar per tahun untuk invasi ke Ukraina.
Dia menambahkan bahwa Ukraina mempertahankan diri tanpa superioritas udara melawan musuh yang lebih besar, sehingga pengiriman senjata yang tepat waktu menjadi semakin penting.
“Sekutu seharusnya mengirimkan bantuan tepat waktu selama perang ini,” kata Umerov.
“Kami punya rencana. Kami sedang berupaya untuk melaksanakan rencana tersebut. Kami melakukan segala upaya yang mungkin namun kami kesulitan tanpa pasokan yang tepat waktu.”
Berbicara di forum yang sama pada hari Minggu, Zelensky merilis perkiraan jumlah korban di Ukraina untuk pertama kalinya sejak konflik dimulai, dan mengatakan 31.000 tentara telah terbunuh.
Angka tersebut hanyalah sebagian kecil dari perkiraan Rusia dan pihak ketiga mengenai jumlah korban tewas di medan perang di Kiev.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bulan lalu bahwa Ukraina telah kehilangan sekitar 400.000 tentara, termasuk 215.000 tentara pada tahun 2023 saja.
Para pejabat AS mengatakan kepada New York Times bahwa hingga Agustus lalu, sekitar 70.000 tentara Ukraina telah terbunuh.
Sementara itu, Ukrainska Pravda memberitakan Inggris mengakui negara Barat memang belum cukup mendukung Ukraina.
Dalam sebuah wawancara yang dikutip media dari Kiev tersebut Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan Barat belum banyak membantu Ukraina dalam peperangan melawan Rusia.
"Jawaban singkat, adalah tidak, kami belum melakukan cukup banyak hal," kata Cameron saat ditanya apakah sekutu Barat sudah banyak membantu Ukraina.
Pejabat Inggris ini juga mengatakan, negara Barat sangat mengesankan dan bersatu hanya dalam retorika saja.
Ia kemudiann mengatakan, saat invasi dimulai pada tahun 2022, negara-negara Barat hampir sepenuhnya bersatu.
Menurutnya saat itu ekspansi NATO dengan Swedia dan Finlandia bergabung. Lalu Jerman, yang secara tradisional bukan pemasok senjata, namun sudah mulai menyediakan senjata kepada Ukraina.
"Ada banyak perubahan positif. Tapi apakah kita sudah melakukan cukup banyak hal bersama-sama? Tidak. Ukraina tidak punya cukup amunisi. Ukraina membutuhkan dukungan AS. Ukraina membutuhkan lebih banyak pendanaan dan persenjataan," ujarnya.
Cameron juga menambahkan,"jadi kita harus setia pada apa yang kita katakan. Kita katakan kami mendukung Ukraina, dan kami percaya pada Ukraina. Maka kami harus membuktikannya melalui senjata, uang, dukungan diplomatik, militer, dan moral."
Tag: #kiev #salahkan #barat #lamban #kirim #senjata #ukraina #babak #belur #duluan