



CEO TikTok Kembali Dituduh Sebagai Anggota Partai Komunis China Saat Hadiri Sidang Parlemen AS
Chew Shou Zi sebenarnya sudah ditanyai berulangkali soal itu saat rapat di parlemen AS Maret tahun lalu.
Chew merupakan salah satu pemimpin perusahaan media sosial terbesar yang kerap dikecam oleh para senator AS.
Ini merupakan sebuah upaya terbaru yang dilakukan oleh anggota parlemen untuk mengatasi kekhawatiran para orang tua dan pakar kesehatan mental bahwa perusahaan media sosial mengutamakan keuntungan daripada batasan yang akan memastikan platform mereka tidak membahayakan anak-anak.
Chew bersaksi bersama dengan CEO Meta Mark Zuckerberg, CEO X Linda Yaccarino, CEO Snap Evan Spiegel dan CEO Discord Jason Citron.
Adalah Senator AS Tom Cotton pada rapat kemarin yang berulang kali bertanya kepada Chew tentang hubungannya dengan Tiongkok.
"Seperti yang sering Anda katakan, Anda tinggal di Singapura. Anda warga negara dari negara mana?"
Chew lalu menjawab "Singapura".
Cotton kemudian bertanya apakah CEO TikTok pernah mengajukan permohonan kewarganegaraan Tiongkok.
"Senator, saya mengabdi pada negara saya di Singapura. Tidak, saya tidak melakukannya," katanya.
Chew selanjutnya ditanya apakah dia pernah menjadi anggota Partai Komunis Tiongkok.
Dia lalu menjawab: "Senator, saya orang Singapura."
Cotton kemudian bertanya kepada Chew apakah dia pernah dikaitkan atau berafiliasi dengan Partai Komunis Tiongkok.
Chew kembali menjawab "tidak" dan kembali menambahkan bahwa dia adalah orang Singapura.
Senator AS pada hari Rabu mengatakan Kongres harus segera mengesahkan undang-undang karena salah satu anggota parlemen menuduh perusahaan-perusahaan tersebut “berlumuran darah” karena gagal melindungi anak-anak dari meningkatnya ancaman pemangsaan seksual di platform mereka.
“Sebagai ayah dari tiga anak kecil, saya tahu bahwa isu-isu yang kita diskusikan hari ini sangat mengerikan dan menjadi mimpi buruk setiap orang tua,” kata Chew.
Dia menambahkan bahwa TikTok akan menghabiskan lebih dari US$2 miliar untuk upaya kepercayaan dan keamanan, namun menolak mengatakan berapa angka tersebut dibandingkan dengan pendapatan perusahaan secara keseluruhan.
“Tahun ini saja, kami memiliki 40.000 profesional keselamatan yang menangani topik ini,” katanya.
Chew mengungkapkan pada hari Rabu bahwa lebih dari 170 juta orang Amerika menggunakan TikTok setiap bulannya, 20 juta lebih banyak dari yang dikatakan perusahaan tersebut tahun lalu.
Perusahaan aplikasi video pendek milik Tiongkok ini menghadapi pertanyaan keras pada bulan Maret tahun lalu.
Termasuk beberapa pihak yang menyatakan bahwa aplikasi tersebut merusak kesehatan mental anak-anak dan bahwa data pengguna dapat diteruskan ke pemerintah Tiongkok.
Sosok Shou Zi Chew
Dilansir dari Business Insider, Shou Zi Chew lahi di Singapura 1 Januari 1983.
Pria berusia 40 ini memiliki darah keturunan China dari kedua orang tuanya.
Shou Zi Chew memperoleh gelar sarjana ekonomi dari University College London sebelum melanjutkan ke Harvard Business School untuk mendapatkan gelar MBA pada 2010.
Saat menjadi mahasiswa di Harvard Business School, Chew sempat magang di Facebook.
Platform media sosial itu sendiri mulai go public pada pertengahan 2012.
Perjalanan Karier
Karier Chew mulai berkembang sejak bergabung dengan perusahaan modal ventura, DST Global.
Ia ditunjuk untuk memimpin tim investor di ByteDance, perusahaan yang akhirnya mengembangkan platform media sosial TikTok pada 2013.
Chew kemudian bergabung dengan perusahaan Xiaomi pada 2015.
Saat itu ia mengisi posisi sebagai Chief Financial Office (CFO) sebelum naik jabatan menjadi Presiden Bisnis Internasional Xiaomi pada 2019.
Meski telah menjadi Presiden Bisnis Internasional Xiaomi, Chew memilih untuk keluar dari perusahaan itu dan pada 202.
Ia lantas kembali ke ByteDance dan menjabat sebagai direktur keuangan.
Pada tahun yang sama, Chew akhirnya menggantikan Kevin A. Mayer sebagai CEO TikTok sebelumnya.
Nilai transaksi bruto (gross merchandise value/GMV) dari e-commerce di Asia Tenggara mencapai 99,5 miliar dolar AS pada 2022.
Berdasarkan laporan Momentum Works, nilai transaksi tersebut naik 14,2 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar 87,1 miliar dolar AS.
Shopee menjadi e-commerce dengan GMV terbesar di Asia Tenggara sepanjang 2022.
Nilainya mencapai 47,9 miliar dolar AS atau setara 48,1 persen dari total GMV e-commerce di kawasan ini.
Lazada berada di posisi kedua lantaran memiliki GMV sebesar 20,1 miliar dolar AS di Asia Tenggara pada tahun lalu.
Kemudian, Tokopedia dan Bukalapak masing-masing mencatatkan GMV sebesar 18,4 miliar dolar AS dan 5,3 miliar dolar AS.
TikTok Shop menempati urutan selanjutnya dengan GMV sebesar 4,4 miliar dolar AS di Asia Tenggara pada 2022.
Lalu, Blibli memiliki GMV sebesar 2,2 miliar dolar AS.
Tiki yang merupakan e-commerce asal Vietnam memiliki GMV sebesar 0,5 miliar dolar AS.
Sementara, Amazon dan Sendo sama-sama mencatatkan GMV sebesar 0,4 miliar dolar AS di Asia Tenggara.
Adapun, Momentum Works memproyeksikan GMV e-commerce di Asia Tenggara akan terus naik hingga mencapai 175 miliar dolar AS pada 2028.
Sumber: Channelnewsasia
Tag: #tiktok #kembali #dituduh #sebagai #anggota #partai #komunis #china #saat #hadiri #sidang #parlemen