![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/view.png)
![Gencatan Senjata Gaza Terancam Gagal, Israel Panggil Pasukan Cadangan](https://jakarta365.net/uploads/2025/02/13/kompas/gencatan-senjata-gaza-terancam-gagal-israel-panggil-pasukan-cadangan-1249399.jpg)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/clock-d.png)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/calendar-d.png)
Gencatan Senjata Gaza Terancam Gagal, Israel Panggil Pasukan Cadangan
- Gencatan senjata di Gaza yang telah berlangsung hampir satu bulan terancam berakhir pada Sabtu (15/2/2025), jika Hamas gagal memenuhi kesepakatan untuk membebaskan lebih banyak sandera Israel.
Israel pun telah memobilisasi pasukan cadangan sebagai langkah antisipasi kemungkinan kembalinya konflik di wilayah tersebut.
Ketegangan meningkat seiring kemarahan dunia Arab terhadap rencana Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang ingin mengambil alih Gaza, merelokasi penduduk Palestina, serta membangun resor pantai bertaraf internasional di kawasan itu.
Langkah ini menuai kecaman luas dan dinilai dapat semakin memperburuk situasi di Timur Tengah.
Upaya diplomasi di tengah ancaman perang
Hamas mengonfirmasi bahwa Mesir dan Qatar, yang berperan sebagai mediator dalam kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 19 Januari lalu, tengah meningkatkan upaya diplomasi untuk menghindari eskalasi.
Pemimpin Hamas di Gaza, Khalil Al Hayya, dikabarkan telah tiba di Cairo, Mesir, untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut.
Sesuai perjanjian, Hamas diharapkan membebaskan tiga sandera lagi pada Sabtu (15/2/2025). Namun, kelompok tersebut menyatakan akan menunda pembebasan karena menganggap Israel telah melanggar ketentuan gencatan senjata.
Merespons pernyataan Hamas, Trump menegaskan bahwa semua sandera harus dibebaskan paling lambat Sabtu siang. Jika tidak, ia memperingatkan akan "membiarkan kekacauan terjadi" di Gaza.
Israel siap bertindak
Tentara Israel menunggangi tank di dekat perbatasan Jalur Gaza, Palestina, pada 31 Desember 2023 saat perang Israel-Hamas.Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menegaskan bahwa gencatan senjata hanya bisa berlanjut jika Hamas terus membebaskan sandera.
“Jika Hamas menghentikan pembebasan sandera, maka tidak ada gencatan senjata, dan itu berarti perang terjadi,” ujarnya dalam pertemuan di markas pertahanan Israel di Tel Aviv.
Katz juga mengindikasikan bahwa jika perang pecah kembali, intensitasnya akan berbeda dan berpotensi mengarah pada "terwujudnya visi Trump untuk Gaza".
Sementara itu, Hamas menolak tekanan yang datang dari Israel dan Amerika Serikat.
“Hamas tidak akan tunduk pada ancaman Amerika dan Israel,” ujar juru bicara Hamas, Hazaem Qassem.
“Kontak sedang berlangsung dengan negara-negara mediator untuk menyelesaikan implementasi perjanjian gencatan senjata.”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa (11/2/2025) menyatakan bahwa jika Hamas tidak memenuhi tenggat waktu, Israel akan melanjutkan pertempuran intensif.
Namun, ia tidak menyebutkan jumlah sandera yang harus dibebaskan agar gencatan senjata tetap berlaku.
Sebagai bentuk persiapan, Netanyahu telah memerintahkan militer untuk mengumpulkan pasukan di dalam dan sekitar Gaza.
Militer Israel juga mengumumkan pengerahan pasukan tambahan ke Israel selatan, termasuk memobilisasi pasukan cadangan.
Gedung Putih pada Rabu (12/2/2025) mengungkapkan bahwa Trump telah meminta Raja Abdullah dari Yordania untuk memastikan Hamas memahami parahnya situasi jika sandera tidak dibebaskan pada Sabtu.
Trump menyampaikan hal tersebut saat menerima Raja Abdullah di Gedung Putih pada Selasa.
Tag: #gencatan #senjata #gaza #terancam #gagal #israel #panggil #pasukan #cadangan