Sirene Bahaya Roket Meraung di Ashkelon, Hamas Bisa Serang Israel Sedalam yang Mereka Mau
Sistem pertahanan udara Israel, Iron Dome melepaskan rudal pencegat untuk mengintersep roket yang ditembakkan milisi perlawanan Palestina ke kota-kota pendudukan. 
18:10
9 September 2024

Sirene Bahaya Roket Meraung di Ashkelon, Hamas Bisa Serang Israel Sedalam yang Mereka Mau

- Radio Tentara Israel melaporkan, Minggu (8/9/2024) malam, sirene berbunyi di kota Ashkelon akibat penembakan rudal dari Jalur Gaza.

Laporan itu menambahkan tidak ada korban jiwa karena serangan tersebut.

Adapun Hebrew Channel 13 mengatakan kalau, "Satu roket terdeteksi dari Gaza menuju Ashkelon dan dicegat dari Iron Dome. Tidak ada korban luka atau kerusakan."

 
"Koresponden kami mengindikasikan bahwa "perlawanan Palestina meluncurkan salvo rudal dari Jalur Gaza, tepat sebelum sirene dibunyikan di Ashkelon dan sejumlah pemukiman Israel," kata laporan Channel 13.

Sekitar dua minggu yang lalu, seorang koresponden RT di Jalur Gaza melaporkan kalau milisi faksi-faksi perlawanan Palestina menembakkan roket ke arah kota Tel Aviv dan sirene berbunyi di Israel tengah.

Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, saat itu mengumumkan kalau mereka telah mengebom Tel Aviv “sebagai tanggapan terhadap Zionis pembantaian terhadap warga sipil dan pemindahan (pengusiran) penduduk kami secara sengaja.”

Dengan dukungan Amerika, Israel telah melancarkan perang dahsyat di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, yang telah menyebabkan lebih dari 135.000 warga Palestina tewas dan terluka, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan wanita, dan lebih dari 10.000 orang hilang, di tengah kehancuran besar-besaran dan kematian. kelaparan.

Israel juga terus melanjutkan perang, mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk segera menghentikannya, dan perintah Mahkamah Internasional untuk mengambil tindakan guna mencegah tindakan genosida dan memperbaiki situasi bencana kemanusiaan di Gaza.

Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas di Gaza, melancarkan serangan rudal ke Kota Tel Aviv dan memicu sirene alarm ke warga Israel meraung-raung di Tel Aviv, Minggu, 26 Mei 2024. Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas di Gaza, melancarkan serangan rudal ke Kota Tel Aviv dan memicu sirene alarm ke warga Israel meraung-raung di Tel Aviv, Minggu, 26 Mei 2024. (Mina News)

Gunakan M90

Dua pekan lalu, tepatnya Minggu (25/8/2024), sayap militer gerakan Hamas, Brigade Al-Qassam,  mengumumkan kalau mereka melakukan pengeboman kota Tel Aviv, Israel Tengah, dengan rudal Maqadmeh (M90).

Serangan Brigade Al-Qassam ke Tel Aviv itu dikonfirmasi radio tentara pendudukan Israel yang melaporkan kalau pihak-pihak keamanan Israel “mengaktifkan sirene di kota Rishon Lezion (sebuah kota di pesisir Israel, sekitar 30 km dari Tel Aviv dan di utara Rehobot).

"Al Qassam, faksi militer Gerakan Perlawanan Hamas, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemboman itu terjadi “sebagai tanggapan atas pembantaian Zionis terhadap warga sipil dan pemindahan yang disengaja terhadap rakyat kami”," tulis laporan Khaberni, Senin (26/8/2024).

Pakar: Hamas Kirim Pesan ke Israel, Bisa Menyerang Sedalam yang Mereka Mau

Atas serangan Brigade Al Qassam ke Tel Aviv ini, pakar militer dan ahli strategi dari Yordania, Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi, mengatakan kalau pemboman yang dilakukan kelompok perlawanan terhadap Tel Aviv adalah sebuah pesan untuk menegaskan kemampuannya dalam menyerang sedalam yang mereka inginkan di wilayah Israel.

Hal ini dilakukan saat Israel menyatakan agresi militer di Gaza mendekati tahap akhir dan mulai menarik pasukan secara bertahap seusai melakukan agresi selama sekira 10 bulan sejak 7 Oktober 2023 silam. 

"Pesan lainnya adalah kalau faksi militer Hamas tersebut masih mempunyai sarana dan kemampuannya untuk melakukannya (menyerang Israel)," kata Al-Duwairi.

Dia menjelaskan, serangan Brigade Al Qassam dilakukan dengan menggunakan rudal “Maqadma M90”. Serangan itu, katanya, dilakukan dari wilayah Khan Yunis, Gaza Selatan. 

 Dalam penjelasannya tentang penggunaan satu jenis rudal oleh faksi militer Hamas dalam serangan ke Tel Aviv ini, Al-Duwairi menjelaskan, Al Qassam memiliki perhitungan cermat dalam penggunaan amunisi yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang spesifik.

"Brigade Al Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Hamas, mempunyai pendekatannya sendiri yang mengontrol penggunaan cara-cara tersebut (serangan untuk tujuan), seperti perundingan gencatan senjata dan lain-lain," kata Al Duwairi - pada bagian analisis militer di Khaberni.

Karena itu, analis militer itu menegaskan kalau keputusan untuk mengebom Israel tengah dengan rudal ini adalah bernuansa keputusan politik kepemimpinan Hamas di dalam negeri sebelum keputusan militer karena dampak politiknya bisa signifikan.

Petempur Hamas dari Brigade Al Qassam memuat rudal-rudal ke alat peluncur Petempur Hamas dari Brigade Al Qassam memuat rudal-rudal ke alat peluncur ganda atau multiple rocket launcher system (MRLS).

Seputar Rudal M90

Pakar militer itu menjelaskan, rudal M90 yang digunakan Al Qassam membawa hulu ledak eksplosif dengan berat kurang dari 250 kilogram bahan peledak dan memiliki jangkauan minimal 90 kilometer.

Jenis rudal ini bisa mencapai jarak jangkau hingga 250 kilometer jika di-upgarde.

Al Duwairi menjelaskan kalau nama rudal “M90” berarti ” Ibrahim Maqadmeh, 90 kilometer,” dan rudal itu adalah generasi pertama dari 3 generasi rudal.

"Dia (rudal ini) menyandang nama Ibrahim Maqadmeh," kata Al Duwairi.

Ibrahim Maqadmeh adalah seorang Palestina dan pemimpin senior Hamas di Jalur Gaza yang dibunuh oleh pasukan Israel. Makadmeh, salah satu pendiri Hamas dan pemimpin sayap militer kelompok tersebut, dituduh merencanakan beberapa serangan yang menewaskan 28 warga Israel.

Dalam sejumlah serangan Al Qassam sebelumnya, Al-Duwairi menyatakan kalau Brigade Al-Qassam menggunakan taktik yang sama.

"Mereka meluncurkan salvo rudal pada waktu yang berbeda untuk mengkonfirmasi pesan mereka bahwa mereka mampu dan memiliki sarana yang dapat digunakan untuk menyerang wilayah Israel," katanya.

Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, bersiap menembakkan rudal ke pasukan Israel. Hamas menyatakan akan tetap bertahan di Rafah saat Israel mengumumkan rencana operasi skala besar di wilayah yang kini menampung 1,5 juta pengungsi tersebut. Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, bersiap menembakkan rudal ke pasukan Israel. Hamas menyatakan akan tetap bertahan di Rafah saat Israel mengumumkan rencana operasi skala besar di wilayah yang kini menampung 1,5 juta pengungsi tersebut. (khaberni/HO)

Lokasi Peluncuran

Al-Duwairi tidak dapat memastikan apakah rudal tersebut diluncurkan dari terowongan atau dari atas tanah.

Dia menganalisis, jika rudal diluncurkan dari dalam terowongan, maka rudal tersebut akan berasal dari pangkalan tetap dan akan akurat menuju sasaran.

"Namun jika diluncurkan dari jarak jauh di atas tanah, mereka (rudal-rudal M90) akan berasal dari “pangkalan simultan” yang tidak tetap dan tingkat keakuratannya akan berkurang," katanya.

Mengenai kemampuan Qassam meluncurkan rudal dari Khan Yunis, di mana operasi militer intensif dilakukan oleh tentara pendudukan Israel, Al-Duwairi mengatakan kalau ini bukan pertama kalinya Qassam diluncurkan dari daerah yang terdapat tentara pendudukan.

" (Peluncuran) Rudal sebelumnya telah diluncurkan dari jarak satu setengah kilometer atau kurang, Tentara pendudukan sendiri tidak mengakui hal ini," katanya.

Penembak runduk Brigade Al Qassam menembakkan senapan sniper Ghoul hasil produksi lokal Milisi Perlawanan Palestina di Jalur Gaza. Penembak runduk Brigade Al Qassam menembakkan senapan sniper Ghoul hasil produksi lokal Milisi Perlawanan Palestina di Jalur Gaza. (Brigade Al-Qassam/Media militer)

Khan Yunis Jadi Lokasi Mematikan Bagi IDF

Dalam banyak kasus penyergapan, Khan Yunis terbukti sebagai benteng terkuat Al Qassam, satu di antaranya karena keampuhan efektivitas milisi tersebut dalam mengelola pertempuran.

"Keefektifan milisi perlawanan Palestina bertempur di sana, menunjukkan bahwa operasi penembak jitu mempunyai dampak moral dan psikologis yang besar terhadap pendudukan," tambah Al-Duwairi.

Ia menjelaskan, senjata yang digunakan dalam operasi sniping adalah senapan “Ghoul”, yang dikembangkan dari senapan sniper Tiongkok, dan memiliki jangkauan dua ribu meter.

Adapun jangkauan ideal untuk sniping dari senjata ini adalah hingga 1800 meter, dan 14,5 meter.

"Peluru kaliber yang digunakan membuat pukulannya sangat mematikan dan dapat menembus target dan mengenai target lain setelahnya," kata dia.

Untuk menjelaskan proses penembakan dari sudut pandang teknis, Al-Duwairi mengatakan kalau penembak jitu menargetkan satu tentara meskipun ada tentara lain di sekitarnya.

"Karena senapan perlu diubah posisinya agar dapat menembak lagi," kata dia menjelaskan kalau penembakan cuma bisa dilakukan secara 'manual' satu demi satu.

Dia menjelaskan bahwa setiap operasi perlawanan terhadap pendudukan dikendalikan oleh keadaan tertentu, seperti sifat target dan keadaan di sekitarnya.

"Ini yang membuat milisi perlawanan menggunakan taktik tertentu dan senjata yang tepat untuk menargetkan tentara pendudukan melalui tembakan, peluru, dan tembakan misil, atau ambushment (penyergapan lewat jebakan).

Pakar militer  itu juga menunjukkan kalau penyergapan dianggap sebagai jenis taktik militer yang paling sulit dilakukan oleh milisi perlawanan.

"Karena memerlukan pengaturan lebih dari satu tahap, seperti pengintaian, membaca dan memeriksa informasi, memvisualisasikan bentuk operasi yang dilakukan. pendudukan diperkirakan akan dilaksanakan, dan menyiapkan penyergapan yang sesuai," kata Al Duwairi.

Taktik Perlawanan yang Menguras Tentara Israel

Taktik menggunakan terowongan sebagai jebakan rupanya tidak hanya digunakan Brigade Al-Qassam - sayap militer Gerakan Perlawanan Hamas di Jalur Gaza.

Tentara Israel (IDF), rupanya meniru taktik serupa untuk memancing milisi perlawanan Palestina.

Hanya, terowongan jebakan buatan IDF itu rupanya terbaca oleh Al-Qassam.

Dilansir Khaberni, Brigade Al Qassam, Rabu (14/8/2024) menyatakan, mereka mampu mendeteksi adanya tiga terowongan palsu buatan IDF.

"Brigade Al Qassam mampu meledakkan 3 terowongan yang sebelumnya dijadikan jebakan oleh pasukan pendudukan di lingkungan Tal Al-Sultan di Rafah," tulis pernyataan Al Qassam, dilansir Khaberni.

Pernyataan ini mengindikasikan IDF mengunakan sejumlah cara tak umum dalam menghadapi taktik milisi perlawanan Palestina.

Lazimnya, terowongan ini digunakan Al Qassam, selaku pihak yang bertahan, untuk melancarkan serangan balik terhadap IDF yang berstatus sebagai penyerang.

Sergapan-sergapan ini rupanya membuat IDF kewalahan dan frustasi hingga menggunakan metode membuat terowongan palsu dengan harapan petempur Al Qassam terpancing masuk.

Hanya, cara ini terbaca lantaran para petempur Al Qassam mengetahui secara pasti titik lokasi jaringan terowongan yang mereka buat.

Satu di antara infrastruktur terowongan yang diklaim Israel digunakan oleh milisi perlawanan Palestina di Gaza. Satu di antara infrastruktur terowongan yang diklaim Israel digunakan oleh milisi perlawanan Palestina di Gaza. (khaberni/HO)

Terowongan yang Tak Ada Habisnya

Seperti diketahui, terowongan di Jalur Gaza menjadi perhatian khusus bagi pasukan Israel yang menilai infrastruktur milik milisi perlawanan Palestina merupakan jaringan canggih bak labirin.

Faktor terowongan ini pula yang disebut-sebut membuat Tentara Israel -dengan segala keunggulan peralatan tempur- belum mampu memberantas Hamas, target perang yang mereka tetapkan, meski perang sudah berlangsung selama 10 bulan.

Terkait terowongan milisi perlawanan Palestina, Komandan pasukan elite Brigade Nahal Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan keputusasaan mereka menghadapi situasi pertempuran di Rafah, Gaza Selatan.

“Rafah penuh dengan terowongan, yang sepertinya tidak ada habisnya,” lapor media Israel pada Rabu (19/6/2024) lalu.

Komandan tersebut, Kolonel Yair Zuckerman, menyatakan kalau terowongan ini terdapat di banyak rumah di Rafah.

“Hampir tidak ada rumah tanpa terowongan, yang merupakan tantangan terbesar bagi tentara,” jelas Kolonel Yair Zuckerman.

“Terowongan tersebut menghubungkan rumah-rumah di kota, membentuk satu labirin yang luas.”

Dia menunjukkan bahwa tentaranya telah menemukan tujuh belas terowongan di Rafah dalam beberapa hari terakhir saja.

Merujuk pada insiden pekan lalu di mana empat tentara tewas ketika sebuah bom meledak di sebuah rumah yang diyakini bebas dari bahan peledak, Zuckerman mengatakan:

“Rumah-rumah tersebut dipasangi jebakan dengan bahan peledak berkabel yang dapat diledakkan dari jarak jauh. Ini adalah jenis medan perang yang berbeda, di mana tentara bertempur di atas dan di bawah tanah.”

Pertempuran itu, akunya, “berat dan lambat.”

Pejuang Hamas telah memasang banyak kamera di Rafah untuk mengatur pertempuran dari atas dan bawah tanah, tambah perwira senior tersebut.

Bermil-mil Terowongan Masih Utuh

Israel 'masih jauh dari sukses' dalam mencapai tujuannya untuk melenyapkan Hamas dari Jalur Gaza, CBS News melaporkan pada Rabu (19/6/2024), mengutip seorang pejabat AS.

“Israel belum mencapai tujuan mereka untuk menghancurkan Hamas,” kata pejabat itu.

Hal itu, terutama karena ratusan pejuang milisi pembebasan Palestina terus berperang dan bermil-mil terowongan masih utuh dan belum dijelajahi oleh pasukan Israel (IDF).

Sementara itu, pemimpin Hamas di Gaza, Yahya al-Sinwar, masih buron.

Pejabat Amerika tersebut menilai bahwa kurangnya rencana Israel pasca perang di Gaza menjadikan strategi saat ini sebagai “resep untuk perang yang berkelanjutan.”

Tangkap layar video yang menunjukkan tentara Israel (IDF) tengah mengevakuasi rekan mereka yang terluka di pertempuran di Rafah. Tangkap layar video yang menunjukkan tentara Israel (IDF) tengah mengevakuasi rekan mereka yang terluka di pertempuran di Rafah. (khaberni/HO)

IDF Dipaksa Netanyahu Buat Terus Perang

Pernyataan pejabat AS tersebut senada dengan pernyataan juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, yang mengakui bahwa tujuan “membasmi Hamas” tidak mungkin tercapai.

“Urusan menghancurkan Hamas, memberangus Hamas – ini hanya seperti membuang pasir ke mata publik,” kata Hagari kepada Channel 13 Israel.

Dia menekankan kalau "Hamas adalah sebuah ide, Hamas adalah sebuah partai. Ini berakar di hati masyarakat – siapa pun yang berpikir kita dapat melenyapkan Hamas adalah salah."

Juru bicara tersebut memperingatkan bahwa jika pemerintah Israel “tidak menemukan alternatif – [Hamas] akan tetap” berada di Gaza.

Namun, Perdana Menteri pendudukan Israel Benjamin Netanyahu bersikeras pada “penghancuran kemampuan militer dan pemerintahan Hamas” sebagai bagian dari kondisi Israel untuk mengakhiri perang di Gaza.

Pernyataan ini menimbulkan adanya perpecahan di tubuh pemerintahan Israel antara sektor politik sebagai pengambil keputusan dengan sektor militer sebagai pihak yang menjalankan agresi militer di Gaza.

Ketidaksinkronan ini dituding IDF sebagai satu di antara hal sulitnya memberantas Hamas. Tidak adanya rencana yang jelas, membuat IDF secara berulang harus kembali berperang di wilayah yang sama di Gaza karena milisi perlawanan mampu memulihkan kekuatan setelah dibombardir IDF.

Pasukan dan tank Israel (IDF) dimobilisasi untuk menginvasi Rafah, Gaza Selatan. Kabinet Perang Israel, Jumat (10/5/2024) memutuskan untuk memperluas operasi serangan ke Rafah dari yang tadinya mengklaim cuma operasi terbatas. Pasukan dan tank Israel (IDF) dimobilisasi untuk menginvasi Rafah, Gaza Selatan. Kabinet Perang Israel, Jumat (10/5/2024) memutuskan untuk memperluas operasi serangan ke Rafah dari yang tadinya mengklaim cuma operasi terbatas. (tangkap layar/shfq)

Hal ini terlihat jelas, ketika sumber-sumber militer mengatakan kepada Channel 12 Israel pada pertengahan Juni bahwa Hamas terus terlibat dalam perang di Jalur Gaza, dan masih mampu menimbulkan kerugian besar pada tentara Israel.

Sumber tersebut menyebutkan bahwa tentara Israel sedang berjuang untuk melenyapkan Brigade al-Qassam Hamas di Rafah, Jalur Gaza selatan, dan mungkin mengakhiri operasi militer tanpa mencapai tujuannya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Ohad Hemo, komentator urusan Palestina untuk Channel 12 Israel, yang mengatakan bahwa Hamas telah berhasil membangun kembali kehadirannya di Jalur Gaza, dan menekankan bahwa ekspektasi Israel mengenai invasi Rafah dan operasi darat di sana menyesatkan publik.

Pasukan Israel (IDF) melakukan operasi militer di Jabalia, Gaza Utara, 14 Mei 2024. Operasi IDF di Jabalia mendapat perlawanan sengit Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas. Pasukan Israel (IDF) melakukan operasi militer di Jabalia, Gaza Utara, 14 Mei 2024. Operasi IDF di Jabalia mendapat perlawanan sengit Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas. (Emanuel Fabian/Times of Israel)

Putus Asa

Terkait invasi militer IDF di Rafah, Komandan pasukan elite Brigade Nahal Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan keputusasaan mereka menghadapi situasi pertempuran di Rafah, Gaza Selatan.

“Rafah penuh dengan terowongan, yang sepertinya tidak ada habisnya,” lapor media Israel pada Rabu (19/6/2024).

Komandan tersebut, Kolonel Yair Zuckerman, menyatakan kalau terowongan ini terdapat di banyak rumah di Rafah.

“Hampir tidak ada rumah tanpa terowongan, yang merupakan tantangan terbesar bagi tentara,” jelas Kolonel Yair Zuckerman.

“Terowongan tersebut menghubungkan rumah-rumah di kota, membentuk satu labirin yang luas.”

Dia menunjukkan bahwa tentaranya telah menemukan tujuh belas terowongan di Rafah dalam beberapa hari terakhir saja.

Merujuk pada insiden pekan lalu di mana empat tentara tewas ketika sebuah bom meledak di sebuah rumah yang diyakini bebas dari bahan peledak, Zuckerman mengatakan:

“Rumah-rumah tersebut dipasangi jebakan dengan bahan peledak berkabel yang dapat diledakkan dari jarak jauh. Ini adalah jenis medan perang yang berbeda, di mana tentara bertempur di atas dan di bawah tanah.”

Pertempuran itu, akunya, “berat dan lambat.”

Pejuang Hamas telah memasang banyak kamera di Rafah untuk mengatur pertempuran dari atas dan bawah tanah, tambah perwira senior tersebut.

Tentara Brigade Nahal Israel Tentara Brigade Nahal Israel mengambil bagian dalam latihan militer di Lembah Hula di Israel utara pada 10 Juli 2023.

IDF Frustrasi pada Netanyahu

Terpisah, Juru Bicara IDF, Daniel Hagari, mengatakan tentara Israel selalu merasa frustrasi terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bahkan sejak sebelum perang dimulai.

Tetapi, menurut Hagari, sejak 7 Oktober 2023, perselisihan antara militer dan pemerintahan Netanyahu telah mencapai puncaknya.

"Siapapun yang mengira Hamas bisa dihancurkan adalah kesalahan," ujarnya dalam wawancara Channel 13 Israel, Rabu, dikutip dari Palestine Chronicle.

"Mengatakan Hamas bisa dihancurkan dan dihilangkan sama saja dengan melempar debu ke mata publik," imbuhnya.

Pernyataan terbaru ini sangat berbeda dari setiap pengumuman yang dibuat Hagari sendiri soal tujuan serangan Israel di Gaza.

Dalam pernyataan pers hariannya, Hagari menggambarkan kehancuran sistematis kemampuan militer Hamas di seluruh wilayah kantong itu.

Baru-baru ini, pernyataan Hagari juga bertentangan dengan pernyataan Netanyahu, di mana sang perdana menteri sekali lagi menekankan "kemenangan total" di Gaza.

Kontradiksi itu dapat secara mudah dikaitkan dengan meningkatnya konflik antara Israel dan Netanyahu, serta menteri sayap kanan.

Meski demikian, ketegangan antara dua kubu itu beberapa kali dapat diatasi, karena fakta mengenai perang Israel di Gaza dan Lebanon sebagian besar dikelola oleh Dewan Perang.

Seperti diketahui, Dewan Perang melibatkan para pemimpin oposisi dan individu berkredibilitas tinggi dalam institusi militer.

Antisipasi pengunduran diri pemimpin oposisi Israel, Benny Gantz, yang merupakan Kepala Staf tentara Israel pada tahun 2014, Gadi Eisenkot, dan lainnya, serta pembubaran Dewan Perang mengubah dinamika politik yang memerintah Israel selama sembilan bulan terakhir.

IDF kini merasa berani dan secara terbuka menyuarakan rasa frustrasinya karena tidak adanya rencana politik pasca-perang.

Perlu juga dinyatakan, meskipun tentara Israel mempunyai peran penting dalam pendirian negara Israel, konflik seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.

Secara historis, para jenderal Israel dimasukkan ke dalam lembaga politik setelah mereka pensiun, atau mereka cenderung bekerja sebagai konsultan di perusahaan manufaktur militer besar Israel.

Namun, formasi politik baru Netanyahu sengaja mengesampingkan kekuatan militer.

Pimpinan militer Israel pasti menyadari skenario pasca-perang di Israel harus mencakup kembalinya peran politiknya sebagai bagian dari institusi politik.

Untuk melakukan hal ini, tokoh sayap kanan seperti menteri Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich, keduanya tidak memiliki pengalaman militer, tidak dapat menjadi bagian dari formasi politik skenario "hari setelahnya".

Hal ini seharusnya menjelaskan konteks persaingan yang sedang berlangsung di Israel, yang konsekuensinya tentu saja sangat luas.

Perbandingan Kekuatan, IDF Juga Mesti Hadapi Hizbullah Lebanon

Di tengah situasi dilematis yang dihadapi IDF dalam misi memberangus Hamas, baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, memperingatkan adanya keputusan "perang habis-habisan" antara Israel dengan Hizbullah di Lebanon.

Meski demikian, Israel diperkirakan tidak mampu melawan Hizbullah, menurut analisa mantan Brigadir Jenderal di Angkatan Pertahanan Israel, Assaf Orion.

Orion yang pernah menjadi kepala strategi di kurun waktu 2010-2015, memperkirakan Hizbullah memiliki persediaan senjata "puluhan kali lipat lebih banyak dibandingkan Hamas", dilansir The Guardian.

Hal serupa juga disampaikan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, Rabu (19/6/2024), yang mengatakan Israel harus bersiap menghadapi setiap tindakan Hizbullah.

Ia mengatakan, pasukan Israel harus mempersiapkan langkah antisipasi di front utara karena Hizbullah "sepuluh kali lebih kuat dari Hamas", menurut laporan Anadolu Ajansi.

Sementara itu, menurut POLITICO, Hizbullah saat ini bukanlah Hizbullah seperti tahun 2006.

Persediaan persenjataannya jauh lebih baik, dengan perkiraan persediaan roket sebanyak 40 ribu hingga 129 ribu, lebih banyak dari kebanyakan negara, termasuk Israel.

Dengan kekuatan itu, POLITICO berpendapat Hizbullah bisa menyerang tepat di jantung Israel.

Lalu, seperti apa perbandingan kekuatan Hizbullah, Hamas, dan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), dikutip dari DW?

Hizbullah

Pasukan elite Radwan Hizbullah dilaporkan menyiapkan pembalasan atas terbunuhnya seorang komandan senior unit mereka, Jawad Al-Taweel. Satu di antara kekhawatiran adalah Pasukan Radwan menjalankan misi masuk menyerbu ke Israel yang akan menghasilkan perang front kedua di Israel. IDF diketahui tengah menggempur Gaza untuk menumpas Hamas. Pasukan elite Radwan Hizbullah dilaporkan menyiapkan pembalasan atas terbunuhnya seorang komandan senior unit mereka, Jawad Al-Taweel. Satu di antara kekhawatiran adalah Pasukan Radwan menjalankan misi masuk menyerbu ke Israel yang akan menghasilkan perang front kedua di Israel. IDF diketahui tengah menggempur Gaza untuk menumpas Hamas. (i24)

Hizbullah didirikan selama Invasi Israel ke Lebanon pada 1982 silam.

Kelompok ini memiliki sayap militer yang kuat dan dikenal sebagai salah satu pasukan non-negara dengan persenjataan paling berat di dunia.

Pada 2021, pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, mengklaim kelompoknya memiliki 100 ribu pejuang.

Tetapi, para ahli menyebutnya berlebihan, dengan memperkirakan Hizbullah sebenarnya hanya memiliki 15 ribu-20 ribu pejuang terlatih.

Iran, pendukung utama Hizbullah, dilaporkan telah memasok roket dengan jangkauan lebih jauh dan lebih tepat, untuk kelompok itu.

'Pemberian' roket itu disebut-sebut bertujuan untuk mengakibatkan kerusakan signifikan pada infrastruktur Israel dan mengambat akses maritim ke pantai Mediterania Israel.

Hizbullah juga diketahui memiliki jumlah senjata yang bisa menghalangi pasukan berjumlah besar dan lebih maju.

Misalnya, Hizbullah bisa mengerahkan kawanan drone secara bersamaan terhadap satu sasaran untuk melumpuhkan sistem pertahanan udara Israel.

Selain itu, Hizbullah memiliki sistem pertahanan seperti SA-22 Rusia, yang bisa menargetkan pesawat terbang, helikopter, rudal balisitik dan jelajah, serta drone.

Aset-aset itu menjadi tantangan besar bagi militer Israel, yang sangat bergantung pada Angkatan Udaranya.

Hamas

Para petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan Hamas. Hanya sepertiga dari pasukan Hamas yang bisa ditewaskan Israel dalam Perang Gaza yang sudah berlangsung selama delapan bulan dengan kerugian ekonomi dan personel yang signifikan di pihak Tel Aviv. Para petempur Brigade Al Qassam, sayap militer gerakan Hamas. Hanya sepertiga dari pasukan Hamas yang bisa ditewaskan Israel dalam Perang Gaza yang sudah berlangsung selama delapan bulan dengan kerugian ekonomi dan personel yang signifikan di pihak Tel Aviv. (Photo credit: Abed Rahim Khatib/Flash90)

Hamas didirikan pada awal intifada pertama pada 1987, saat ribuan warga Palestina memprotes pendudukan Israel di Tepi Barat dan Gaza.

Selama bertahun-tahun, Hamas telah mengembangkan infrastruktur militer dan meningkatkan kekuatannya, serta meningkatkan kemampuannya dalam hal jangkauan dan pesenjataan.

Kelompok ini juga telah menggali sistem terowongan canggih di bawah Jalur Gaza, serta sebagian wilayah Israel dan Mesir.

Terowongan buatan Hamas itu dirancang untuk menyembunyikan dan menutupi para pejuangnya, sehingga menyulitkan IDF untuk melacak dan menemukan mereka.

Hamas bisa melakukan serangan mendadak terhadap pasukan Israel jika terjadi serangan darat.

Pada 2021, Hamas mampu menembakkan lebih dari 4.000 roket ke arah Israel selama perang 11 hari.

Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, tak pernah merinci berapa jumlah pasti pejuangnya.

Tetapi, berbagai sumber mengklaim Al-Qassam memiliki 7 ribu-50 ribu pasukan.

Sumber anonim mengatakan kepada Reuters, Al-Qassam punya akademi militer yang menawarkan pelatihan khusus, termasuk keamanan siber.

Al-Qassam diketahui memiliki persediaan senjata ringan yang besar, termasuk roket rakitan, mortir, dan bahan peledak lainnya.

Selain itu, Al-Qassam juga mempunyai rudal anti-tank dan rudal anti-pesawat yang diluncurkan dari MANPADS.

Hal itu membuat Al-Qassam sebagai salah satu pasukan gerilya dengan perlengkapan terbaik di dunia.

IDF

Pasukan keamanan Israel berpatroli saat Muslim Palestina bersiap untuk melaksanakan salat Jumat di sepanjang jalan di lingkungan Ras al-Amud di Yerusalem timur, pada 8 Desember 2023 Pasukan keamanan Israel berpatroli saat Muslim Palestina bersiap untuk melaksanakan salat Jumat di sepanjang jalan di lingkungan Ras al-Amud di Yerusalem timur, pada 8 Desember 2023 (AHMAD GHARABLI / AFP)

IDF termasuk dalam jajaran militer paling kuat di dunia, menurut Global Firepower Index.

Persenjataan militer Israel mencakup kapal rudal canggih, tank, helikopter serang, dan armada drone besar.

Tetapi, kekuatan IDF terletak pada Angkatan Udaranya, yang sebagian besar terdiri dari pesawat-pesawat mutakhir buatan Amerika Serikat (AS).

Selain itu, IDF memiliki persediaan "amunisi berkeliaran" otonom, yang dikenal sebagai drone bunuh diri, termasuk model Harop dan Harpy, yang dapat melacak dan menghilangkan target bergerak.

Menurut Global Firepower Index, IDF memiliki 169.500 tentara aktif.

Pada 2022, Israel mengalokasikan 23,4 miliar dolar AS untuk pertahanan, menurut laporan Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.

AS juga memberikan dukungan besar, memberikan sekitar 3 miliar dolar AS bantuan luar negeri kepada Israel setiap tahunnya sejak tahun 2017, dengan sebagian besar bantuan ini diberikan kepada militer.

(oln/khbrn/almydn/memo/*)

Tag:  #sirene #bahaya #roket #meraung #ashkelon #hamas #bisa #serang #israel #sedalam #yang #mereka

KOMENTAR