



Belajar dari Harry Pantja, Ini Alasan Kurang Tidur Bisa Picu Stroke
Aktor dan presenter Harry Pantja mengungkapkan bahwa kebiasaan kurang tidur di masa lalu menjadi pemicu stroke yang dideritanya hingga kini.
Seperti yang sudah diberitakan Kompas.com sebelumnya, Harry Pantja sudah mengalami serangan stroke sejak 2016.
Saat pertama kali mengalami serangan stroke, ia mengatakan dampaknya masih ringan yang mana efeknya masih hanya pada jari tangan saja.
Pada akhir 2017, ia mengalami serangan stroke berulang, di mana penyakit ini sudah memengaruhi hampir seluruh bagian tangan kanannya.
Tidak berhenti di situ, pada 2020, ia mengalami serangan stroke lagi yang membuatnya harus rutin fisioterapi dan menggunakan kursi roda.
Pria yang terkenal membawakan acara Dunia Lain itu kemudian mengungkapkan bahwa pemicu penyakit yang dideritanya saat ini adalah dari pola hidup tidak sehat, terutama kurang tidur, di masa lalu saat dia masih aktif syuting.
“Dulu kan terbalik hidupnya, dari malam ke siang, siang ke malam,” ujar Harry soal kegiatan syuting.
“Tidur kurang, enggak istirahat. Makan sih aman, sama ini pikiran,” ungkapnya.
Dari cerita Harry Pantja tersebut, Kompas.com akan mengulas hubungan kurang tidur dan stroke.
Beberapa literasi memang menunjukkan kurang tidur bisa menjadi pemicu stroke.
Penelitian hubungan kurang tidur dan risiko stroke
Sebuah penelitian dilakukan Christine Eileen Mc Carthy, MSc, dkk., yang dipublikasikan di Neurology Journals (2023) telah menunjukkan hubungan tidur dan stroke.
Mengutip Medical News Today, para peneliti menganalisis data perawatan kesehatan dari 1.799 peserta yangrata-rata berusia 62 dan pernah mengalami stroke iskemik (jenis stroke yang disebabkan oleh gumpalan darah menyumbat arteri menuju otak).
Para peneliti juga menganalisis data 439 orang yang mengalami pendarahan intraserebral (intracerebral hemorrhage).
Kemudian, para peneliti bertanya tentang perilaku tidur mereka, termasuk durasi dan kualitas tidur, pada sebulan sebelum mengalami stroke.
Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa kurang tidur 5 jam per malam memberikan risiko tiga kali lebih besar terkena serangan stroke dibandingkan mereka yang tidur selama 7 jam per malam.
Semenetara itu, risiko stroke meningkatkan dua kali lipat bagi mereka yang tidur lebih dari 9 jam setiap malam dibandingkan dengan mereka yang tidur selama 7 jam.
Lebih lanjut, hubungan antara kurang tidur dan stroke akan dijelaskan oleh Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia Dr. Santi.
Alasan kurang tidur menjadi pemicu stroke
Santi menjelaskan bahwa kada beberapa hal yang membuat kurang tidur yang berlangsung terus-menerus (kronis) bisa memicu stroke.
Pertama, kurang tidur dikatakannya bisa meningkatkan tekanan darah atau hipertensi.
“Seperti kita ketahui, hipertensi merupakan faktor risiko utama dalam terjadinya stroke,” kata Santi kepada Kompas.com pada Kamis (5/6/2025).
Lalu, ia mengatakan bahwa kurang tidur bisa meningkatkan hormon stres yang bernama kortisol.
Hal itu bisa memunculkan respons peradangan dalam pembuluh darah yang berujung pada kerusakan.
Selanjutnya, Santi menyebutkan bahwa kurang tidur sering kali menyebabkan gangguan pada irama jantung (aritmia).
“Gangguan ini berpotensi meningkatkan angka kejadian pembentukan gumpalan darah, yang akhirnya bisa menyebabkan sumbatan pembuluh darah,” jelasnya.
“Dan jika terjadi penyumbatan pembuluh darah di area otak, makan terjadilah stroke,” tandasnya.
Dengan demikian, nyata bahwa kurang tidur bisa menjadi pemicu serangan stroke di masa depan.
Dari pengalaman Harry Pantja ini, kita bisa memahami bahwa penting untuk mengatur pola tidur malam secara teratur untuk mendapatkan durasi tidur yang cukup.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah merekomendasikan untuk durasi tidur orang dewasa rata-rata 7-8 jam per hari.
Tag: #belajar #dari #harry #pantja #alasan #kurang #tidur #bisa #picu #stroke