Persiapan Gen Z agar Jadi Ibu yang Sempurna
Ilustrasi ibu hamil berolahraga. (Shutterstock/VGstockstudio)
19:06
22 April 2025

Persiapan Gen Z agar Jadi Ibu yang Sempurna

Tidak ada orangtua yang sempurna, tetapi di era digital ini ternyata lebih banyak ibu yang berusaha mencapai kesempurnaan. Dibandingkan ibu dari generasi milenial, para ibu gen Z ternyata lebih punya tekanan untuk jadi "sempurna".

Menurut survei What to Expect terbaru yang melibatkan lebih dari 3.000 ibu baru dan calon ibu, 8 dari 10 responden mengatakan bahwa menjadi sempurna itu penting. Angka itu naik 10 persen dari lima tahun lalu.

Ibu dari generasi Z atau yang berusia di bawah 27 tahun, lebih menekankan pada kesempurnaan dalam pengasuhan, seperti menyediakan berbagai aktivitas untuk anak, memastikan anak punya waktu bermain tanpa teknologi, dan mengelola jadwal keluarga.

Sekitar 90 responden dalam survei itu setuju bahwa menjadi ibu adalah hal yang sulit namun berharga. Oleh karena itu kebanyakan perempuan muda memilih untuk mempersiapkan diri, baik secara fisik, mental, dan finansial, untuk menjadi ibu.

Kesadaran itu juga dimiliki oleh seorang kreator konten, Namira Adzani, yang memilih untuk menunda punya anak sambil tetap mempersiapkan diri.

"Saya sudah 5 tahun menikah dan sekarang ini masih fokus dengan pasangan untuk mempersiapkan mental dan finansial agar siap menjadi orangtua," kata Namira.

Ia tak menampik masih sering menerima pertanyaan dari lingkungan sekitar tentang kapan akan memiliki anak.

"Sering ditanya, apalagi dua tahun pertama setelah menikah," ujarnya.

Talkshow dan peluncuran kampanye ?Siapa Takut Jadi Ibu!? dari PRENAGEN yang digelar di Jakarta (21/4/2025).KOMPAS.com/Lusia Kus Anna Talkshow dan peluncuran kampanye ?Siapa Takut Jadi Ibu!? dari PRENAGEN yang digelar di Jakarta (21/4/2025).

Menunda kehamilan

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, sekitar 8,2 persen perempuan Indonesia berusia 15-49 tahun yang sudah menikah memilih untuk menunda, bahkan menghindari kehamilan. Alasannya beragam, mulai dari kekhawatiran atas kestabilan ekonomi, tekanan sosial, serta pertimbangan karier.

Psikolog keluarga, Samanta Elsener mengatakan, rasa takut atau ketidaksiapan menjadi ibu adalah hal yang wajar dan manusiawi.

"Yang dibutuhkan adalah ruang untuk memproses perasaan itu secara jujur dan tanpa penilaian," kata Samanta dalam acara telkshow "Siapa Takut Jadi Ibu" yang digelar oleh Prenagen di Jakarta (21/4).

Menurutnya, perempuan secara insting selalu siap menjadi ibu karena memang ada energi feminin dalam dirinya. Energi ini hadir untuk melindungi dan mencurahkan kasih sayang kepada anak-anaknya.

Walau begitu, menurutnya tidak setiap perempuan akan langsung siap secara emosional dan mental. Dukungan dari lingkungan terdekatnya sangat berpengaruh pada kesiapan untuk menjadi ibu.

"Ibu hamil punya kebutuhan emosional untuk lebih dipahami, karena itu penting bagi lingkungan sekitar untuk hadir dengan empati dan dukungan," kata Samanta.

Kesiapan nutrisi

Dalam semangat Hari Kartini yang identik dengan perjuangan dan peran perempuan, Kalbe Nutritionals melalui PRENAGEN, meluncurkan kampanye “Siapa Takut Jadi Ibu!”.

Brand Group Manager PRENAGEN, Junita, mengatakan, melalui inisiatif ini, PRENAGEN ingin mengajak perempuan untuk melihat kehamilan dan peran ibu dengan perspektif baru dan mendukung perempuan untuk dapat menjalani proses kehamilan dengan percaya diri.

"Banyak perempuan yang masih dituntut harus “siap” secara instan tanpa ruang untuk beradaptasi, memahami betul transformasi ini secara menyeluruh ataupun jujur terhadap keraguan dan ketakutan yang mereka rasakan,” ujarnya dalam acara yang sama.

Selain kesiapan emosional, PRENAGEN juga mengingatkan kesiapan nutrisi agar kehamilan berjalan lancar dan bayi yang dikandung tumbuh sehat.

Peran nutrisi sangat menentukan dalam membantu perempuan merasa lebih siap dalam mengambil peran sebagai ibu dan melahirkan generasi masa depan yang sehat dan berkualitas.

Di Indonesia masih banyak ibu hamil yang masih mengalami defisit asupan nutrisi penting, khususnya protein, kalsium, DHA, zat besi, dan asam folat.

"Kekurangan nutrisi ini dapat menyebabkan komplikasi seperti anemia pada ibu, keterlambatan perkembangan janin, hingga berat badan lahir rendah,” ungkap dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, SpOG.

Walau begitu, ia menegaskan bahwa porsi makan saat hamil bukan harus ditambah, tetapi diperhatikan nutrisinya.

"Harus dikoreksi anggapan bahwa ibu hamil harus makan untuk dua orang. Kalau makan berlebihan berat badan bisa naik dan peluang mengalami diabetes kehamilan sangat besar. Ini bisa menyebabkan komplikasi kehamilan," katanya.

Ia mengatakan bahwa kebutuhan nutrisi ibu hamil berbeda-beda tergantung pada usia kehamilan dan juga status kesehatan tiap ibu sehingga sangat penting untuk melakukan kontrol kehamilan ke dokter kandungan atau bidan.

 

Tag:  #persiapan #agar #jadi #yang #sempurna

KOMENTAR