Pengolahan Sampah Menjadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah Domestik di Kutai Timur
Cara Membuat Kompos dari Sampah Organik Rumahan. (Freepik)
18:20
11 Mei 2024

Pengolahan Sampah Menjadi Kompos, Solusi Kurangi Sampah Domestik di Kutai Timur

Andika Yohantoro, tokoh muda Kutai Timur, telah lama berjuang dalam pengolahan sampah organik dan anorganik di CTC (Composting Training Center) yang ada di Sangatta. Awalnya, ia aktif sebagai Ketua Remaja Kreatif Peduli Lingkungan (RKPL) di wilayah penghasil tambang batubara terbesar di Indonesia ini. Kepedulian Andika dipicu saat melihat kebiasaan warga membuang sampah sembarangan di jalan-jalan perkampungan warga.

Mulanya, Andika mengajak warga memilah sampah di setiap rumah dan dikumpulkan dengan metode Bank Sampah. Memang tak mudah melakukannya, namun berkat kegigihannya, kini kebiasaan itu telah menjadi hal rutin yang dilakukan warga. Setiap Jumat, Andika mendorong nasabah Bank Sampah agar tabungan sampahnya disedekahkan.

“Hasil sedekah sampah digunakan untuk yatim piatu dan kegiatan sosial. Tiga rumah tak layak huni berhasil direnovasi menjadi rumah layak huni yang sumber dananya berasal dari Sedekah Sampah ini,” jelas Andhika ditulis Sabtu (11/5/2024).

Selain itu, menurutnya, kegiatan Jumat Berbagi juga digagas untuk membagikan makanan bagi yang membutuhkan.

“Pengelolaan sampah ini akhirnya dapat menjadi berkah bagi semua,” tutur Andika.

Tak hanya pengangkutan sampah rumah tangga dan pemilahan sampah yang dilakukan di Pusat Pengolahan Sampah atau CTC, program lainnya adalah daur ulang sampah menjadi kompos.

Kompos yang dihasilkan dapat mencapai 20kg/karung dan dijual seharga Rp45ribu. Omzet dari kompos mencapai Rp40juta per bulan. Sementara itu, sampah plastik diolah menjadi BBM Pertalite, solar, dan minyak tanah.

Sampah organik yang dihasilkan per hari adalah sekitar 3 ton, dan sampah anorganik 1 kuintal atau 2 ton per minggu.

“Pengolahan sampah menjadi kompos adalah salah satu solusi dalam mengurangi sampah domestik di Kutai Timur,” jelas Andhika lagi.

Andika adalah peraih penghargaan Kalpataru pada 2022 di tingkat Kaltim untuk kategori Penyelamat Lingkungan. Sepak terjangnya dalam pelestarian lingkungan membuat Andika menjadi juara 1 Local Heroes setelah sebelumnya memenangkan Lomba Kampung Bersemi dan penerima PNPM Mandiri terbaik se-Indonesia.

Composting Training Center (CTC) adalah salah satu program tanggung jawab sosial dan lingkungan atau CSR (Corporate Social Responsibility) yang secara konsisten dilakukan PT Kaltim Prima Coal (KPC).

CTC dan berbagai program lain, seperti Dusun Konservasi dan Program Kampung Iklim (Proklim) merupakan contoh kolaborasi program yang dilakukan antara KPC dengan berbagai pihak di Kabupaten Kutai Timur untuk menangani permasalahan lingkungan yang terkait pengelolaan sampah domestik.

KPC senantiasa menerapkan prinsip Good Mining Practice dalam operasional tambang dengan mekanisme ramah lingkungan, yang salah satu tujuannya adalah meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan.

Komitmen implementasi pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan dilakukan oleh emiten batubara terbesar di Indonesia sekaligus induk usaha KPC, PT Bumi Resources Tbk. (BUMI).

Perubahan komposisi lingkungan sebagai bagian dari proses penambangan harus dapat memberikan dampak positif dan dengan nilai ekonomi sosial yang tinggi bagi pemangku kepentingan dan masyarakat sekitar lokasi tambang.

Pengelolaan lingkungan yang berbasis pada inovasi teknologi tentu merupakan hal penting untuk bersaing dalam pertambangan global.

Presiden Direktur BUMI, Adika Nuraga Bakrie menekankan, “BUMI melalui anak usahanya di wilayah sekitar tambang selalu memegang komitmen untuk mendukung program pemerintah dalam menyukseskan kegiatan SDGs.”

Aga menambahkan, “Praktik-praktik terbaik diharapkan dapat menciptakan kemandirian dan memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan dan masyarakat sekitar,” pungkasnya.

Editor: Iwan Supriyatna

Tag:  #pengolahan #sampah #menjadi #kompos #solusi #kurangi #sampah #domestik #kutai #timur

KOMENTAR