Harga ICP Naik Bisa Bikin Subsidi BBM dan LPG RI Terancam Jebol, Begini Respons Menko Airlangga
Ilustrasi, truk tanki BBM Pertamina. (Istimewa)
17:36
18 April 2024

Harga ICP Naik Bisa Bikin Subsidi BBM dan LPG RI Terancam Jebol, Begini Respons Menko Airlangga

 

 

- Harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Oil Price (ICP) diprediksi bakal meroket setelah Iran meluncurkan drone dan rudal peledak ke Israel sebagai balasan atas serangan Israel terhadap konsulatnya di Suriah, pada Sabtu (14/4) malam.

Imbas kenaikan harga minyak, nantinya akan berdampak pada anggaran subsidi dan kompensasi energi RI berupa BBM dan LPG yang terancam jebol dari asumsi APBN. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji memprediksi kenaikan ICP akan tembus mencapai USD 100 per barel. Terlebih, menurutnya ICP memang sudah terpantau naik sejak terjadinya dinamika geopolitik di Timur Tengah.

Tutuka membeberkan jika harga ICP benar tembus USD 100 per barel dan kurs dollar terhadap rupiah naik menjadi Rp 15.900, maka subsidi dan kompensasi BBM akan naik menjadi Rp 250 triliun dari sebelumnya diasumsikan dalam APBN sebesar Rp 161 triliun.

"Kemudian, untuk LPG juga naik menjadi Rp 106 triliun dari asumsi sekarang ini APBN sebesar Rp 83,3 triliun. Tentunya, totalnya ini akan sangat besar kalau kita totalkan bisa sampai Rp 213 triliun," ujar Tutuka Ariadji dalam Webinar Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI di Jakarta, Senin (15/4).

Merespons hal itu, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa saat ini harga minyak belum mencapai USD 100 per barel. Oleh sebabnya, ia enggan menanggapi lebih lanjut soal prediksi dari Kementerian ESDM.

"Pertama, kita tidak mau membahas kalau. Karena kalau, kalau dibahas antisipasinya banyak sekali," kata Airlangga dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Kamis (18/4).

Namun, kata dia, hingga saat ini pemerintah terus berkomitmen melakukan monitoring terhadap harga minyak yang fluktuatif. Mulai dari pantauan harian hingga bulanan.

"Tapi pemerintah mengantisipasi perubahan-perubahan yang ada dan pemerintah memonitor, baik itu harian maupun bulanan, dan tentu merespons nanti sesuai dengan kejadiannya. Kalau sekarang kejadiannya belum sampai situ. maka tentu kita tidak mengandai-andai," pungkas Airlangga.

Mengutip Reuters, harga minyak sedikit berubah setelah turun 3 persen pada sesi sebelumnya karena pasar masih khawatir terhadap permintaan tahun ini dan tanda-tanda bahwa konflik yang lebih luas di wilayah penghasil minyak utama di Timur Tengah dapat dihindari.

Brent berjangka naik 13 sen atau 0,15 persen menjadi USD 87,42 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan 6 sen lebih tinggi atau naik 0,07 persen menjadi USD 82,75 per barel pada 06.36 GMT.

Kedua benchmark tersebut turun 3 persen dibandingkam dengan sebelumnya karena tanda-tanda bahwa permintaan bahan bakar tahun ini lebih rendah dari perkiraan. Penurunan ini terjadi di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi di Tiongkok dan karena persediaan minyak di AS serta konsumen minyak mentah terbesar di dunia meningkat.

Editor: Kuswandi

Tag:  #harga #naik #bisa #bikin #subsidi #terancam #jebol #begini #respons #menko #airlangga

KOMENTAR