Arus Modal Asing Keluar, Rupee Jadi Mata Uang Terburuk di Asia
Tekanan terhadap nilai tukar rupee India kian meningkat sepanjang tahun ini.
Minimnya kemajuan dalam perundingan kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan India, ditambah arus keluar dana asing yang berkelanjutan, membuat rupee tercatat sebagai mata uang dengan kinerja terburuk di kawasan Asia.
Dikutip dari CNBC, Selasa (23/12/2025), mata uang ekonomi terbesar kelima dunia tersebut diperkirakan mengalami pelemahan hingga level 92 rupee per dollar AS pada akhir Maret 2026.
Ilustrasi mata uang rupee India.
Proyeksi ini disampaikan oleh Nomura dan S&P Global Market Intelligence, dengan catatan bahwa peluang penguatan rupee sangat bergantung pada tercapainya kesepakatan perdagangan dengan AS.
Hingga perdagangan terakhir, rupee berada di kisaran 89,6 per dolar AS.
“Kami percaya rupee saat ini undervalued, dengan koreksi yang diantisipasi setelah ada kejelasan lebih lanjut tentang perjanjian perdagangan AS-India,” ujar Hanna Luchnikava-Schorsch, kepala ekonomi Asia-Pasifik S&P Global Market Intelligence.
Unit riset S&P Global memperkirakan kesepakatan perdagangan tersebut berpotensi tercapai dalam enam bulan ke depan.
Namun demikian, proses negosiasi perdagangan yang berjalan lambat membuat tekanan terhadap mata uang India belum mereda.
India saat ini termasuk negara yang dikenakan tarif perdagangan tertinggi di dunia oleh AS, yakni mencapai 50 persen. Angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan tarif yang dikenakan terhadap China.
Tingginya tarif tersebut menjadi salah satu faktor utama yang memperpanjang perundingan antara New Delhi dan Washington.
Ilustrasi ekspor.
Setelah tarif tinggi diberlakukan pada Agustus 2025 lalu, ekspor India ke AS mengalami penurunan signifikan. Pada September 2025, ekspor turun hampir 12 persen, disusul penurunan 8,5 persen pada Oktober 2025.
Meski demikian, pada November 2025 terjadi pemulihan tajam dengan lonjakan ekspor sebesar 22,6 persen.
Risiko ekonomi utama, menurut Sonal Varma, kepala ekonom Nomura untuk India dan Asia di luar Jepang, adalah potensi hilangnya momentum India dalam pergeseran rantai pasok global, khususnya dari perusahaan-perusahaan yang berorientasi pada pasar AS.
“Ketidakpastian yang berkepanjangan telah menyebabkan arus keluar portofolio asing, dan rupee yang lebih lemah dapat memengaruhi biaya impor dan inflasi,” kata Varma.
Di sisi lain, pelemahan rupee juga dapat meningkatkan daya saing ekspor India.
Dengan laju inflasi domestik yang relatif rendah, perekonomian India dinilai masih memiliki ruang untuk menyerap dampak inflasi impor akibat depresiasi mata uang.
Secara psikologis, tekanan terhadap rupee semakin terasa ketika mata uang tersebut sempat menembus level 90 per dollar AS pada awal bulan ini.
Rupee memulai tahun pada level 85,64 per dollar AS, dan hanya membutuhkan waktu kurang dari 15 sesi perdagangan untuk melemah hingga melampaui level 91 per dollar AS.
Investor asing pesimis
Sentimen investor global terhadap India cenderung negatif hampir sepanjang tahun ini.
Data dari lembaga penyimpanan sekuritas NSDL menunjukkan adanya arus modal asing keluar bersih lebih dari 10 miliar dollar AS di berbagai kelas aset sejak awal tahun.
Somnath Mukherjee, CIO dan mitra pengelola senior ASK Private Wealth, menilai pelemahan rupee bukan disebabkan oleh defisit transaksi berjalan. Menurutnya, defisit transaksi berjalan India masih berada pada level yang relatif terkendali, yakni sekitar 1 sampai 1,5 persen.
Ilustrasi pasar saham.
Ia menambahkan, tekanan terhadap rupee akan terus berlanjut selama belum terjadi pembalikan arus keluar investor portofolio asing.
Arus keluar dana paling tajam terjadi di pasar saham. Investor portofolio asing tercatat menjadi penjual bersih sepanjang tahun ini, dengan total penarikan dana mendekati 18 miliar dollar AS hingga 19 Desember 2025.
“Depresiasi rupee adalah pedang bermata dua bagi investor asing,” ujar Luchnikava-Schorsch.
Di satu sisi, pelemahan nilai tukar dapat menjadi “titik masuk yang baik untuk saham India”.
Namun di sisi lain, investor tetap mempertimbangkan risiko dari “kelemahan rupee yang berkepanjangan dan ketidakpastian kebijakan perdagangan”, termasuk dampaknya terhadap keuangan pemerintah dan prospek pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Sementara itu, bank sentral India dalam pertemuan kebijakan moneter awal bulan ini kembali menegaskan pendekatannya untuk membiarkan kekuatan pasar menentukan nilai tukar.
Meski demikian, otoritas moneter tersebut dilaporkan melakukan intervensi secara agresif pada pertengahan pekan ini guna menahan laju pelemahan rupee.
Tag: #arus #modal #asing #keluar #rupee #jadi #mata #uang #terburuk #asia