Rencana Bank Sentral AS Cetak Uang Lagi, Apa Dampaknya ke Saham RI?
– Rencana kembalinya kebijakan quantitative easing atau QE oleh bank sentral Amerika Serikat pada 2026 dinilai berpotensi menjadi katalis penting bagi pasar saham global.
Pengamat Pasar Modal Reydi Octa menilai kebijakan tersebut akan memberi dorongan bagi aset berisiko, terutama saham, apabila benar-benar diterapkan.
Kebijakan QE akan mengubah perilaku investor. Likuiditas perbankan dan institusi keuangan meningkat seiring suntikan dana bank sentral melalui obligasi.
“Sehingga dana tersebut harus ditempatkan di instrumen yang memberikan imbal hasil yang biasanya lari ke saham,” kata Reydi, Jumat (19/12/2025).
Meski begitu, dampak penguatan diperkirakan tidak merata. Investor asing cenderung mengincar saham berfundamental kuat dengan likuiditas besar.
Pengalaman masa lalu menunjukkan efek QE tidak bersifat sesaat. Setelah krisis keuangan global 2008, kebijakan ini mendorong indeks saham dunia menguat selama bertahun-tahun. Aliran dana global deras mencari imbal hasil lebih tinggi di tengah suku bunga rendah.
Situasi 2026 dinilai berbeda. QE pascakrisis 2008 diterapkan ketika pasar saham jatuh dalam dan valuasi berada di level sangat murah.
Kondisi tersebut tidak terjadi saat ini. Pasar global tidak berada dalam tekanan krisis serupa. Dampak QE tetap dipandang positif, namun kekuatannya diperkirakan lebih terbatas dibanding era pascakrisis global.
Bagi pasar saham domestik, khususnya Indeks Harga Saham Gabungan, QE dari AS berpotensi mendorong arus dana asing kembali masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Stabilitas makroekonomi menjadi syarat utama.
“Saham yang paling berpotensi terpapar sentimen ini adalah perbankan besar karena likuiditas besarnya yang biasa menjadi incaran asing,” ujar Reydi.
Sektor lain juga berpeluang mendapat manfaat. Saham konsumer dan infrastruktur dinilai sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi dan penurunan suku bunga. Saham komoditas turut berpotensi memperoleh sentimen tambahan.
Founder sekaligus Chief Marketing Officer & Partner Jarvis Asset Management, Kartika Sutandi atau Tjoe Ay, menilai QE berdampak positif bagi pasar global. Namun, respons pasar domestik sangat bergantung pada arah kebijakan pemerintah.
Menurut dia, kondisi global yang kondusif belum tentu otomatis menguntungkan pasar dalam negeri. Risiko tetap muncul jika kebijakan domestik tidak sejalan dengan dinamika pasar.
“Secara global harusnya oke, tinggal domestik kita bisa engga menangkap global flow. Saya lebih takut pemerintah kita blunder bikin peraturan aneh,” ujar Tjoe Ay kepada Kontan, Jumat (19/12/2025).
Di luar pasar saham, Tjoe Ay juga melihat harga emas masih berpeluang melanjutkan tren kenaikan pada tahun depan.
Artikel ini sudah tayang di Kontan dengan judul Investor Bersiap! Pasar Saham Bakal Melaju Kencang Tahun 2026 Didorong Sentimen AS
Tag: #rencana #bank #sentral #cetak #uang #lagi #dampaknya #saham