4 Faktor Utama Pemicu Tingginya Vulnerability Gap pada Keluarga Indonesia
Ilustrasi kebiasaan parenting yang membedakan keluarga kaya dan biasa dalam mendidik anak. (freepik/ senivpetro)
21:45
19 Desember 2025

4 Faktor Utama Pemicu Tingginya Vulnerability Gap pada Keluarga Indonesia

 

 

- Dalam kehidupan sehari-hari, banyak keluarga mapan tampak memiliki kondisi finansial yang solid, rumah nyaman, pendidikan anak terjamin, dan pola hidup yang tertata. Sekilas, semuanya terlihat aman. Namun di balik gambaran tersebut, tersimpan sebuah vulnerability gap atau celah kerentanan yang kerap luput dari perhatian. 

Hal ini terjadi karena kemapanan sering disamakan dengan keamanan finansial, padahal keduanya tidak selalu sejalan.

Semakin tinggi tingkat kemapanan sebuah keluarga, semakin rumit pula risiko yang dihadapi. Mulai dari besarnya potensi risiko finansial, ketergantungan pada satu sumber penghasilan utama, tuntutan gaya hidup, hingga pengelolaan aset antar generasi. Tanpa perlindungan yang dirancang secara tepat, kondisi mapan justru dapat menjadi rapuh saat menghadapi situasi yang tidak terduga.

Data Financial Resilience Index Sun Life Indonesia 2025 menunjukkan bahwa 71 persen keluarga Indonesia memiliki aspirasi untuk membangun kekayaan keluarga. Untuk mendukung aspirasi tersebut sekaligus membantu mengelola risiko yang semakin kompleks, Sun Life Indonesia memiliki solusi perlindungan yang dirancang untuk menjaga kesinambungan keuangan keluarga, bahkan ketika risiko tak terduga muncul.

Solusi tersebut mencakup perlindungan pengganti penghasilan bagi pencari nafkah utama, perlindungan waris yang bersifat likuid dan bebas pajak, serta perencanaan lintas generasi yang terstruktur dan berkelanjutan.

Berikut beberapa faktor utama yang menyebabkan tingginya vulnerability gap pada keluarga Indonesia seperti dilansir dari rilis Sun Life Indonesia, Jumat (19/12).

 

1. Ketergantungan pada Satu Pencari Nafkah Utama

Banyak keluarga masih menggantungkan stabilitas keuangannya pada satu figur berpenghasilan tinggi. Ketika seluruh pendapatan keluarga bergantung pada satu orang, risiko finansial menjadi jauh lebih besar.

Jika terjadi sesuatu pada figur tersebut, dampaknya tidak hanya mengganggu arus keuangan, tetapi juga mengancam kelangsungan hidup keluarga dan rencana jangka panjang, termasuk pendidikan anak.

Sayangnya, tidak sedikit keluarga yang belum menyiapkan skema perlindungan pengganti penghasilan yang mampu menjaga standar hidup mereka.

 

2. Kenaikan Gaya Hidup Sejalan dengan Penghasilan

Kemapanan sering diiringi dengan meningkatnya biaya hidup, mulai dari sekolah berstandar premium, cicilan aset bernilai besar, perjalanan rutin, hingga kebutuhan menjaga gaya hidup. Kondisi ini menuntut dana darurat dan proteksi finansial yang sebanding dengan tingkat pengeluaran tersebut.

Namun pada praktiknya, banyak keluarga belum menghitung secara akurat biaya hidup sesungguhnya. Akibatnya, saat risiko muncul, perlindungan dan cadangan dana yang tersedia tidak memadai untuk menopang gaya hidup yang sudah terbentuk.

 

3. Kekayaan Besar, Tapi Sulit Dicairkan

Aset sering menjadi simbol kemapanan, seperti properti, bisnis keluarga, atau investasi jangka panjang. Namun sebagian besar aset ini bersifat tidak likuid, tidak mudah dicairkan dalam waktu singkat. Proses penjualan properti, pelepasan bisnis, atau pencairan investasi kerap memakan waktu lama dan biaya tambahan.

Inilah alasan mengapa keluarga yang terlihat kaya tetap bisa berada dalam posisi rentan ketika menghadapi kebutuhan mendesak, karena nilai aset tidak selalu sejalan dengan ketersediaan dana tunai.

 

4. Beban Tanggung Jawab Antar Generasi

Kemapanan juga membawa tanggung jawab yang lebih besar lintas generasi. Selain mempersiapkan masa depan anak, banyak keluarga juga harus menopang kebutuhan orang tua yang telah lanjut usia. Kondisi ini sangat terasa pada keluarga yang berada dalam fase sandwich generation.

Tanpa perencanaan keuangan yang menyeluruh, tanggung jawab ganda ini berpotensi memicu tekanan finansial berkepanjangan dan bahkan konflik di dalam keluarga.

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #faktor #utama #pemicu #tingginya #vulnerability #pada #keluarga #indonesia

KOMENTAR