Saham BBCA Anjlok Aksi Jual Rp150 Miliar
- Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tiba-tiba berbalik arah dan jatuh pada perdagangan hari ini, Selasa (16/12/2025).
- Saham bank swasta terbesar di Indonesia ini terperosok ke zona merah akibat tekanan jual masif.
- Data transaksi menunjukkan bahwa kejatuhan BBCA utamanya dipicu oleh aksi jual bersih (net sell) yang dilakukan oleh investor.
Setelah mencatat lonjakan harga yang impresif kemarin, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tiba-tiba berbalik arah dan jatuh pada perdagangan hari ini, Selasa (16/12/2025).
Saham bank swasta terbesar di Indonesia ini terperosok ke zona merah akibat tekanan jual masif.
Pada sekitar pukul 15.31 WIB, saham BBCA berada di level Rp8.025, anjlok signifikan 3,01% dari penutupan sebelumnya. Pelemahan ini terjadi setelah pada perdagangan Senin (15/12/2025), BBCA sempat melompat tinggi hingga 3,75%.
Data transaksi menunjukkan bahwa kejatuhan BBCA utamanya dipicu oleh aksi jual bersih (net sell) yang dilakukan oleh investor.
Berdasarkan data dari aplikasi Stockbit Sekuritas, BBCA mencatat net sell tertinggi di antara seluruh saham yang diperdagangkan, mencapai nilai fantastis Rp150 miliar.
Meskipun harga turun, volume perdagangan BBCA tergolong tinggi, menunjukkan adanya pertukaran kepemilikan yang intensif. Sebanyak 95,31 juta saham telah ditransaksikan dengan total frekuensi 31.000 kali, menghasilkan nilai transaksi mencapai Rp779 miliar. Fenomena ini mengindikasikan adanya profit taking (aksi ambil untung) yang dilakukan investor setelah kenaikan harga yang terjadi sebelumnya.
Koreksi harga saham BBCA terjadi di tengah rilis kinerja yang tergolong solid, meskipun ada sedikit perlambatan. Bank Central Asia (BBCA) mencatatkan laba bersih (bank only) sebesar Rp4,4 triliun pada November 2025. Angka ini naik 4% secara tahunan (year-on-year/yoy), namun sedikit melambat 6% secara bulanan (month-on-month/mom).
Secara kumulatif, realisasi laba bersih bank only Bank BCA selama 11 bulan pertama tahun 2025 (11M25) mencapai Rp52,7 triliun, meningkat 4% yoy. Capaian ini sudah setara dengan 91% dari estimasi konsensus laba konsolidasi untuk tahun 2025.
Meskipun laba November menunjukkan sedikit penurunan dibandingkan bulan sebelumnya, fundamental perusahaan tetap kokoh. Kejatuhan harga yang terjadi hari ini lebih bersifat teknikal pasar dan didorong oleh capital gain yang tinggi setelah kenaikan signifikan, bukan karena sentimen negatif dari laporan kinerja.