The Fed Pangkas Suku Bunga, Apa Dampaknya ke Perekonomian Global
— Keputusan bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rapat FOMC 9 dan 10 Desember 2025 memicu gelombang reaksi di pasar keuangan global.
Selain itu, keputusan The Fed pangkas suku bunga juga menimbulkan perdebatan tentang implikasi makroekonomi bagi negara maju maupun pasar negara berkembang.
Pemangkasan ini merupakan yang ketiga sepanjang 2025 dan disertai proyeksi pembuat kebijakan yang menunjukkan kemungkinan hanya satu pemangkasan tambahan pada 2026.
Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Jerome Powell. Ia dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga usai rapat kebijakan dua hari di Washington.
Kenapa The Fed pangkas suku bunga?
Dikutip dari Reuters, Kamis (11/12/2025), dalam pernyataannya, The Fed menegaskan pemangkasan suku bunga dilakukan dengan alasan untuk merespons pelemahan pasar tenaga kerja dan menyeimbangkan target inflasi serta pertumbuhan ekonomi.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menekankan, bank sentral berada “dalam wilayah yang secara luas netral” dan akan bersikap berbasis data untuk langkah-langkah selanjutnya, sambil mengakui adanya risiko penurunan di pasar tenaga kerja.
Pernyataan itu memperjelas bahwa pemangkasan kali ini disertai nada berhati-hati, yang sering disebut pasar sebagai “hawkish cut” karena Fed juga memberi sinyal kemungkinan jeda pada penurunan suku bunga berikutnya.
Dalam pernyataan resmi The Fed, FOMC memutuskan untuk menurunkan kisaran target suku bunga dana federal atau Fed Fund Rate sebesar 0,25 persen menjadi 3,50 sampai 3,75 persen.
Bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve
"Dalam mempertimbangkan besaran dan waktu penyesuaian tambahan terhadap kisaran target suku bunga dana federal, Komite akan dengan cermat menilai data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko. Komite sangat berkomitmen untuk mendukung lapangan kerja maksimal dan mengembalikan inflasi ke target 2 persennya," tulis The Fed.
Dalam menilai sikap kebijakan moneter yang tepat, The Fed menyatakan akan terus memantau implikasi informasi yang masuk terhadap prospek ekonomi.
The Fed pun menyebut akan siap untuk menyesuaikan sikap kebijakan moneter sebagaimana mestinya jika muncul risiko yang dapat menghambat pencapaian tujuannya.
"Penilaian Komite akan mempertimbangkan berbagai informasi, termasuk data tentang kondisi pasar tenaga kerja, tekanan inflasi dan ekspektasi inflasi, serta perkembangan keuangan dan internasional," kata The Fed.
"Komite menilai bahwa saldo cadangan telah menurun ke tingkat yang memadai dan akan memulai pembelian surat berharga Treasury jangka pendek sesuai kebutuhan untuk mempertahankan pasokan cadangan yang memadai secara berkelanjutan," imbuh The Fed.
Reaksi pasar keuangan global: ekuitas naik, imbal hasil dan dollar AS turun
Respons pasar global terhadap keputusan Fed relatif cepat. Indeks saham AS bergerak lebih tinggi pada hari pengumuman sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS menurun dan indeks dollar AS melemah dibandingkan mata uang utama.
Aset berisiko seperti emas juga mengalami kenaikan seiring turunnya imbal hasil riil yang mendorong daya tarik logam mulia.
Pergerakan ini mencerminkan ekspektasi pasar bahwa penurunan suku bunga di AS dapat mendorong aliran modal ke aset berisiko dan meredakan tekanan biaya pembiayaan global.
Dampak ke negara maju: stimulasi, namun terbatas dan bersyarat
Gubernur dan Ketua Federal Reserve Jerome Powell.
Pemangkasan suku bunga The Fed umumnya menurunkan biaya pinjaman global secara tidak langsung, yakni melalui penurunan imbal hasil obligasi AS dan spread kredit.
Bagi negara maju dengan pasar keuangan terdalam, efeknya antara lain menurunkan biaya hunian (mortgage), kredit konsumen, dan mendorong investasi berbasis aset.
Namun, dikutip dari Financial Times, efektivitas transmisi kebijakan AS ke ekonomi domestik negara maju dipengaruhi oleh kondisi domestik, termasuk tingkat utang, kesehatan pasar tenaga kerja, dan eksposur terhadap perdagangan internasional, sehingga efek stimulasi tidaklah seragam.
Sejumlah analis pasar menilai langkah Fed kali ini lebih sebagai dukungan moderat untuk pertumbuhan, bukan pelonggaran moneter yang agresif.
Tekanan dan peluang bagi pasar negara berkembang (emerging markets)
Bagi negara berkembang, pemangkasan suku bunga AS membawa dua efek utama yang saling berlawanan:
1. Potensi arus modal masuk dan pelemahan dollar AS
Penurunan suku bunga AS cenderung menurunkan imbal hasil dolar dan obligasi AS, yang membuka ruang bagi aliran modal menuju aset pasar berkembang (ekuitas dan obligasi lokal).
Menurut Reuters, sejumlah manajer investasi bahkan menyebut kondisi saat ini sebagai “moment Goldilocks” bagi emerging markets, didorong oleh lemahnya dollar AS dan berputarnya kembali minat investor global ke aset non-AS.
2. Risiko volatilitas dan ketergantungan terhadap sentimen global
Ilustrasi utang pemerintah, rasio utang pemerintah.
Meski ada peluang aliran modal masuk, negara berkembang yang memiliki defisit eksternal, beban utang dalam dollar AS tinggi, atau ketidakpastian kebijakan domestik tetap rentan terhadap reversals (arus modal keluar mendadak) jika ekspektasi The Fed berubah.
Reutes mewartakan, JP Morgan dan lembaga keuangan besar sebelumnya memperingatkan potensi “sudden stop” aliran modal ke beberapa negara berkembang bila kondisi global bergeser.
IMF dan Bank Dunia pada berbagai kesempatan juga mengingatkan bahwa transmisi kebijakan moneter AS terus memengaruhi suku bunga global, kondisi likuiditas, dan valuasi aset.
Dengan demikian, kata IMF, negara-negara berkembang perlu menjaga kebijakan makroprudensial dan cadangan devisa yang memadai untuk meredam guncangan eksternal.
Implikasi untuk mata uang, suku bunga domestik, dan neraca transaksi
Penurunan suku bunga AS biasanya menekan dollar AS, yang pada gilirannya meringankan tekanan pada mata uang negara lain.
Meski demikian, dampaknya tidak otomatis membuat semua mata uang menguat; reaksi tergantung pada sentimen risiko global dan kebijakan domestik.
Menurut warta Reuters, dalam beberapa hari jelang dan setelah pengumuman Fed, beberapa mata uang Asia bergerak menguat moderat terhadap dollar AS, sementara negara dengan permasalahan fiskal atau politik cenderung masih mengalami tekanan.
Untuk suku bunga domestik, bank sentral negara-negara berkembang mungkin merasa lebih longgar ruang kebijakan moneter, tetapi keputusan penyesuaian suku bunga akan mempertimbangkan inflasi lokal, stabilitas finansial, dan kondisi kredit.
Kasus Indonesia: sensitivitas, ruang bagi kebijakan domestik
Reaksi pasar Indonesia terhadap ekspektasi pemangkasan Fed telah terlihat dalam beberapa indikator keuangan.
Ilustrasi suku bunga, suku bunga acuan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung menguat saat pasar mengantisipasi pelonggaran suku bunga AS, sementara rupiah mengalami fluktuasi terbatas tergantung data dan sentimen regional.
Sejumlah analis memproyeksikan pemangkasan suku bunga AS dapat memberi ruang bagi kebijakan moneter domestik untuk lebih mendukung pertumbuhan, tetapi Bank Indonesia (BI) tetap akan mengutamakan stabilitas harga dan stabilitas sistem keuangan dalam menentukan kebijakan suku bunga.
Saluran transmisi yang paling diperhatikan pelaku pasar
Pelaku pasar dan pembuat kebijakan umumnya memperhatikan beberapa saluran transmisi utama ketika menilai dampak pemangkasan suku bunga The Fed:
1. Valuasi aset dan arus modal
Penurunan imbal hasil obligasi AS membuat aset berisiko menarik kembali modal asing. Reuters mencatat aliran masuk ke dana ekuitas global meningkat menjelang rapat The Fed ketika probabilitas pemangkasan naik.
2. Kredit dan suku bunga global
Bank Dunia menyebut, penurunan imbal hasil global berpotensi menurunkan biaya pinjaman lintas negara, tetapi bank domestik tidak otomatis menurunkan spread kredit jika risiko kredit tinggi.
3. Nilai tukar
Penguatan mata uang lokal relatif terhadap dollar AS dapat meredam tekanan inflasi impor, namun dinamika perdagangan, misalnya tarif, tetap menjadi variabel penting.
Risiko dan hal yang perlu diwaspadai
Walaupun pemangkasan suku bunga The Fed dapat meredakan tekanan biaya pembiayaan global dan mendorong pertumbuhan jangka pendek, ada beberapa risiko yang harus diantisipasi:
1. Perubahan ekspektasi The Fed
Apabila pasar memperkirakan pemangkasan lebih agresif atau sebaliknya lebih terbatas daripada yang disinyalir Fed, volatilitas pasar bisa meningkat.
2. Ketidaksesuaian waktu (timing) kebijakan domestik
Bank Dunia menuturkan, bank sentral yang menurunkan suku bunga terlalu cepat bisa memicu lonjakan inflasi impor atau tekanan pada neraca pembayaran.
3. Risiko geopolitik dan perdagangan
Ketidakpastian kebijakan perdagangan, semisal tarif, bisa mengurangi manfaat pelemahan dolar bagi negara-negara tertentu.
Pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember 2025 menawarkan kombinasi efek: potensi stimulus bagi aset berisiko global dan ruang makro bagi negara-negara berkembang, namun juga meningkatkan kebutuhan akan kebijakan domestik yang hati-hati untuk meredam risiko arus modal yang berbalik arah.
Seperti ditegaskan pejabat The Fed, langkah ini akan terus dievaluasi secara berbasis data.
Oleh karena itu, pengaruhnya terhadap perekonomian global akan bergantung pada perkembangan ekonomi riil, termasuk data ketenagakerjaan, inflasi, dan dinamika perdagangan, dalam beberapa bulan mendatang.