Genjot DPK, Deposito Bank Makin Kompetitif
- Menjelang akhir tahun, persaingan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) kembali meningkat. Sejumlah bank memperkuat strategi pendanaan melalui penawaran deposito berjangka dengan imbal hasil lebih kompetitif dan pilihan tenor yang lebih fleksibel.
Upaya tersebut dilakukan untuk menjaga likuiditas tetap solid di tengah dinamika pasar keuangan, tren penurunan suku bunga acuan, serta meningkatnya kebutuhan ekspansi kredit pada awal 2026.
Salah satu bank yang cukup agresif adalah PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (SDRA) melalui program Deposito Optima. Produk ini menawarkan tenor variatif 3 dan 6 bulan dengan tingkat bunga hingga 5,1 persen. Penempatan dana dimulai dari Rp50 juta untuk nasabah individu dan Rp 500 juta untuk korporasi.
Dua bank digital juga ikut memperketat persaingan. PT Bank Jago Tbk (ARTO) meluncurkan promo Deposito November 2025 dengan bunga hingga 5 persen untuk penempatan mulai Rp 10 juta dan tenor hanya 14 hari, relatif singkat untuk kategori deposito.
Sementara itu, PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) menawarkan Ala Deposito Spesial berbasis akad mudharabah. Produk syariah ini memberikan nisbah imbal hasil hingga 68 persen atau setara bagi hasil 7,25 persen, ditambah bonus bagi hasil sehingga total keuntungan bagi nasabah mencapai setara 9 persen.
Analis Phillip Sekuritas Indonesia, Edo Ardiansyah, menilai kompetisi penghimpunan dana memang semakin ketat seiring proyeksi meningkatnya permintaan kredit pada 2026.
Menurutnya, perbankan menjalankan strategi ganda yakni memperbaiki pricing untuk menarik dana baru, sekaligus mempertahankan nasabah eksisting lewat kemudahan proses pembukaan maupun rollover deposito.
“Bukan hanya bank digital, bank konvensional seperti BWS juga memaksimalkan kanal digital untuk mempermudah transaksi pembukaan dan rollover deposito. Pendekatan ini membuat BWS tidak hanya bersaing pada besaran bunga, tetapi juga pada kenyamanan pengalaman nasabah, yang kini menjadi faktor kunci bagi bank untuk mempertahankan DPK,” ujarnya dalam keterangannya, Senin (1/12/2025).
Ia menambahkan bahwa program seperti Deposito Optima menegaskan strategi bank dalam memperkuat fondasi likuiditas, bukan sekadar mengejar dana murah.
“Perbankan saat ini berada pada fase normalisasi pendanaan. Bank perlu meningkatkan komposisi dana berjangka agar tetap memiliki ruang ekspansi kredit yang sehat,” kata Edo.
Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan DPK perbankan nasional pada Oktober 2025 mencapai Rp 9.153,6 triliun, tumbuh 8,1 persen yoy, melambat dari pertumbuhan September yang sebesar 8,4 persen yoy.
Pertumbuhan tersebut ditopang oleh giro yang naik 13,2 persen yoy dan tabungan 7,2 persen yoy, sementara deposito hanya tumbuh 4,9 persen yoy. Dari sisi golongan nasabah, peningkatan DPK terutama disumbang korporasi yang tumbuh 15,9 persen yoy, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 15,5 persen yoy.